|0 7 M E N A G I H J A N J I|

45.9K 1.4K 4
                                    

Silau matahari yang menyeruak masuk melalui ventilasi jendela kamar membuat Kafka membuka matanya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia merasa tidurnya yang nyaman dan nyenyak-mungkin karena adanya Adelia.

Ketika mata Kafka sudah terbuka lebar, ia langsung menangkap sosok Adelia yang duduk bersandar di kepala ranjang. Adelia tampak sayu, disekitar matanya ada sebuah lingkaran hitam yang kentara. Gadis itu menguap panjang.

"Kau sudah bangun?" tanya Kafka.

"Aku tidak tidur." jawab Adelia lesu.

"Kenapa?" Kafka terkejut.

"Bagaimana aku bisa tertidur nyenyak jika disebelahku ada seorang pria mesum yang kapan saja bisa menerkamku." kalimat itu jelas menyinggung Kafka.

Kafka terkeleh mendengar itu. "Kau berlebihan!" Kafka mengacak-acak rambut Adelia. Kemudian berlalu pergi menuju kamar mandi.

Adelia memberengut. Itu bukan berlebihan, tapi cara melindungi diri darimu! Gerutu Adelia dihati.

Adelia turun dari ranjang, ia keluar dari kamar ingin mencari minum. Saat sampai ditangga Adelia bertemu dengan Thea yang sudah rapi ingin pergi kuliah. Kini Adelia bingung harus bagaimana, mau menyapa takut diacuhkan tetapi jika ia tidak menyapa dikira angkuh.

"Adelia, maafkan aku." ujar Thea.

"Hah?" Adelia terkejut mendengar itu.

"Tadi malam aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin membuat Kafka kesal saja," Thea memperlihatkan senyumnya. "Jadi kau mau memaafkanku?" Thea menyodorkan tangan.

Adelia menyambut tangan Thea. Lega rasanya begitu Thea tersenyum kepadanya, bukan seperti kemarin malam yang hanya menampilkan wajah datar saat menatapnya. "Tentu saja." jawab Adelia.

"Sebenarnya kau wanita yang beruntung, karena kau berhasil memikat hati Kafka." ujar Thea sebelum menuruni anak tangga. "Aku pergi!" lanjut gadis itu.

Beruntung? Aku rasa tidak!

***

Seperti kemarin, hari ini Adelia kembali melihat Kafka yang serius memandang layar laptop yang ada diatas meja kerjanya. Tanpa sadar senyum terbit dibibir Adelia.

"Puas memandangi wajah tampanku?" tanya Kafka tiba-tiba.

Adelia gelabakan, ia langsung mengalihkan pandang ke arah lain. "Terlalu percaya diri!" bantah Adelia.

Adelia mengambil beberapa berkas yang sudah ia tumpuk menjadi satu, lalu menyerahkannya kepada Kafka. "Ini beberapa berkas yang harus kau tandatangani," Adelia menaruh tumpukan berkas itu dihadapan Kafka. "Dan kau hari ini ada pertemuan dengan salah satu penanam saham untuk membahas tentang pemasan produk yang akan rilis tahun ini."

Kafka mengangguk-angguk mendengarkan penuturan sekretarisnya itu, beberapa berkas sudah Kafka tandatangani. "Jam berapa?" tanya Kafka sambil membaca berkas yang tadi Adelia beri.

"Jam 14 lewat 45 menit." jawab Adelia.

Kafka melihat arloji dipergelangan tangannya, sudah pukul 14:15. Berarti hanya tinggal 30 menit lagi. Kafka berdiri, ia mandang Adelia yang juga ikut berdiri. "Semuanya sudah kau siapkan?" tanya Kafka.

"Sudah." jawab Adelia singkat.

Kafka tersenyum akan kinerja Adelia yang memuaskan. Tanpa ia sadari, dirinya sudah berjalan mendekat kepada Adelia. Kafka mengelus kepala Adelia lembut. "Tidak salah aku memilihmu." puji Kafka.

Adelia menjauhkan tangan Kafka yang masih berada diatas kepalanya. "Aku tau," balasnya percaya diri. "Tapi sayangnya, rayuan samacam itu tidak mempan untukku."

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang