|2 6 D U N I A I T U S E M P I T|

19.1K 727 6
                                    

Adelia melebarkan senyumnya ketika membaca email balasan dari perusahaan yang ia lamaran. Disana tentara balasan jika ia diterima menjadi sekretaris CEO di perusahaan itu. Bahkan tanpa ada proses interview.

Sebenarnya sebelum mengirimkan surat lamaran bekerja ke perusahaan itu Adelia sedikit risau, karena ia selalu mengingat perkataan Kafka. Bahwa pria itu berani menjamin, tidak akan ada satupun perusahaan yang menerimanya jika ia berhenti bekerja di perusahaan Kafka.

Tapi lihat sekarang, Adelia diterima bekerja di perusahaan lain. Dan hebatnya lagi tanpa ada interview.

Hal itu berhasil membuat Adelia sedikit ragu dengan kekuasaan dan harta yang Kafka punya. Ternyata kalimat yang pernah Kafka lontarkan itu hanya ancaman belakang. Mungkin jika ada Kafka disini sekarang, Adelia akan mentertawakan omongan pria itu. Sangat tidak bisa dipegang!

Sebenarnya beberapa kalimat yang Adelia sebutkan pada Kafka ketika mengundurkan diri, hanyalah sebuah kalimat yang bermakna omong kosong. Contohnya seperti: Adelia ingin membuka usaha sendiri. Itu adalah kalimat bualan darinya untuk pria itu, supaya ia bisa lepas dari kekangan Kafka.

Lagipula, jika Adelia membuka usaha sendiri ia bingung harus membuka usaha apa. Sebab uang tabungannya terlalu minim untuk membuka usaha yang besar.

Adelia berlari menuju lemari, mencari pakaian yang cocok untuk dikenakan ketika bekerja di perusahaan besok. Adelia harus terlihat sedikit berbeda--harus menonjol di hari pertamanya datang ke kantor. Agar orang-orang sedikit terkesan padanya.

Pilihan Adelia jatuh pada kemeja tipis berwarna biru navy dan rok hitam polos selutut. Adelia menggantung pakaian pilihannya itu dibalik pintu dengan menggunakan hanger.

Setelah itu Adelia mematikan lampu kamar kosnya, kemudian menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuknya. Adelia ingin cepat-cepat tidur agar segera menemui hari esok. Dan mungkin saja esok adalah hari yang indah, karena ia mendapat pekerjaan baru. Atau mungkin sebaiknya?

***

Adelia sudah sampai di perusahaan barunya. Kepalanya menengadah memperhatikan gedung besar itu, dari lantai bawah sampai ke lantai atas. Cukup luas--walau masih bisa disebut kecil jika dibandingkan dengan perusahaan Kafka.

Adelia menggeleng, lalu mengetuk-ngetuk kepalanya. Karena tanpa diminta sudah terlebih dahulu memikirkan Kafka. Hal itu membuat Adelia kesal dengan jalan pikirannya.

Menurutnya Adelia, ia sudah datang pagi. Perkiraannya ketika ia datang ke perusahaan itu, para karyawan pasti belum ada yang memunculkan diri. Tetapi, Adelia salah. Sebab sudah banyak orang-orang yang berdatangan, dan anehnya mereka tidak menuju tempat kerja. Melainkan berdiri di samping pintu masuk perusahaan, seperti menunggu kedatangan seseorang.

Ketika melewati barisan itu, para karyawan yang berbaris tersebut melempar senyum kearah Adelia. Dan Adelia melakukan hal yang sama--membalas senyum itu.

Bukannya ingin berbangga diri, akan tetapi Adelia merasa para karyawan itu melakukan hal tersebut untuk menyambut kedatangannya--mungkin saja.

Adelia memilih bergabung ke dalam barisan itu. Didepannya ada seorang wanita yang berdiri sambil memegang ponselnya, jika dilihat wanita itu berumur tidak jauh beda dengan Adelia. Hal itu membuat Adelia berani bertanya. "Kenapa kalian semua berbaris rapi didepan pintu masuk kantor seperti ini?" tanya Adelia.

Wanita yang ditanya Adelia itu menghentikan kegiatannya menggeser-geser layar ponsel. Ia menatap Adelia seolah menilai.

"Kau pasti karyawan baru, makanya tidak tau alasan kami berbaris rapi didepan kantor sepagi ini," tebak wanita itu.


Adelia mengganggu. "Ya, benar," Adelia membenarkan.

"Ku beritahu, setiap pagi di perusahaan ini memang begini. Kami berbaris disini menunggu sang pemilik perusahaan datang, seperti penyambutan?" ujar wanita itu menjelaskan.

Adelia manggut-manggut paham. Unik, dari semua pengalamannya bekerja disetiap perusahaan, baru kali ini ada perusahaan yang membuat peraturan harus menyambut bosnya ketika datang ke kantor. Adelia yakin pemilik perusahaan ini gila dengan kehormatan. Makanya memberlakukan peraturan menyebalkan ini.

Mobil sedan berwarna abu-abu berhenti tepat di depan kanopi kantor. Tiba-tiba saja kerumunan orang-orang yang berbaris itu membungkuk, dan Adelia juga menurutinya.

Adelia yakin jika mobil yang barusan itu adalah mobil bos perusahaan ini--orang yang para karyawan tunggu. Itu sebabnya orang-orang ini membungkuk untuk memberi rasa hormatnya pada sang bos.


Pintu mobil terbuka, lalu terdengar suara langkah kaki semakin mendekati pintu masuk kantor. Adelia melihat sepasang kaki yang terbalut dengan sepatu pantofel berhenti tepat di depannya.

Adelia tidak dapat melihat wajah si bos itu karena ia sekarang sedang membungkuk, yang Adelia lihat hanya sepatu pantofelnya yang menapak dilantai. Tapi Adelia yakin jika bos barunya itu adalah seorang pria, sebab tidak ada seorang wanita yang memakai sepatu pantofel ketika pergi bekerja.

"Kau sekretaris baru, setelah ini langsung datang ke ruanganku" ujar pria itu memerintah.

Adelia seolah tak asing dengan suara bariton itu--sangat familiar.

"Baik--" Adelia tidak dapat menyelesaikan kalimatnya begitu ia menegakkan tubuhnya untuk melihat wajah si bos.

Adelia terkejut bukan main, saat ini yang ia lihat berdiri di depannya adalah Rio--mantan kekasihnya.

Lain halnya dengan Adelia yang masang tampang pucat pasi. Rio justru menampilkan ekspresi riang dengan senyum melengkung dibibirnya. "Senang bisa kembali bertemu denganmu, Adelia," setelah itu ia berlalu--berjalan dengan angkuh selayaknya bos besar.

Kini Adelia tahu alasannya diterima di perusahaan ini, bahkan tanpa ada sesi interview sebelumnya. Jawabannya, karena pemilik perusahaan ini adalah Rio. Mantan kekasih Adelia yang masih mengejarnya sampai saat ini.

Ternyata dunia tidak selebar pikiran Adelia, bahkan terlalu sempit hanya untuk memisahkan dua orang saja. Dan hal yang Adelia sesalkan adalah: ia dengan mudahnya menyetujui kontrak pekerjaannya di perusahaan ini--tanpa ingin mencaritahu dulu seluk-beluk perusahaan tersebut.

Sekarang Adelia mati kutu!

🌿

Entah kenapa kalau nulisnya malam pasti semangat dan mood, makanya lancar. Tapi kalau nulis siang selalu aja ada hambatan, mungkin karena gerah matahari kali ya?(gerahnya tuh, kek ngeliat mantan posting poto ama doi-nya wkwk😆)

Btw aku sengaja setiap update, chapter pendek-pendek. Biar cepat kelar dibaca(kalau panjang-panjang takutnya keburu bosen)

*

•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini •

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang