|0 5 H U K U M A N K E D U A|

50.5K 1.6K 3
                                    

Ini triple update ya, jadi kalau nggak di vote+komen kalian semua emang kebangetan:)

*

Adelia istirahat makan siang di restoran depan kantor bersama dengan Kalista. Banyak karyawan yang juga menghabiskan istirahat siangnya disana.

Jika boleh jujur, Adelia merasa ada sedikit keganjalan di kantor hari ini. Hanya karyawati yang berani bertegur sapa dengannya, sedangkan para pekerja pria seolah menjaga jarak dan tidak ada yang menyapa atau hanya sekedar melempar senyum kepadanya saat berpapasan.

Adelia melirik Kalista yang tengah menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sendiri, lalu ia alihkan pandangan kearah makanan yang ada dihadapannya. "Kalista, aku boleh tanya?"

"Tanya apa?" sahut Kalista sambil mengunyah.

"Ehm...apa seluruh lelaki di kantor memang dingin?" tanya Adelia. Kalista menghentikan makannya untuk fokus kepada Adelia.

"Aku rasa mereka semua baik, mungkin perasaanmu saja." bantah Kalista lalu lanjut makan.

"Tidak," Adelia menggeleng tidak sependapat. "Mereka memang baik saat hari pertama aku bekerja, tapi hari ini Aku merasa aneh pada mereka yang seolah menjauhiku."

Kalista kembali menghentikan makannya. Ia menghembuskan napas panjang. "Benjanji padaku jika aku membocorkan ini kepadamu, kau tidak akan memberitahu siapapun?"

Adelia mengagguk untuk meyakinkan Kalista. Sekarang rasa penasaran didalam dirinya memuncak.

"Pagi tadi sebelum kau datang, seluruh karyawan dikumpulkan oleh bos Kafka. Dia memberikan pengumuman agar tidak satupun pria yang boleh mendekatimu atau mereka akan dipecat, dan tidak ada yang boleh memberitahumu tentang hal itu." ujar Kalista.

Adelia terkejut mendengar itu, pantas saja para karyawan menjauhinya hari ini.

Kalista berdiri. Makanannya sudah habis tidak tersisa. "Aku duluan, ada beberapa berkas yang harus aku urus." pamitnya.

Adelia mengagguk untuk membalas. Jika begini bisa-bisa semua wanita di kantor juga menjauhinya karena ulah Kafka. Tidak lama setelah kepergian Kalista ponsel Adelia bergetar dan menampilkan pop up pesan dari seseorang.

Kalista
Jika bos Kafka mengetahui aku membocorkan hal itu kepadamu pasti aku akan di pecat olehnya. Jadi aku mohon bersikaplah seolah-olah kau tidak tau apa-apa.

Adelia membaca pesan dari Kalista itu, lalu mengetik 'ok' sebagai balasannya.

***

Adelia membereskan beberapa kertas yang berserakan di atas meja kerjanya. Semua tugasnya hari ini telah terselesaikan, jam pulang kerja sebenarnya sudah lewat sekitar 30 menit yang lalu.

Adelia memalingkan wajahnya kesamping kanan dan mendapati Kafka yang masih setia dengan laptop dihadapannya. Mulut pria itu bergumam ketika membaca dokumen yang tertera dilayar laptopnya.

"Pekerjaanku sudah selesai hari ini." ujar Adelia.

"Jadi?" tanya Kafka.

"Jadi aku ingin pulang."

Kafka menggeleng. "Pekerjaanku belum selesai, mungkin aku akan selesai sekitar 2 jam lagi."

"Ada hubungannya dengan aku?"

"Kau itu sekretarisku, jadi kau harus menemani aku sampai pekerjaanku tuntas." jawab Kafka dengan seringai di bibirnya. "Lagipun sekretaris macam apa yang meninggalkan atasannya dikantor seorang diri?" timpalnya.

Adelia melihat jam dinding, sudah pukul 5 sore lebih 32 menit. Jika ia menemani Kafka di kantor berarti Adelia akan pulang sekitar setengah delapan malam. "Memangnya aku dapat apa jika menemanimu?"

"Tentu saja kau dapat memperhatikan wajah tampanku sepuasmu." jawab Kafka terkekeh.

Adelia berdiri, mengambil tas tenteng hijaunya. Ia ingin segera entah dari dalam ruangan itu, berduaan dengan pria narsis seperti Kafka selalu membuatnya naik pitam.

Namum ketika sampai didepan pintu, Adelia berbalik dan kembali duduk di kursi kerjanya. Kafka tercenung melihat itu.

"Kenapa?" tanya Kafka.

"Menemanimu sampai pekerjaanmu tuntas." jawab Adelia dengan acuh. Ia melihat Kafka tersenyum lebar. "Jangan terlalu percaya diri, aku menemanimu hanya karena tugasku sebagai sekretarismu!" tegasnya.

"Apapun atasanmu, aku anggap ini adalah perhatian darimu untukku." ujar Kafka.

Kafka kembali fokus pada laptop, sesekali ia mengetik sesuatu di keyboard laptop dan sesekali ia melihat tumpukan berkas yang ada di samping laptopnya. Sedang Adelia hanya duduk di kursinya sambil memainkan ponselnya.

Nada dering dari ponsel Kafka berbunyi dan bergetar, pertanda ada seseorang yang menelepon. Disana tertera kontak dengan nama 'mommy' dilayar persegi itu.

"Ya mom?" sapa Kafka setelah menggeser tombol hijau.

"Kau jadi 'kan membawa wanita yang kau sebut berbeda itu malam ini ke rumah?" sahut Alice dari seberang sana.

Kafka langsung mengalihkan pandangannya kepada Adelia. "Ehm...sepertinya tidak malam ini mom." jawab Kafka ragu.

"Kenapa!?" tanya Alice dengan nada tinggi dari seberang sana. Pasti telinga Kafka akan pekak jika mendengarnya secara langsung. "Pokoknya mommy tidak ingin tau, kau harus membawanya!" timpal Alice. memaksa. Lalu sambungan diputuskan secara sepihak.

Kafka hanya bisa mendesah. Jika permintaan Alice tidak dituruti, pasti Ibunya itu akan terus mengomelinya saat mereka bertemu.

***

Adelia dan Kafka sudah sampai didepan pintu keluar kantor. Satpam yang berjaga disana membungkukkan tubuhnya ketika Kafka melewatinya.

Adelia sudah ingin pergi dari Kafka jika saja pria itu tidak menarik tangannya. "Apalagi?" tanya Adelia.

"Kau ingin kemana?" tanya Kafka.

"Pulang, memangnya apalagi?"

"Berjalan kaki?" kafka menaikan sebelah alisnya.

"Memangnya kau ingin mengantar-"

"Ikut aku!" Kafka menarik Adelia untuk masuk kedalam mobilnya yang terparkir di kanopi kantor.

Setelah dua orang itu masuk, mobil melaju meninggalkan kantor. Adelia menatap Kafka yang sedang menyetir dengan heran. "Kita mau kemana?" tanyanya.

"Aku masih memiliki satu hukuman lagi untukmu yang terlambat datang kerja hari ini." ujar Kafka dengan mata memperhatikan jalanan.

Adelia memberengut. "Memangnya hukuman macam apalagi yang akan kau berikan?" tanya Adelia frustrasi. Ia sudah memikirkan kemungkinan terburuk tentang hukuman kedua dari Kafka.

Kafka melambatkan laju mobilnya, ia memandang Adelia yang duduk dikursi samping setir. "Berpura-puralah jadi pacarku didepan orang tuaku malam ini." jawab Kafka tenang.

Sedangkan Adelia sudah membulatkan matanya sempurna. Mungkin ia akan tersedak jika sedang minum. "Apa kau bilang!?" keterkejutan sudah jelas tampak diwajah cantik Adelia. "Pecat aku, pecat aku!" terik Adelia.

"Ayolah Adelia, hanya pura-pura saja," Kafka memohon. "Memangnya kau rela jika bos tampanmu ini mendapat amukan dari ibunya?" tambah pria itu.

"Aku tidak ingin menjadi pacarmu walau hanya berpura-pura!" kekeh Adelia menolak.

"Aku akan memberikan apapun yang kau pinta jika kau mau berpura-pura menjadi pacarku." ujar Kafka.

Imam Adelia tergoyah mendengar itu. "Apapun?"

"Ya, apapun keinginanmu."

Adelia tersenyum lebar lalu disusul oleh anggukan kepalanya. "Setuju."

🌿


•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini •

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang