|2 1 J E A L O U S ?|

23.6K 848 5
                                    

Biasanya pagi hari setelah Adelia berpakaian rapi, ia langsung pergi ke kantor. Tetapi kali ini tidak, Adelia harus menuruti perintah Kafka yang meminta Adelia membuatkan sarapan untuknya.

Adelia meletakkan sepiring omlet diatas meja makan, tepat didepan Kafka yang sudah duduk manis menunggu Adelia selesai membuatkan sarapan.

Kafka dengan senang hati menyantap sarapan yang Adelia buat, apalagi tadi malam tidak ada satu pun makanan yang masuk ke dalam perutnya kecuali minuman beralkohol.

"Kau tidak makan?" tanya Kafka yang melihat Adelia hanya duduk kursi seberangnya.

"Nafsu makanku hilang, karena ada kau disini," jawab Adelia menyinggung. Air muka Adelia masih menampilkan ekspresi tidak menyenangkan.

Kafka terkekeh. Adelia adalah Adelia, tidak pernah berubah. Wanita itu selalu bersikap acuh pada Kafka. Walau nyatanya Adelia masih tetap menuruti kemauan Kafka—membuatkan sarapan misalnya.

"Cih," cibir Adelia begitu tahu Kafka sedari tadi terus memandangi wajahnya.

"Kenapa?" tanya Kafka yang mendengar Adelia mengeluarkan suara 'cih' dari mulutnya.

"Kau yang kenapa, dari tadi terus memandangiku," jawab Adelia.

"Karena kau cantik?" Kafka mengedipkan sebelah matanya. Seolah sedang menggoda.

Tentu saja tidak mempan untuk Adelia. Adelia bangun dari duduknya, berniat meninggalkan tempat itu. "Aku tidak mengizinkanmu tinggal disini," ujarnya. "Dan juga, lain kali minta saja buatkan sarapan pada wanita yang kau cumbu di kelab tadi malam," singgung Adelia mengungkit kejadian tadi malam yang ia lihat di kelab. Lalu pergi sebelah mengatakan itu.

"Dia memata-mataiku?" tanya Kafka entah untuk siapa.

Kafka mengambil minum dan menegaknya, omlet yang menjadi sarapan paginya tidak ia habiskan. Kafka memutuskan menyusul Adelia,  wanita itu sedang menaiki anak tangga menuju kamarnya yang ada dilantai atas.

"Kau cemburu?" tanya Kafka ketika ia sudah berhasil mengijak anak tangga yang sama dengan yang Adelia pijak.

Adelia berhenti, matanya memicing melihat Kafka yang ada disampingnya. "Cemburu? Untuk apa?" tanya Adelia balik. Nadanya bicaranya masih sama—sinis.

"Cih," kali ini Kafka yang mencibir.

Kafka tahu Adelia sedang cemburu, tetapi Adelia lebih mementingkan harga dirinya. Karena Adelia sendiri yang menolak Kafka, tidak mungkin ia mengaku jika ia sedang cemburu.

"Aku sama sekali tidak cemburu, tidak sudi!" bantah Adelia dan masuk ke dalam kamarnya.

Adelia masuk ke dalam kamar hanya mengambil tas, lalu keluar dari sana—ingin pergi kerja. Adelia sedikit terkejut saat ia membuka pintu kamarnya karena, Kafka berdiri tepat didepan pintu.

"Kenapa?" tanya Adelia yang melihat Kafka tersenyum lebar kearahnya.

"Pergi kerja bersama denganku," ajak Kafka.

Kafka ingin mengambil tangan Adelia, namun buru-buru Adelia menepis. "Tidak, aku bisa pergi sendiri," tolak Adelia seperti biasanya —jual mahal.

"Ayolah, hanya pergi bersama, apa susahnya?" bujuk Kafka mengejar Adelia yang melengos melewatinya menuruni tangga.

"Jangan bilang kau menolak ajakanku, hanya karena kau cemburu dengan wanita yang aku cumbu di kelab itu?" tebak Kafka.

"Sudah aku bilang kalau aku tidak cemburu, tidak sama sekali!" tegas Adelia.

"Akui saja jika kau cemburu Adelia, tidak apa-apa," ujar Kafka belum menyerah.

"Aku tidak cemburu Kafka, berapa kali harus aku ucapkan?"

"Kau cemburu, titik!" seru Kafka.

Pria itu menarik Adelia, membawanya menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah. Memaksa sekretarisnya itu pergi kerja bersamanya.

🌿

Next...zZZ







•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini •


My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang