|2 2 B I A N G G O S I P|

21.1K 784 2
                                    

Ketika mobil Kafka sudah berhenti tepat di parkiran kantor, Adelia langsung keluar dari dalam mobil. Tanpa sepatah katapun ia ucapakan pada Kafka.

Melihat sikap Adelia yang terlalu dingin padanya saat ini, membuat Kafka sedikit terkekeh. Ia merasa miris dengan dirinya sendiri. Padahal dulu Kafka tidak pernah melakukan hal-hal sejauh ini pada seorang wanita hanya untuk mendapatkan perhatiannya.

Kafka turun dari mobil menyusul Adelia. Tanpa meminta izin, tangannya sudah berada di pinggang ramping Adelia untuk meniadakan jarak antara mereka berdua.

Adelia berusaha melepaskan pelukan tangan Kafka itu. Hanya saja, hanya saja tenaga Adelia kurang dibandingkan Kafka.

Adelia merasa tidak nyaman oleh mata orang-orang sekitar yang memperhatikannya. Pasti pikiran orang-orang yang di kantor itu beragam. Tapi semoga saja orang-orang itu berpikir positif.

Orang-orang yang berlalu-lalang melewati Kafka dan Adelia membungkuk, sebagai tanda hormatnya kepada Kafka--bos mereka.

Adelia tahu orang-orang itu hanya menaruh rasa hormat untuk Kafka saja. Sedangkan untuk dirinya, Adelia merasa orang-orang tersebut sama sekali tidak menaruh hormat untuknya.

Mungkin orang-orang itu berpikir jika Adelia yang mencoba mendekati Kafka dan merayunya. Tapi andai saja mereka tahu, justru Kafka-lah yang selalu mengejarnya.

"Lepaskan aku Kafka," pinta Adelia. "Aku tidak nyaman dengan  tanganmu yang ada di pinggangku, apalagi orang-orang sedang memperhatikan kita," timpal Adelia berusaha sabar karena sekarang dia berada di tempat kerja.

Namun, kalian tahu pasti, Kafka itu adalah pria keras kepala dan tidak tahu malu. "Biarkan saja, kenapa kau memikirkan pendapat orang lain?"

Kafka menolak permintaan Adelia. Pria itu justru semakin mempererat pelukannya di pinggang Adelia.

Ketika sudah masuk ke dalam lift, Adelia melepaskan pelukan tangan Kafka di pinggang secara paksa. Dan lagi-lagi Kafka hanya bisa terkekeh menghadapi sikap sok jual mahal Adelia.

Dan dengan terpaksa Kafka melepaskan belenggu tangannya yang ada di pinggang Adelia. "Wanita yang terlalu jual mahal," gumam Kafka. Tetapi Adelia masih mendengarnya dengan jelas.

"Bukannya aku jual mahal, hanya saja aku mencoba menjaga sikap dihadapan orang-orang." ujar Adelia. "Aku tidak ingin gosip yang aneh-aneh menyebar di antara para karyawan tentang kedekatan kita."

"Jadi sekarang kita sudah dekat?" tanya Kafka dengan senyum lebar.

Adelia tak menjawab, ia malah langsung keluar lift ketika pintunya terbuka dan pergi meninggalkan Kafka sendirian.

***

Setelah istirahat makan siang, tiba-tiba perut Adelia mulas. Jadi Adelia berakhir di dalam toilet, menghabiskan waktu istirahatnya di sana.

Sayup-sayup Adelia mendengar suara langkah kaki yang masuk ke dalam toilet. Pasti orang itu tidak sendiri, karena terdengar suara wanita yang saling bersahutan mengobrol.

Keran air yang ada di wastafel terdengar mengalir, pasti salah satu diantara wanita itu sedang mencuci tangannya.

"Kau tahu, lipstik ini baru saja aku beli minggu kemarin. Dan aku hari itu sesang beruntung, karena mendapat diskon," ujar salah satu wanita itu. Tampak ia sedang memoleskan lipstik ke bibirnya.

"Kenapa baru bilang sekarang, aku juga menginginkannya jika sedang diskon," sahut wanita yang satunya--terdengar seperti sedikit iri.

Yang Adelia dengar, obrolan dua wanita itu hanya seputar make up dan fashion saja. Hingga akhirnya obrolan mereka menjurus tentang Adelia dan Kafka.

"Kau tau, Adelia si sekretaris bos Kafka?" tanya salah satu wanita itu pada temannya. "Tampaknya mereka memiliki hubungan yang spesial," timpalnya.

"Terus kenapa, kau iri?" tanya wanita yang satunya lagi.

"Bukannya iri, aku hanya curiga jika Adelia itu merayu bos Kafka," tapik wanita itu. "Aku rasa masih cantik aku daripada wanita itu, memang sih bodynya mendukung," sambung wanita itu tampak mencemooh.

"Aku dengar juga dari gosip para karyawan tadi pagi, jika mereka tinggi satu rumah. Aku yakin si Adelia itu pasti sudah memberikan layanan yang menarik untuk bos Kafka, makanya bos Kafka tidak bisa lepas darinya," sahut wanita satunya seolah mencibir.

Karena sudah tak tahan lagi mendengar itu, Adela betniat keluar dari toilet. Ingin melabrak wanita-wanita yang tidak bisa menjaga mulutnya itu tetapi, ketika mendengar suara yang Adelia kenali Adelia mengurungkan niatnya keluar.

"Kalian punya mulut dijaga, aku yakin Adelia tidak seperti itu," itu suara Calista. "Atau jangan-jangan kalian iri dengan Adelia? Makanya kalian membicakan Adelia dibelakangnya?" timpa Calista menyinggung.

"Cih, iri kepada Adelia? Tentu saja tidak!" tapik salah seorang wanita itu.

Memangnya kau tau apa? Atau mungkin kau berkerja sama dengan Adelia dalam hal memanfaatkan bos Kafka?" wanita satunya menambahkan.

Plak!

Terdengar suara tamparan yang sangat keras, membuat Adelia yang berada didalam salah satu bilik toilet terkejut.

Adelia tidak tahu siapa yang menampar, dan siapa yang ditampar. Tetapi setelah mendengar Calista berujar barulah Adelia tahu jika Kalista yang menampar salah satu diantara dua wanita itu.

"Sudah aku bilang diawal, punya mulut dijaga!" tegas Kalista. "Kalian pikir aku takut dengan kalian berdua?" tantang Kalista.

Adelia sedikit bangga dengan Kalista, karena mau membelanya.

"Kau menamparku?" tanya wanita itu tak percaya dengan perlakuan yang ia dapat dari Kalista.

"Sudah," ujar wanita yang satunya menahan.

Tampaknya temannya itu ingin membalas perbuatan Kalista tadi.

"Kita pergi saja dari sini," ajak wanita itu.

Tapi sebelum pergi wanita yang Kalista tampar itu berujar. "Aku kira hanya Adelia yang memiliki sifat bicht di kantor ini, tapi ternyata kamu juga," lalu pergi meninggalkan Calista

Adelia keluar dari bilik toilet, menghampiri Kalista yang berdiri di depan wastafel sambil mencuci tangannya. "Terima kasih sudah membelaku, tanpa aku minta," ujar Adelia yang berterima kasih.

Kalista yang melihat kehadiran Adelia, sedikit terkejut. "Berarti kau mendengarnya tadi?" tanya Kalista dan Adelia mengangguk.

"Jangan diambil hati dengan kata-kata wanita itu, mereka hanya iri padamu," pesan Kalista.

"Aku tahu," sahut Adelia mencoba sambil tersenyum paksa.

🌿





•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini•

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang