|2 0 S A T U A T A P|

23.3K 846 3
                                    

"Mau menemaniku?" tanya Kafka pada wanita yang duduk di sebelahnya itu. Seulas senyum Kafka lemparkan kepadanya.

"Tentu," jawab wanita itu cepat. Sama sekali tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan mendapatkan mangsa seperti Kafka.

Pengunjung kelab semakin malam semakin bertambah, seakan tempat itu adalah pintu menuju surga dunia. Sedangkan Kafka manis betah duduk dikursi bar, dan wanita yang tadi menemaninya sudah mabuk berat akibat terlalu banyak minum.

Kafka merasa benda hangat menempel dibibirnya begitu wanita itu menciumnya. Namun sedetik kemudian Kafka membalas ciuman panas tersebut. Ia memejamkan matanya, mencoba menikmati ciuman panas yang wanita itu berikan

Gagal! Kafka tidak merasakan gairah sedikitpun dari ciuman itu. Matanya yang terpejam menampilkan sosok Adelia yang tersenyum manis, seakan mencoba menggodanya melalui senyum itu.

"Adelia," ujar Kafka setelah ciumannya dengan wanita itu terlepas.

"Aku Riana, bukan Adelia," bantah wanita itu dengan kalimat yang kurang jelas dan pas karena pengaruh minuman alkohol. Kepalanya yang berat ia jatuhkan keatas meja bar.

Kafka berdiri, meninggalkan wanita yang mabuk itu. Tampaknya sebentar lagi ia akan gila oleh bayangan Adelia. "Adelia, kau membuatku gila!"

Kafka akhirnya pergi dari kelab itu, mencoba mengosongkan pikirannya yang hanya dipenuhi oleh Adelia. Persetan dengan wanita mabuk yang menemaninya itu.

Yang ia inginkan hanya Adelia, wanita yang selalu menolaknya. Dan Kafka yang selalu mencoba memiliki Adelia.

***

Adelia keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga menuju kamar mandi yang letakkan berada di lantai dasar. Seharusnya Adelia memilih kamar yang berada di lantai satu saja untuk di tempati agar tidak perlu repot-repot keluar kamar jika ingin mandi di pagi hari, karena hanya kamar yang berada dilantai satulah yang memiliki kamar mandi.

Tetapi Adelia menyukai kamar yang berada di lantai atas, sebab ia bisa melihat pemandangan luar melalui jendela besar yang ada di sana.

Adelia menggantungkan niatnya yang ingin mendorong pintu kamar mandinya. Ia mendengar suara air keran yang mengalir dari dalam sana, melalui pintu kaca kamar mandi yang sengaja didesain blur samar-samar Adelia melihat seseorang di dalam sana.

Mungkinkah itu perampok? Tetapi mengapa melakukan perampokan di pagi hari, jika perampok pasti melakukannya pada waktu tengah malam.

Berpikir sesaat, Adelia memutar tubuhnya dan segera berlari ke arah dapur mencari apapun yang bisa ia jadikan senjata untuk melindungi diri. Lalu Adelia kembali berlari menuju kamar mandi setelah berhasil mendapatkan wajan dan spatula.

Ragu-ragu, Adelia berpikir apakah ia harus masuk ke dalam kamar mandi dan menyerang perampok itu. Belum selesai Adelia menyusun ide, keran air sudah di matikan orang yang ada di dalam sana. Pertanda perampok itu sudah selesai mandi.

Adelia memasang ancang-ancang, ketika perampok itu keluar dari kamar mandi ia harus menyerangnya. Bayangan orang itu mendekati pintu, ingin keluar dari kamar mandi.

Adelia menutup matanya, ketika pintu kaca itu berdecit pertanda bahwa pintu itu terbuka, Adelia langsung menyerang orang yang memiliki niat jahat itu dengan wajan dan spatula yang ada digenggaman tangannya.

Namun sepertinya serangannya itu tidak ada artinya, karena kedua tangan Adelia sudah berhasil di tangkap orang yang berusan keluar dari kamar mandi. Adelia masih enggan membuka matanya, takut dengan apa yang ia lihat jika membuka matanya. Namun dari tangan orang yang menggenggam pergelangan tangannya, Adelia yakin orang itu adalah pria.

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang