|1 4 L E L A H|

28.1K 1.1K 11
                                    

Adelia menguap untuk yang kedua kalinya, matanya sangat berat ketika ia buka lebar-lebar. Pasti efek begadang tadi malam. Adelia baru tidur pukul 2 subuh karena terlalu asik membaca buku Harry Potter yang kemarin diberikan oleh Kafka.

Adelia memutar bola matanya yang terasa berat kesamping, masih dengan pemandangan yang sama. Di sana duduk Kafka dimeja kerjanya dengan keyboard laptop yang pria itu utak-atik. Kafka selalu serius ketika bekerja.

Biasanya Adelia bisa larut dengan pekerjaannya, tetapi kali ini tidak. Adelia hanya ingin tidur-istirahat sesaat.

Diam-diam tanpa sepengetahuan Kafka, Adelia membaringkan kepalanya diatas meja kerjanya dengan tangan yang menjadi bantal. Kepalanya ia hadapkan sebelah kiri, arah yang membuatnya bisa memandangi Kafka yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

Tanpa sadar Adelia tersenyum memperhatikan pria itu, matanya kemudian menutup karena terlalu lama menahan kantuk. Akhirnya dunia mimpi menyambutnya.

Kafka menghentikan kegiatannya, kepalanya memutar kesamping. Lalu ia menghembuskan napas kasarnya begitu melihat Adelia sudah tertidur dimeja kerjanya. Sekretaris yang tidak layak menjadi contoh!

Kafka mendekat ke meja kerja Adelia. Tiba-tiba niatnya untuk membangunkan Adelia ia urungkan ketika melihat wajah kelelahan Adelia. Lalu yang bisa Kafka lakukan hanya memandang wajah cantik Adelia.

Kafka mengangkat tangannya menyentuh bibir merah Adelia yang dibalut oleh gincu. Bibir ini, kenapa mataku tidak bisa lepas memandangnya?

Kafka tanpa sadar membungkuk tubuhnya, lalu bibirnya dan bibir Adelia menyatu untuk beberapa saat. Ciuman itu, dari kecupan lembut berubah menjadi lumatan.

Kafka menarik dirinya menjauh dari Adelia, karena wanita itu sedikit menggeliat terganggu oleh ciuman yang ia berikan. Pria itu mendesah, setiap menyangkut Adelia pasti Kafka selalu lepas kendali.

Kemudian Kafka mengendong Adelia ala bridal style, memindahkan Adelia ke kursi sofa empuk yang ada di ruang kerjanya itu. Kafka mengambil jasnya yang menggantung di kursi kerjanya, menjadikan jas itu sebagai selimut tidur Adelia.

Pria itu berjongkok menghadap Adelia yang sudah berpindah tidur di sofa, memperhatikan Adelia untuk kesekian kalinya. Kafka tidak yakin jika ia akan bosan memandangi wajah Adelia, terlalu cantik untuk bisa membuat seorang pria merasa bosan.

Kafka mengangkat tangannya, kali ini bukan bibir Adelia yang menjadi tujuannya. Melainkan kepala wanita itu, mengelus-elusnya dengan lembut. Kali ini, tidak ada Adelia yang jual malah atau memilih harga diri tinggi. Di wajah Adelia yang tertidur hanya menunjukan sebuah kepolosan.

Kafka berdiri, ingin kembali ke meja kerjanya. Namun pergelangan tangannya dicegal oleh Adelia.

"Jangan pergi, aku kesepian," terdengar suara Adelia yang seperti bergumam.

Kafka kira Adelia terbangun, tetapi wanita itu hanya mengigau saja. Kafka memandang wajah Adelia yang tampak gelisah. Mungkin kalimat Adelia barusan benar, Adelia pasti benar-benar kesepian. Hidup sebatang kara di dunia tanpa keluarga pasti bisa membuat siapapun merasakan yang namanya kesepian-termasuk Adelia.

Kafka kembali berjongkok, membungkukkan tubuhnya mendekat kepada Adelia. "Aku tidak akan kemana-mana, kau tidak sendiri," bisik Kafka lembut tepat ditelinga Adelia.

Kafka kembali mengelus-elus pucuk kepala Adelia, memcoba memberikan kenyamanan melalui elusan lembut itu. Sekarang, Kafka tidak bisa kembali fokus pada pekerjaannya, Adelia sudah mengalihkan itu semua. Wanita ini membuat Kafka ingin cepat-cepat segera memilikinya.

🌿

Chapter ini pendek atau terlalu pendek sih?

Mau nanya dong, kalian suka baca cerita yang per-chapternya panjang² atau pendek²?

Btw kalau cerita ini aku lanjutin dengan chapter-nya yang sependek chapter ini gimana?

See you....

*



•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini•

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang