|1 9 P R I A P E M B O H O N G|

20.9K 807 7
                                    

Kafka kembali menuangkan tequila dari botolnya ke gelas kaca bening, lalu menegaknya hingga tandas. Dentingan musik kelab membuat kepalanya bergoyang ke kanan dan kiri. Biasanya Kafka pergi ke tempat itu di temani Arvin, tetapi temannya itu terlalu maniak dalam hal bekerja. Hingga akhirnya Kafka hanya duduk seorang diri di salah satu kursi bar.

Salah seorang wanita datang dan duduk di kursi samping Kafka. Wanita itu memberikan kedipan mata genitnya kepada Kafka, sebagai tanda jika ia tertarik pada Kafka.

"Sendiri?" tanya wanita itu berbasa-basi.

Kafka hanya berdehem menjawab wanita itu. Di kelab seperti ini, memang banyak wanita murah seperti itu. Kemudian Kafka melempar senyumnya pada wanita itu. "Mau menemaniku?"

"Tentu," jawabnya cepat. Memangnya siapa yang bisa menolak pesona pria semacam Kafka?

Oh ya, hanya satu wanita yang menolak Kafka di hidupnya, Adelia.

***

Malam ini, Clara datang ke rumah Adelia. Memaksa sahabatnya itu untuk menemaninya pergi, dan harus Clara yang menentukan tempatnya.

"Pergi kemana memangnya?" tanya Adelia.

"Kelab," jawab Clara dengan matanya yang penuh binar.

Adelia menggeleng, mana mungkin ia pergi ke tempat semacam itu. Adelia sudah berjanji dengan diri sendiri, bahwa ia tidak akan lagi menginjakkan kakinya ke kelab. Tetapi janji itu pernah sekali Adelia langgar, karena Kafka.

"Aku tidak ingin, kau pergi saja sendiri sana," tolak Adelia tegas.

Wajah Clara berubah masam begitu tahu Adelia menolak ajakannya. "Ayolah, hanya sebentar saja. Aku sudah lama tidak minum-minum denganmu," pujuk Clara.

"Kau gila? Bagaimana jika Liam tau kalau kita pergi ke kelab?"

Liam adalah suami Clara. Adelia tidak ingin berurusan dengan Liam, karena pria itu terlalu protektif terhadap Clara.  Terakhir kali Clara pergi ke kelab bersama dengan Adelia. Liam marah besar begitu tahu itu, dan Adelia yang di maki oleh pria itu. Padahal istrinya sendiri yang mengajak Adelia—sama seperti malam ini.

"Tenang saja, Liam lembur kerja malam ini—mungkin tidak pulang," ujar Clara memberitahu. "Lagi pula hanya sebentar saja," tambah Clara agar berhasil membujuk Adelia.

Adelia kembali menggeleng. "Tetap saja aku tidak ingin."

Clara masih belum menyerah, otaknya harus cepat menemukan ide agar Adelia mau menemaninya pergi ke kelab.

"Oh ya, Rio terus bertanya padaku di mana tempat tinggalmu sekarang," ujar Clara bercerita. "Bagaimana jika aku memberikan alamatmu padanya? Pasti dia akan datang setiap—"

"Tunggu sebentar, aku ganti baju," potong Adelia. Lalu berjalan menuju kamarnya.

Melihat ekspresi masam Adelia saat mendengar nama Rio, membuat Clara menahan tawanya agar tidak keluar. Sebegitu tidak inginnya 'kah Adelia bertemu dengan mantannya itu?

Sekarang Clara tahu suatu hal yang ampuh untuk mengancam Adelia.

***

Hingar-bingar kelab malam menyambut kedatangan Adelia dan Clara, dentuman musik yang memekakkan telinga justru berhasil membuat Clara menggoyangkan tubuhnya.  Tetapi Adelia tidak, ia lebih suka mendengarkan musik yang memiliki lirik dan makna daripada musik dj yang hanya menyakiti gendang telinganya.

Adelia menarik Clara keluar dari keruman orang-orang yang berjoget di dance floor, lalu mencari kursi untuk mereka duduk.

Namun langkah kaki Adelia terhenti ketika matanya menangkap sosok Kafka yang duduk di salah satu kursi bar. Mata Adelia melebar melihat Kafka tengah berciuman dengan seorang wanita seksi yang duduk di sebelahnya. Persis seperti yang pernah Adelia dan Kafka lakukan saat pertama kali bertemu pria itu.

Entah kenapa Adelia memanas melihat itu, hatinya seolah tercabik. Adelia berpikir, apakah ia harus mendatangi Kafka lalu melabrak wanita yang sedang bercumbu dengan Kafka itu.

Tidak, Adelia tidak punya hak. Ia sendiri yang menolak Kafka. Jika ia melakukan apa yang ada di pikirannya, akan terkesan serakah. Tidak ingin memiliki, tetapi tidak rela direbut wanita lain.

Kemudian yang bisa Adelia lakukan hanya berbalik, keluar dari kelab itu dengan perasaan yang campur aduk. "Cih, dia bilang menginginkanku, tapi bisa-bisanya bersama dengan wanita lain!" cibir Adelia yang ditujukan kepada Kafka.

Clara mengejar Adelia yang berjalan di depannya dengan langkah cepat. "Kau mau kemana?" tanya Clara sambil mencoba mengimbangi langkah Adelia.

"Pulang," jawab Adelia ketus.

"Kenapa? Kita bahkan baru datang."

"Di kelab ini banyak pria pembohong! Kemarin dia bilang menginginkanku, tapi sekarang malah bersama dengan wanita lain!" seru Adelia yang justru menyalurkan kemarahannya kepada Clara.

Clara menaikkan satu alisnya, memperhatikan Adelia yang sudah kembali berjalan di depannya. Bingung sendiri dengan arah ucapan Adelia tadi. "Menginginkannya? Siapa?" Clara bertanya untuk dirinya.

🌿

🌿

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adelia Valencia<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adelia Valencia<3

•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini•

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang