|1 8 B E R J A R A K|

20.9K 868 2
                                    

Kafka menatap layar laptopnya dengan hampa, meja kerja Adelia yang berada di sebelah mejanya sudah tidak ada lagi. Semenjak Adelia menolak lamaran Kafka kemarin malam wanita itu memutuskan untuk pindah ruangan kerja. Adelia memilih bergabung dengan para staf biasa.

Kafka memijit kepalanya yang terasa sedikit berdenyut, belakangan ini Adelia selalu ada di pikirannya. Kafka membaringkan kepalanya ke atas meja, lalu menutup matanya sejenak untuk beristirahat.

Pintu kaca ruangannya ada yang mengetuk, tetapi Kafka acuh. Pria itu masih tetap menutup matanya.

Sedangkan Adelia, orang yang mengetuk pintu tadi hanya menghembuskan napas begitu mendapati Kafka yang tertidur di meja kerjanya. Adelia meletakkan segelas kopi yang tadi ia bawa ke atas meja Kafka, bagaimanapun itu as adalah kewajibannya sebagai seorang sekretaris Kafka.

Adelia mengambil remot air conditioner, menurunkan suhu ruangan menjadi hangat agar Kafka merasa nyaman dalam tidurnya.

Adelia kemudian menatap Kafka yang tengah memejamkan matanya. Ia tanpa sadar sudah mendaratkan tangannya ke puncak kepala Kafka, membelai rambut pirang Kafka dengan penuh kelembutan.

"Kau pasti kelelahan," lirih Adelia pelan, tetapi masih bisa didengar oleh telinga.

Buru-buru Adelia menarik tangannya begitu sadar dengan apa yang telah ia lakukan. Ia tidak boleh memberikan Kafka perhatian lebih, atau pria itu akan kembali mengira jika hal itu memiliki maksud lain. Maksud yang Kafka anggap sebagai rasa cinta Adelia untuk dirinya. Karena Kafka adalah pria yang selalu mengambil kesimpulannya sendiri tentang seseorang.

Adelia yang sudah menciptakan jarak ini, ia tidak boleh kembali memberikan Kafka sebuah pengharapan. Walau sekecil apapun.

Ia sendiri bingung dengan hatinya. Adslia takut jika Kafka hanya mencoba mempermainkan dirinya dan perasaannya. Seperti yang Rio lakukan kepadanya dulu. Adelia keluar dari ruang kerja Kafka itu setelah mengambil beberapa barang miliknya yang masih tertinggal di sana.

Setelah Adelia pergi, Kafka membuka matanya. Pria itu mengangkat kepalanya, duduk dengan benar. "Bagaimana aku bisa menjauhimu, Adelia. Sedangkan kau adalah sekretarisku, dan aku merasa sikapmu berbeda kepadaku. Terlalu baik untuk di sebut sebagai seorang atasan dan bawahan," ujar Kafka entah untuk siapa.

***

Adelia berdiri dari duduknya, sudah setengah jam wanita itu menunggu di halte bus. Namun, tak satupun ada bus yang berhenti di sana.

Adelia kemudian memutuskan berjalan menuju rumahnya, tidak mungkin ada bus yang akan singgah di halte sore seperti ini. Karena bus terakhir datang pukul 5 sore, sedangkan Adelia menuggu di halte bus itu pukul 5 sore lewat 30 menit. Sungguh pekerjaan yang sia-sia.

Adelia mengumpat dalam hati, kalau begini alangkah baiknya ia menerima tumpangan pulang yang di tawarkan Kalista untuknya. Pasti tidak akan berakhir dengan jalan kaki seperti ini.

Adelia kesal dengan pengemudi mobil dibelakangnya, karena menekan klakson dengan keras yang membuat ia sedikit terkejut. Padahal Adelia sudah berjalan di trotoar, sama sekali tidak akan menghalangi mobil itu.

Klasik mobil kembali berbunyi, membuat Adelia kesal bukan kepalang. Ia berbalik untuk memaki pengemudi sialan itu, tetapi Adelia berubah bungkam. Sebab yang ia lihat adalah Kafka dengan senyum menyeringainya duduk di kursi kemudi mobil itu.

"Pulang denganku," ajak Kafka.

Adelia menggeleng, ia harus tetap bersikap dingin didepan Kafka. Agar pria itu benar-benar menyadari jika Adelia sama sekali tidak memiliki rasa untuknya.

"Aku bisa pulang sendiri," tolak Adelia dengan suara yang ia buat sedatar mungkin.

"Ayolah, aku hanya ingin—"

"Taksi!" Adelia berteriak menghentikan sebuah taksi. Sekaligus memotong ucapan Kafka.

Tanpa sepatah katapun Adelia masuk ke dalam taksi tersebut, meninggalkan Kafka yang masih membuka mulutnya untuk menyelesaikan kalimat yang tadi coba ia ucapkan. "—mengantarmu pulang, Adelia," lanjut Kafka walau sudah tidak ada lagi Adelia di sana.

Lalu Kafka tertawa mengingat penolakan dan wajah datar Adelia tadi. "Sungguh wanita yang jual mahal, aneh aku suka padanya."

🌿

Kafka Leonardo Anderson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafka Leonardo Anderson.


•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini•

T B C . . . (:

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang