|2 5 T I D A K M E N Y E R A H|

20.8K 846 4
                                    

Adelia dikejutkan dengan sosok Kafka yang berdiri didepan pagar rumah kosnya, ia yang tadi ingin berjalan keluar melalui pagar itu harus urung karena dihadang oleh tubuh besar Kafka yang terbalut jas kerja. Dan anehnya pria itu hanya berdiri menatap Adelia dengan senyum yang tercetak jelas di bibirnya.

Otak Adelia teringat pendapat Clara, jika ia jatuh cinta pada Kafka. Jadi Adelia berusaha sebisa mungkin tidak menatap mata pria itu supaya jantungnya tidak berdebar.

Kafka maju selangkah, membuat jarak mereka makin dekat. Dan tiba-tiba saja pria itu menarik Adelia, kedua tangannya memeluk tubuh mungil wanita itu.

Dan Hal itu membuat jantung Adelia berdebar seperti kemarin saat ia bertatapan dengan Kafka. Namun kali ini Adelia yakin, jika debaran jantungnya itu karena terkejut oleh tindakan Kafka yang mendadak. Bukan karena jatuh cinta.

"Aku merindukanmu," ujar Kafka disamping telinga Adelia.

"Kau ini apa-apaan, bagaimana jika ada yang melihat kita?" Adelia memperhatikan sekitar. "Lepas," pinta Adelia seraya berusaha melepas pelukan Kafka.

"Aku tidak perduli," tolak Kafka yang justru makin mempererat pelukannya.

"Au," Kafka meringis ketika perutnya dicubit oleh Adelia.

Adelia menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan dirinya dari pelukan Kafka. Kemudian cepat-cepat menjauh dari pria itu--pergi ke minimarket terdekat. Karena memang itu tujuan Adelia keluar dari kosnya--membeli makanan ringan.

Di perjalanannya menuju minimarket, Adelia sesekali melihat ke belakangnya--disana ada Kafka yang selalu mengikuti langkah Adelia.

Itu membuat Adelia sedikit risih. Ia memanjangkan langka, bermaksud supaya Kafka berhenti mengikutinya. Tetapi, Kafka masih saja mengikuti Adelia dari belakang.

"Sana, pergi kerja, jangan mengikutiku," usir Adelia.

"Kenapa kau mengusirku? Ini tempat umum, terserah aku mau kemana," sahut Kafka yang berjalan di belakang Adelia.

"Tapi jam isrihat siang sudah selesai, orang-orang di kantor pasti sudah sibuk dengan pekerjaan mereka. Dan kau malah mengikutiku berjalan di trotoar seperti ini. Bukannya pergi ke kantor," ujar Adelia mengingatkan.

Ini sudah jam 1 siang lebih beberapa menit, jam istirahat sudah lama berakhir.

"Kenapa kalau kau mengkhawatirkanku?" tanya Kafka. "Lagipula aku ini bos, siapa yang berani menegurku jika aku terlambat datang kerja setelah jam istirahat siang berakhir?" timpal Kafka yang berbangga diri. Dan hal itu membuat Adelia mendengus tak suka.

Adelia berhenti tepat didepan pintu masuk minimarket—hal serupa juga dilakukan Kafka.

Adelia menatap sinis pria itu. "Kenapa kau terus mengikutiku?" tanya Adelia yang sudah kesal dengan sikap mantan bosnya itu.

"Karena ingin?" jawab Kafka sekenanya. Tak lupa dengan senyum dibibirnya.

Adelia mendesah putus asa. Ia yakin, untuk beberapa menit waktu belanjanya di minimarket ini pasti akan terusik oleh Kafka yang selalu mengikutinya. "Jangan mengikutiku!" tegas Adelia.

Walau Adelia tahu itu adalah kalimat yang akan berakhir percuma. Sebab begitu Adelia masuk ke dalam minimarket itu Kafka juga ikut menyusul.

Adelia berjalan menyusuri rak yang berisi beberapa snack dan makanan ringan lainnya di sana. Kafka masih saja mengikutinya dari belakang, hingga akhirnya Adelia pura-pura tidak tahu dan tidak memperdulikan keberadaan dan kicauan tak jelas dari mulut pria itu. Orang seperti Kafka jika diladeni, masalahnya akan makin panjang. Jadi daripada Adelia buang-buang tenaga, lebih baik mengacuhkan Kafka saja.

"Bagaimana perasaanmu, apakah telah berubah setelah 2 hari tidak bertemu dengan aku? Apa kau sudah suka padaku?" tanya Kafka semangat.

Hal itu membuat Adelia malu sekaligus kesal. Sebab volume suara Kafka terlalu nyaring, sehingga mata-mata orang sekitar jadi melirik ke arah mereka akibat kalimat Kafka barusan. "Pelankan suaramu," pinta Adelia.

"Tidak mau," tolak Kafka dan memberikan senyum sok manis yang ia punya.

"Jawabanku akan tetap sama, aku tidak menyukaimu," ujar Adelia. "Jadi menyerahlah," saran Adelia.

"Tidak akan," Kafka menggeleng.

"Kenapa?" tanya Adelia sambil memasukkan 1 bungkus snack ke kereta belanjanya.

"Karena aku tahu, kalau kau itu kesepian. Maka dari itu aku ingin menemanimu," jawab Kafka. Kali ini wajahnya berubah serius.

Membuat Adelia jadi membisu mendengar jawaban itu.

"Lagipula aku pernah bilang, aku adalah orang yang ambisius. Apapun yang aku inginkan harus aku dapatkan, dan salah satu keinginanku kau. Jadi aku harus mendapatkanmu," ujar Kafka lagi. "Dan juga, aku tidak mau menyerang segampang itu."

Kafka mengakhiri kalimatnya dengan senyum. Ia merampas kereta belanja dari Adelia, lalu mendorongnya ke kasir meniggalkan Adelia. Sedangkan Adelia terpaku di tempat ia berdiri semula, wanita itu masih mencerna kalimat Kafka.

🌿

Sekarang aku lagi berusaha sebisa mungkin cepat-cepat update. Jadi aku mohon untuk kalian yang baca ini juga berusaha sebisa mungkin vote setelah baca(hehe😂)




•Harhailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini •

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang