|4 3 G O O D N I G H T|

20.6K 738 7
                                    

Jet pribadi Kafka berhasil melakukan pendaratan dengan selamat disalah satu bandara internasional yang ada di negara Perancis, Paris. Kafka dan Adelia sampai di negara itu, pukul 1 dini hari, waktu setempat. Dan terlihat sekali bahwa Kafka masih mengantuk berat, setelah Adelia bangunkan dengan paksa, untuk keluar dari pesawat.

Begitu mereka keluar, sudah ada orang suruhan Kafka--sekaligus supirnya selama Ia berada di Perancis--menunggunya di depan pintu keluar, mengambil alih koper yang ada di tangan Kafka dan Adelia. Kemudian menuntun jalan menuju mobil yang terparkir di depan kanopi bandara itu.

Pria berkumis tembal itu, membukanya pintu mobil untuk Kafka dan Adelia secara bergantian, setelah itu memasukan koper yang tadi ia seret ke dalam bagasi. Lalu supir itu menyusul masuk ke dalam mobil. Dan mobil itupun berjalan meninggalkan bandara.

Disepanjang jalan, tidak ada pembicaraan antara dirinya dan Kafka ataupun dirinya dengan sang supir--lagipula Adelia tidak mengerti bahasa Perancis. Jadi ia putuskan untuk tidur sejenak--sama seperti Kafka--selama perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap selama disini.

Setelah beberapa menit, mobil itu berhenti tepat didepan hotel berbintang lima, yang berdiri megah di tengah kota Paris. Sang supir membalikan tubuhnya ke belakang, dan mendapati Adelia dan Kafka tertidur, dengan posisi Adelia bersandar di bahu kokoh Kafka.

"Nous sommes arrivés," ujar supir itu, memberitahu bahwa mereka sudah sampai.

Kafka dan Adelia terbangun mendengar itu, lalu sudah ada karyawan hotel yang menuggu di depan pintu utama hotel itu, membukakan pintu mobil untuk Kafka dan Adelia. Dan membawakan koper yang baru saja supir Kafka keluarkan dari bagasi mobil.

Mereka menuju meja resepsionis hotel, untuk meminta key card kamar hotel. Dan disinilah sedikit cekcok dimulai, setelah salah satu dari dua wanita yang berdiri di meja resepsionis itu, hanya menyerahkan satu key card saja. Membuat dahi Adelia menjadi mengernyit.

"Kenapa key card-nya hanya satu?" tanya Adelia. "Apa kau hanya menyewa satu kamar saja?" tanya Adelia lagi, sebelum Kafka berhasil menjawab pertanyaan pertama.

Kafka mengangguk santai, sebagai jawaban. "Ya."

Adelia membulatkan matanya, menatap Kafka marah. Dan sepertinya, Kafka memang tidak bisa ia baik-baiki. Perbuatan pria itu selalu saja memancing amarahnya. "Maksudmu, kita tidur di kamar yang sama?" tanya Adelia, suaranya meninggi dan kantungnya 'pun sudah hilang. Karena harapannya untuk tidur di sebuah ranjang empuk berukuran king size seorang diri harus lenyap, oleh Kafka yang hanya memesan satu kamar saja.

"Memangnya kenapa?" tanya Kafka menggoda. Ia yakin Adelia telah memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Aku tidak ingin tau, pesan satu lagi kamar!" seru Adelia.

Para karyawan hotel yang berada disana, memperhatikan Adelia dan Kafka yang sedang bercekcok dengan wajah bingung, karena perbedaan bahasa yang dua orang itu gunakan. Jadi mereka hanya bisa saling bertukar pandang satu sama lain, berharap salah satu dari mereka mengerti bahasa yang Adelia dan Kafka lontarkan.

"Tidak, aku hanya ingin satu kamar saja," tolak Kafka menggeleng. "Lagipula, apa kau tidak berpikir bahwa menyewa satu kamar lagi, sama dengan menambah pengeluaranku. Bisa-bisa aku bangkrut, Adelia," timpal Kafka memberikan alasan atas penolakannya.

Walau sebenarnya Kafka mati-matian menahan tawanya, mendengar ucapannya sendiri. Tentu saja itu hanya kalimat bohong, menyewa dua kamar hotel berbintang lima tidak akan membuat Kafka bangkrut--bahkan jikapun ia membeli hotel itu. Yang tadi itu sengaja, supaya Adelia terjebak didalam satu ruangan bersamanya.

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang