|3 4 M E L E W A T I B A T A S|

21.2K 696 11
                                    

Hati-hati dengan part ini😓😅

Ketika Adelia datang ke perusahaan Anderson Gruop, banyak rekan kerja yang satu staf dengannya, menyambut Adelia. Terutama Kalista, wanita itu yang paling senang saat tahu Adelia kembali bekerja di perusahaan itu.

"Aku kira, kau tidak akan pernah kembali ke perusahaan ini," ujar Kalista setelah melepas pelukannya pada Adelia. Mata wanita itu berkaca-kaca.

"Kau terlalu berlebihan, Kalista," sahut Adelia yang menangkap ekspresi haru dari wajah Kalista.

"Bukan berlebihan, ini karena aku benar-benar merindukanmu," elak Kalista.

Adelia tersenyum mendengar itu. Mungkin ia harus segera memasukkan Kalista sebagai daftar sahabat keduanya--setelah Clara tentunya.

Setelah Adelia selesai menyapa semua orang yang ada di ruangan itu, Adelia pergi menuju ruang kerja Kafka. Ia melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, masih pukul tujuh kurang 10--Kafka belum datang jam segini.

Untungnya orang-orang di stafnya ditempatkan di lantai 15--lantai yang sama dengan ruangan Kafka. Jadi Adelia tak perlu susah-susah menaiki lift lagi menuju ruangan pria itu.

Adelia membuka pintu ruangan Kafka, seperti dugaannya, pria itu belum menempati ruangan miliknya. Masih kosong tak berpenghuni. Adelia masuk ke dalam, tanpa pikir panjang ia langsung berjalan menuju meja Kafka dan duduk di kursi yang biasa di duduki oleh Kafka--kursi seorang bos.

Beberapa menit Adelia menuggu, hingga menit ke 5, pintu ruangan sedikit berdecit pertanda bahwa ada yang membukanya dari luar. Adelia langsung dapat melihat siapa yang datang--Kafka dari tempat ia duduki sekarang, karena kursi yang didudukinya menghadap lurus ke arah pintu.

Kafka yang tadi memasang wajah datar seketika langsung cerah melihat Adelia. "Sepertinya kau tidak layak duduk di kursi itu," komentar Kafka.

"Jadi maksudmu, aku tidak layak menjadi seorang bos, begitu?" tanya Adelia yang tahu maksud lain dari kalimat pria itu.

Kafka mengangguk. "Kau lebih layak menjadi sekretarisku," jawab Kafka. Pria itu memberikan senyum manisnya untuk Adelia.

"Cih," Adelia membuang muka ke kiri. Tidak sependapat dengan Kafka.

"Jadi apakah tidurmu nyenyak tadi malam?" Kafka melangkah menuju mejanya yang sekarang diisi oleh Adelia.

"Sama sekali tidak," sahut Adelia cepat.

Adelia menatap Kafka begitu intens, mencoba mencari hal yang bisa membuatnya percaya akan perkataan pria itu. Hari ini Adelia harus membuktikannya, ia tidak ingin pikirannya terus terganggu dan terisi oleh sosok pria itu saja.

Kafka menyadari tatapan itu, tatapan dari mata Adelia sama sekali tidak beralih darinya. "Ada apa dengan tatapanmu itu?" tanya Kafka aneh. "Apakah aku terlalu tampan--"

"Apakah kau benar-benar mencintaiku? Atau hanya ingin memainkanku saja?" tanya Adelia tiba-tiba memotong kalimat Kafka.

Kafka terkejut dengan pertanyaan semacam itu, yang ditanyakan oleh Adelia padanya secara tiba-tiba. Lalu pria itu kembali tersenyum--akhirnya Adelia benar-benar terusik dan mulai menanggapi perasaan Kafka dengan serius. 

"Bukannya sudah jelas?" Kafka mengangguk.

Adelia berdiri dari duduk. Tetapi matanya masih juga belum lepas menatap Kafka. Ia berjalan mendekati Kafka, hingga mereka saling berhadap-hadapan. Jarak mereka hanya tinggal setengah langkah.

"Kali ini biar aku yang melewati batasan," ujar Adelia yang menengadahkan kepalanya menatap Kafka yang jauh lebih tinggi darinya.

Adelia belum melakukan apapun dalam beberapa detik. Lalu hal yang membuat Kafka terkejut, adalah ketika Adelia menarik dasi hitam miliknya yang terselip didalam jas yang ia kenakan. Dan itu berhasil membuat Kafka membungkukkan badannya, hingga tinggi mereka sejajar.

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang