|2 7 W A N I T A B U K A N M A I N A N|

19.3K 684 5
                                    

Adelia masuk ke dalam ruang kerja Rio. Sedikit menyesal tidak mengetuk pintu dulu sebelum masuk, karena pemandangan yang ia lihat menyakiti matanya.

Didalam ruangan itu ternyata Rio tidak sendiri, ada seorang wanita yang juga berada dalam ruang kerja Rio. Dan hal yang membuat mata Adelia sakti adalah, wanita itu duduk diatas panggung Rio. Tetapi anehnya Adelia tidak mendaptkan ekspresi keberatan dari wajah Rio.

Jadi, dulu seperti ini yang dia lakukan dibelakangku? Batin Adelia.

Mengetahui kedatangan seseorang, sama sekali tidak membuat wanita itu turun dari pangkuan Rio--oke, Adelia anggap saja wanita itu murahan atau penggoda. Sedang Rio terkejut dengan kehadiran Adelia didalam ruang kerjanya tanpa mengetuk pintu dulu. Rio meminta wanita itu turun dari pangkuannya, hal itu membuat si wanita mendengus.

Wanita itu menatap Adelia, kedua tangannya ia lipat didepan dada dan berjalan mendekati Adelia. Ia memperhatikan penampilan Adelia dari ujung kaki sampai rambut, kemudian mengajukan tangannya dengan gaya angkuh. "Liora, sekertaris Rio yang pertama. Dan kau... yang kedua," ia memperkenalkan diri dengan akhiran seperti mencemooh.

Oh ya, sedikit lupa Adelia hanya menjadi sekretaris kedua di perusahaan ini. Sebut saja bahwa Adelia itu adalah sekretaris cadangan. Tetapi, Adelia bersyukur menjadi sekretaris kedua. Sebab, sekretaris satulah yang lebih sering bertemu dan melayani bos--Rio daripada sekretaris dua.

"Adelia," Adelia juga memperkenalkan diri. Ia sama sekali tidak menyambut tangan Liora yang ada dihadapannya.

"Liora, apa kau bisa keluar sebentar? Aku ingin berbicara empat mata dengan dengan Adelia," pinta Rio pada Liora.

Adelia tertawa dalam hati mendengar kalimat lemah-lembut yang keluar dari mulut Rio untuk Liora.

Apakah dia memang selalu bersikap sok baik seperti ini pada setiap wanita? Tanya Adelia dalam hatinya.

Liora tercengang mendengar ucapan Rio. Sebelum ini, Rio tidak pernah mengusir Liora dari ruang kerjanya. Dan sekarang, hal tak Liora harapkan itu terjadi hanya karena seorang sekretaris baru seperti Adelia.

Sebelum keluar meninggalkan ruangan itu, Liora melirik sinis Adelia. Lalu terdengar suara pintu yang tutup dengan keras. Untungnya pintu kaca itu tidak mudah pecah.

"Tadi itu bukan apa-apa, dia memang selalu menggodaku--"

"Tidak ada hubungannya denganku," potong Adelia. Ia sudah yakin jika Rio pasti akan berdalih atas apa yang ia lihat.

Rio sedikit berdecak karena sikap dingin Adelia padanya. "Bagaimana kabarmu?" Rio berbasa-basi.

"Baik," jawab Adelia singkat dan dingin.

"Apa kau merindukanku?"

"Sama sekali tidak," jawab Adelia. "Jadi kau memanggilku hanya untuk bertanya hal seperti ini?" tanya Adelia tampak tidak senang dengan pertanyaan Rio.

Rio mendesah panjang menghadapi sikap Adelia yang begitu dingin padanya--dulu tidak seperti ini Adelia yang ia kenal.

"Kau tau, selama ini aku sibuk mencari keberadaanmu. Tapi...," Rio menggantungkan kalimatnya. "Aku selalu tidak dapat menemukanmu dan saat aku tau bahwa kau melamar pekerjaan di perusahaan ini. Membuatku menyadari, kalau aku tidak perlu mencari keberadaanmu. Karena kau akan datang dengan sendirinya. Anggap saja ini takdir kita."

Adelia tertawa mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Rio: takdir? Sama sekali tidak, ini bukan takdir!

"Karena aku tidak tau ini adalah perusahaanmu. Jika aku tau, pasti aku tidak akan mau melamar pekerjaan di sini," sahut Adelia. "Dan aku minta, jangan pernah lagi melontarkan kalimat-kalimat menggelikan seperti tadi," pinta Adelia.

Rio tertawa atas permintaan Adelia. "Kau tau apa yang membuatku menyukaimu?" tanya Rio.

Tetapi Adelia enggan menyahut--malas sekali memikirkan jawaban dari pertanyaan yg menurutnya tidak berguna itu.

"Sikap jual mahalmu ini, itu yang aku suka," akhirnya Rio sendiri yang menjawab pertanyaannya. "Dari dulu dan sekarang kau tidak pernah berubah, selalu bersikap jual mahal pada pria manapun. Walau akhirnya kau luluh juga dengan pesonaku, dan aku bangga pernah memenangkan hatimu--hati yang begitu sulit untuk dimasuki."

Adelia sedikit aneh saat ini, karena kalimat-kalimat yang Rio ucapkan berbeda dari Rio yang ia kenal. Itu membuat Adelia jijik dan mual.

"Itu dulu, sekarang aku tidak akan terbuai olehmu. Aku berani jamin!"

"Selama kau di perusahaanku, Aku akan berusaha membuatmu kembali padaku," ujar Rio.

Adelia tersenyum remeh. "Tidak akan terjadi. Lagi pula wanita simpananmu banyak, kenapa harus repot-repot mengejarku?" singgung Adelia.

"Mereka murahan. Kalau kau mau, aku bisa langsung memutuskan mereka dan kau akan menjadi satu-satunya wanitaku," sahut Rio.

Adelia menggeleng. "Wanita itu mainan, setelah kau tidak membutuhkannya lagi kau bisa membuangnya begitu saja. Bukan begitu!" seru Adelia. "Jika kau menganggap wanita itu mainan, lalu bagaimana dengan aku? Bagaimana jika nanti kau tidak membutuhkanku lagi? Apa kau juga akan membuangku?" tanya Adelia berbondong.

Rio kehabisan kata atau kalimat untuk menjawab Adelia. "Bukan begitu--"

"Jika tidak ada yang penting, saya permisi dulu," ujar Adelia yang lagi-lagi memotong. Lalu sedikit membungkuk ke depan Rio, sebagai tanda hormat dari bawahan kepada atasannya.

Setelah kepergian Adelia, Rio menggebrak meja kerjanya. Ia yakin kali ini akan lebih susah membuat Adelia kembali padanya.

🌿



•Hargailah sebuah karya dengan baik dan aku yakin kalian tahu cara menghargai karya ini•

T B C . . . :)

My Bad Bo(y)ssTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang