Semua karakter murni milik J.K Rowling, tidak ada keinginan meniru atau mendapat untung. Mungkin aku hanya merubah sedikit jalan cerita ges biar sesuai ama jalan cerita aku. Makasih! Jangan lupa vote+komen!
.
.
.
.
.
Merasa sudah cukup berolahraga, Raelyn pergi dari halaman. Namun sayang, ia lupa jalan kembali ke asramanya. "Aish bodoh sekali! Ini juga sekolah ngapa gede banget!" ucapnya. Daripada diam ditempat, ia justru berjalan jalan lagi di bangunan tersebut. Yang membuatnya malah tambah nyasar:) "Raelyn bodoh! Tolong gadis kecil ini Tuhan!" ucapnya sambil berdoa. Entah itu pertolongan atau musibah, saat ia menghadap belakang malah bertemu dengan Snape. Ya, Professor yang sangat ia hindari kini berdiri di depannya, tangannya bersedekap di dada."Tersasar Nona Dixie?" ucap Snape datar. "Sial kenapa ia bisa tahu?" batinnya.
"Tentu tidak Professor! Aku hanya sedang berkeliling Hogwarts dan aku tak mungkin tersasar!" ucapnya semanis mungkin.
Snape mengedikan bahu acuh, "Baiklah jika kau tidak tersasar, kau harus tahu Dixie, Hogwarts mempunyai jalan tersembunyi ke Hutan Terlarang!" ucapnya datar sambil berlalu pergi.
"Hah?Apa?!" ucap Raelyn kaget, lalu Raelyn malah membututi Snape di belakang. "daripada nyasar ke hutan terlarang bukan?"
"Gadis bodoh!" gumam Snape. "Jangan mengikutiku Nona Dixie! Aku tidak ada niatan untuk mengantar mu ke asrama!" ucap Snape sarkas lagi.
Namun, baru saja Snape berucap begitu, Raelyn melihat Professor McGonagall baru saja keluar ruangan."Kau memang penyelamatku Professor!" gumam Raelyn
Langsung saja Raelyn memanggil Kepala Asramanya, "Professor McGonagall!" lalu merasa dipanggil Professor McGonagall menoleh "Ah ternyata kau Nona Dixie! Sedang apa kau disini? Bukannya sekarang waktunya sarapan?" ucap Professor McGonagall.
"Yes Professor! I know it, tapi aku tersasar! Aku lupa jalan ke asrama!" ucap Raelyn mengadu, lalu meninggalkan Snape dengan mata penuh kemenangan. Akhirnya wanita tua itu mengantar Raelyn ke aula utama untuk sarapan.
*****
Selepas sarapan, Raelyn kembali ke asramanya untuk mengambil buku yang akan dipelajari hari ini. Setelah selesai mengambil buku Raelyn langsung menuju ke kelas Professor McGonagall karena pelajaran pertama ilmu Transfigurasi dan dia tak mau mengecewakan Kepala Asramanya karena telat lagi.
"Tidak buruk" gumamnya setelah menyelesaikan pelajaran pertamanya. Raelyn pun bersiap siap untuk pelajaran kedua yang pasti memakai mantra, mengingat pelajaran pertama Professor McGonagall hanya memberi penjelasan untuk dicatat.
Raelyn memasuki kelas pelajaran jimat dan guna guna yang akan diajar oleh Professor Flitwick yang bertubuh mungil tersebut. Mantra pertama yang akan dipelajari adalah "Wingardium Leviosa" mantra untuk menggerakan benda dari jauh, Namun professor Flitwick hanya menggunakan bulu halus untuk permulaan. Entah angin darimana Realyn langsung bisa mempraktikkan nya.
"Hebat Nona Dixie! 10 poin untuk Gryffindor!" ucap Professor Flitwick melihat Raelyn yang pertama bisa mempraktikkan secara mulus.
"Ini terlalu mudah Professor!" ucap Raelyn sombong. Memang benar mantra nya sangat mudah, "andai saja mereka menggunakan perasaan bukan emosi seperti itu!" ucap Raelyn sambil melihat teman temannya yang mengucapkan mantra namun selalu gagal. Tiba tiba anak lelaki di sebelah Raelyn malah meledakan bulu tersebut. Menimbulkan gemercik api, dan parahnya dia malah memperbesar api tersebut.
Satu ruangan panik bukan main. Saat Professor Flitwick hendak mengambil tongkat sihirnya dimeja, Raelyn langsung saja menjetikan jarinya dan api pun berhenti begitu saja. Seketika anak anak dan Professor Flitwick langsung menatap Raelyn dengan pandangan susah diartikan.
"Nona Dixie! Apa kau baru saja mengeluarkan sihir dari tangan?" tanya Professor Flitwick.
"Yes Professor! Bukankah hal biasa?" tanya Raelyn santai
"Tidak Nona Dixie! Hanya beberapa penyihir yang bisa mengeluarkan sihir tanpa tongkat sihir! Apalagi kau mengeluarkan nya dari tangan begitu mudah! Kuharap kau segera memberi tahu ini kepada Professor McGonagall, daripada akan terjadi sesuatu buruk di kemudian hari" ucap Professor Flitwick menasihati.
"Yes Professor!" ucap Raelyn pada akhirnya, meski dia malas memberi tahu siapapun.
Serangkaian pelajaran hari pertama sudah Raelyn lewati. Sisa pelajaran terakhir yaitu ramuan, aish malas sekali. Karena masih ada waktu sejam, ia memutuskan untuk ke perpustakaan dahulu. Sebenaranya Raelyn itu tak begitu pintar dan tidak juga bodoh, ia akan pintar di pelajaran yang benar benar ia sukai. Saat sedang mencari buku Raelyn melihat Snape juga di perpustakaan satu baris dengannya. Raelyn melihat Snape, dan Snape pun merasa diperhatikan oleh seseorang lantas langsung menengok Raelyn. Raelyn mengedikan bahu acuh dan mulai duduk untuk membaca buku.
Tidak terasa satu jam sudah berlalu, Raelyn masih bergelung terhanyut dalam buku yang ia baca. Saat ia melihat jam, gawat sudah jam 2 tepat.Raelyn langsung buru buru membereskan bukunya. Entah ide darimana Raelyn menjetikan jarinya lagi dan tiba tiba ia sudah ada didepan kelas Professor Snape.
Raelyn mengetuk pintu kasar, lalu membuka nya tanpa izin dari dalam. Saat ia lihat ke depan meja guru, syukurlah! Snape belum datang. Tapi Raelyn langsung terkejut saat menghadap belakang.
"Kau telat 35 detik Nona Dixie! Potong 5 poin dari Gryffindor!" ucap Snape.
"What the hell! Baru juga tadi dapat poin sekarang udah dipotong saja!" ucap Raelyn menggerutu.
"Potong 10 poin dari Gryffindor atas umpatan kasar di kelas saya!" ucap Snape. Tak mau basa basi, Raelyn hanya menatap Snape nyalang lalu duduk di bangku samping Jen.
Belum sampai sejam, Snape sudah membuatnya emosi lagi. Bagaimana tidak, Ia malah membuat ulangan dadakan. Apalagi ini baru hari pertama dan juga ia baru hanya menjelaskan beberapa hal. Kurasa Snape tak punya peri kemanusian.
Raelyn mengerjakan sebisanya. Walaupun baru belajar, setidaknya ia mengisi 5 nomor dengan sungguh sungguh karena sempat ia baca di perpustakaan. Sisanya ya kalian tau sendiri.
*****
Besoknya Raelyn sungguh tak berselera untuk sarapan. Jam pelajaran pertama adalah kelas Ramuan lagi, "belum juga sampai 24 jam penderitaanku selesai" gumamnya
Raelyn langsung saja menuju kelas ramuan, kali ini tak akan telat lagi. Masih ada beberapa menit untuk jam pelajaran pertama dimulai, pantas saja Snape belum membuka kelasnya. Raelyn bersender pada pintu sambil membaca buku. Tiba tiba pintu dibuka dari dalam, Raelyn menubruk dada bidang seseorang.
"Kau pintar dan juga bodoh di waktu bersamaan Nona Dixie!" ucap Snape sarkas. Raelyn pura pura tak dengar, dan langsung menyelonong masuk dan duduk di kursinya, menunggu teman temannya datang sambil lanjut membaca buku.
Kelas pun berlangsung tenang, namun tak lama karena Professor Snape akan membacakan nilai ulangan (ini nilainya kaya biasa nilai sekolah aja yak, soalnya author gak ngerti sistem nilai Hogwarts seperti Out standing, D, P gt² maap ges) lanjut~
"Nilai yang paling rendah akan ada detensi dan remedial selama seminggu!" ucap Snape datar. Saat semua nama anak dikelas dibacakan, Raelyn panik kenapa hanya dia yang belum dipanggil.
"Raelyn Chadd Dixie! Kau yang paling rendah!" ucap Professor Snape. Raelyn langsung maju ke depan dengan bertanya tanya juga emosi. Raelyn mengambil kertas di tangan Snape dengan kasar, Raelyn kaget bukan main melihat nilai 0 besar terpampang jelas di kertas itu. Saat hendak protes, Snape langsung memotong nya.
"Saya tidak terima protes saat jam pelajaran Nona Dixie!" ucap Snape. Raelyn kembali menuju bangkunya dan mengambil kertas ulangan Jen tapa izin. Ia marah, Jen mendapat nilai 50. Jawaban Jen dibetulkan oleh Snape, padahal jawaban ia lebih sempurna daripada Jen. "Tercatat mulai hari ini, kau adalah rival-ku Professor Snape".
.
.
.
.
.
.
.
.
Terimakasih sebanyak banyaknya untuk kalian yang sudah mau baca cerita aku! Dalam 24jam aku mendapatkan 50 lebih readers! Aku tidak bisa berkata apapun! Tapi terimakasih kalian! Jangan lupa vote dan komen karena itu membuatku lebih semangat upload:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
Genel KurguIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...