Hari demi hari silih berganti, dan tak ada hal penting yang harus diceritakan. Ah mungkin ada, seperti Harry Potter yang namanya tiba tiba keluar dari piala api dan membuatnya harus ikut serta dalam Triwizard Turnamen padahal umur nya belum menginjak 17.
Raelyn tak peduli banyak tentang hal itu, tapi ia tahu, bukan Harry yang memasukkan namanya sendiri. Siapapun itu, semua orang baru yang hadir di tahun ajaran ini, patut dicurigai. Tapi Raelyn tetap pada pendirian nya, ia tidak akan mau ikut campur pada masalah yang menimpa Harry. Hidupnya sama beratnya, dan ia tidak akan repot repot untuk mengurusi masalah yang bukan urusannya.
Malam larut menyelimuti kastil Hogwarts. Lorong lorong kastil pun terasa sepi, sebab anak anak sudah berada di kasur mereka masing masing karena tak ingin diterkam Filch. Kecuali Harry, dan Raelyn.
Harry dengan urusannya, dan Raelyn juga dengan urusannya.
Raelyn berjalan mengendap endap menuruni tangga menuju ruang bawah tanah. Bukan tanpa alasan ia berkeliaran bebas sekarang, Raelyn harus mengumpulkan esai Ramuannya yang baru selesai sepuluh menit yang lalu. Sejujurnya itu bukan benar benar esai, hanya ganjaran dari perbuatannya karena telah menumpahkan ramuan bisul ke kaki Professor Madden pagi tadi. Sengaja atau tidak, ia sendiri tidak tahu.
Jika kalian bertanya mengapa dirinya mengumpulkan saat malam malam begini, itu karena ia terlalu sibuk 'bermain-main' dengan anak Slytherin bersama Fred dan George hari ini. Ia sampai lupa jika masih mempunyai hukuman yang harus dikerjakan, maka dari itu ia baru mengerjakannya saat selesai makan malam bersama. Itupun juga karena Snape menatapnya tanpa henti saat acara makan malam berlangsung.
Kembali lagi ke Raelyn, ia berjalan dengan santai menelusuri lorong bawah tanah menuju ruangan Snape sambil menenteng beberapa perkamen tugasnya. Ia berjalan dengan ringan melewati pintu demi pintu, tetapi ketika ia melewati ruang penyimpanan Ramuan Snape. Ia sedikit terkejut mendapati Moody baru keluar dari sana sambil memasukan sesuatu di kantong celananya.
Moody pun sepertinya sama terkejut nya dengan dia, tapi Auror terhebat sepanjang masa itu mampu mengatur mimik wajahnya.
"Apa yang kau lakukan dilarut malam seperti ini, Miss. Dixie?" tegur Moody, sedikit kasar sejujurnya.
"Aku harus mengumpulkan esai Ramuanku kepada Professor Snape. Dan ia akan marah besar jika aku menundanya hingga besok pagi."
Moody memincing, mata gilanya menatap tak tentu arah. Dan itu sedikit membuat Raelyn tidak nyaman.
"Baiklah aku akan membiarkanmu."
Mendengar kalimat itu Raelyn berniat langsung berjalan menuju ruangan Snape lagi, tetapi pundaknya lebih dulu ditahan oleh tongkat Moody. Raelyn pun membalikkan tubuhnya dengan sopan.
"Aku harap kau tidak berniat membuka mulutmu pada siapapun, Nak."
Raelyn terdiam, apa ia sedang diancam?
Gadis itu balas menatap Professornya, "Untuk apa aku membuka mulutku jika hanya bertemu denganmu didepan ruang penyimpanan Professor Snape, Sir? Kau bukan Justin Bieber." sahut Raelyn santai, sedikit songong sebenarnya.
Moody menatap matanya tajam, dan Raelyn merasa ditelanjangi bulat bulat oleh tatapan mata itu. Batinnya mulai bergemuruh hebat. Ada yang tidak beres disini.
Malas berlama lama dengan Moody,Raelyn membuka suaranya kembali,"Selamat malam, Professor. Aku tidak ingin dibunuh Snape malam ini, jadi tolong biarkan aku pergi sekarang."
Itu ucapan terakhir Raelyn, ia membalikkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan Moody dengan perasaan aneh.
Ada yang tidak beres, dan apapun itu. Aku mulai terlibat di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
Ficción GeneralIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...