"Apa yang kau ingin aku lakukan, Albus?" tanya Snape saat memasuki ruang kepala sekolah.
Hari ini adalah hari dimana semua murid akan kembali ke Hogwarts untuk melanjutkan study sihir mereka selama satu tahun lamanya kembali. Dan Snape sejujurnya tidak menyukai itu, tidak selama Pangeran Kegelapan berkeliaran bebas disana. Sedangkan disini ia harus memastikan semuanya berjalan lancar, memainkan peran ganda nya sebagai mata mata Dumbledore juga pelahap maut kepercayaan Voldemort.
"Aku ingin kau mengantar surat ini, Severus." ucap Dumbledore membuka suara dari mejanya sambil mengulurkan sebuah surat bersegel cap merah Hogwarts.
Snape mendelik dari posisinya, "Kau tahu, aku bukan burung hantu, Albus!"
Dumbledore dengan mata binarnya menatap Snape, "Kau boleh melihat dulu, diarahkan untuk siapa surat ini." ucapnya kembali mengulurkan surat tersebut agar diambil Snape.
Snape masih dengan tampang dinginnya mendekati posisi Dumbledore, ia menarik cepat surat tersebut dari tangan penyihir hebat sepanjang masa. Dan mulai membacanya.
Mrs. Raelyn C Dixie
The Bedroom
15 Donnington Housing
Wolverhampton
InggrisSnape membaca alamat penerima berulang kali, berusaha meyakinkan matanya bahwa ia tidak salah membaca nama yang tertera di kertas tersebut.
Menyadari Snape hanya bungkam, Dumbledore angkat bicara, "Aku tahu kau bingung, Severus. Begini, Mr. Dixie mengirim kabar kepadaku beberapa hari lalu, menyatakan bahwa ia tidak bisa mengantar putrinya kembali ke Hogwarts karena beberapa kasus di Kementrian tentang Voldemort. Aku tahu Raelyn sudah tahun keenam, dan dia tidak seharusnya dijemput. Tapi ia baru pulih, maksudku--ya setelah satu tahun berada dirumah. Akan lebih baik jika ia dijemput. Aku tentu tidak bisa melakukannya."
Snape menatap Dumbledore tanpa ekspresi.
"Aku mengerti jika kau tidak bisa, aku akan menyuruh Hagrid untuk-"
Snape dengan tangkas menjauhkan surat tersebut dari tangan Dumbledore, saat pria tua itu ingin merebutnya dari tangan Snape.
"Aku akan mengantarkannya." ucap Snape datar.
Snape berjalan menuju pintu keluar dengan bersemangat, meninggalkan Dumbledore tanpa sepatah kata lagi. Jubah kelelawar nya melambai secara dramatis di tiap langkahnya.
Ia terlalu senang, untuk bertemu dengan gadisnya kembali.
***
Perumahan Donnington sepi sekali siang itu, mungkin karena siang ini bukan hari libur. Kebanyakan Muggle mungkin menghabiskan waktu mereka di kantor, pikir Snape.
Itu menguntungkan nya untuk mencari rumah gadisnya, walaupun ia menyadari beberapa pasang mata tengah menatapnya aneh, takut, atau khawatir. Ya, lagipula siapa yang tidak akan memberikannya tatapan seperti itu, jika melihat seorang pria memakai jubah penyihir hitam misterius.
Snape kembali mencari rumah gadisnya, ia mengurutkan setiap rumah yang ditemuinya. Mencari nomor 15 tidak begitu sulit sebenarnya, tapi ada beberapa rumah yang nomor rumahnya tertutup. Dan itu mengesalkan.
Ia baru saja ingin mengumpat, jika tidak langsung bertemu dengan rumah diujung jalan.
15.
Jelas, ini rumah gadisnya.
Dada Snape mulai berdebar kencang, ia memasuki halaman yang ditumbuhi rumput segar dengan perasaan berkecamuk.
Snape mengepalkan tangannya, dan mulai mengetuk pintu dihadapannya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
Ficción GeneralIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...