chapter 1

4.8K 346 40
                                    

Suatu hari di kota London, hidup seorang gadis muda, umurnya yang baru akan menginjak 12 tahun tetapi tidak dengan pola berpikirnya yang bisa disebut sangat dewasa itu menatap keluar jendela. Pandangannya kosong, hampa seperti tidak ada gairah hidup.

Tiba tiba perutnya seakan berteriak minta makan.

"Ugh lapar sekali! Ah pantas saja sudah hampir petang aku belum memasukan makanan apapun!" ucap gadis itu sambil mematikan puntung rokok di tangannya.

Membuang puntung rokok itu sembarangan. Lagipula siapa yang akan mengetahuinya, orang tuanya saja tidak peduli apalagi memeriksa ke kamarnya. Dia turun kebawah mengambil sereal di dapur dan pura pura tidak mendengar apa yang sedang terjadi di tempat yang sama.

"Dasar jalang! Kau berselingkuh lagi bukan dengan si Pelahap Maut itu!"

"Shut up! Kau tidak perlu mencampuri urusanku, urus saja perempuan yang di klub bersamamu semalam"

"Dia hanya asisten ku bodoh! Aish Kau memang, *plak* jangan bicara sesuka mu padahal dirimu yang sedang salah jalang"

"Kau mengatai diriku jalang, padahal kau juga pernah tidur dengan ku bajingan!"

Ya bahkan cela mencela masih terus berlanjut ketika gadis itu sudah selesai membuat sereal.
"Dasar orang tua bodoh! Mereka berdua padahal sama sama salah, egois, mau menang sendiri!" batinnya

Ketika dia hendak kembali ke kamarnya yang berada di lantai 2, dia melihat sebuah amplop dengan logo yang dia tidak tahu itu logo apa. Tetapi yang membuatnya tertarik untuk melihat adalah amplop itu berisi namanya sebagai yang tertuju.

To: Raelyn Chadd Dixie
From: Hogwarts

Dia membaca tak minat, ternyata undangan bersekolah di Hogwarts.
"Ah tak penting! Tak ada gunanya juga aku bersekolah" batinnya

Dia kembali ke kamarnya sambil membawa semangkuk sereal dan susu. Dia makan dengan khidmat, tetapi otak nya sedang berpikir

"Ingin sekali aku terbebas dari neraka ini, pergi ke suatu tempat tanpa ada ini semua! Tuhan kau memang tak pernah memihakku!" batinnya

Tiba tiba dia teringat surat tadi,
"err bukan kah Hogwarts itu asrama?" ucapnya sambil berpikir.

Dia langsung buru buru menghabiskan makanannya, dan segera kebawah mencari surat itu di tong sompah sebab tadi ia buang. Dia melihat sekitar ternyata ibunya pergi, pantas saja sepi karena ayahnya sudah tidak ada teman duel.

"Raelyn sudah makan? Dad ada urusan, uang sudah Dad transfer untuk kebutuhan mu!"

"Aku tak butuh uang mu Dad! Aku hanya butuh kalian disisiku seperti dulu" batinnya berteriak.

"Dad pergi! Jangan cari Mom mu, dia sedang senang senang bersama selingkuhannya! Jangan sampai kau sama seperti dia Raelyn!" ucap pria itu

Itu yang kadang membuatnya malas berbicara dengan kedua orang tuanya, selalu menjelek jelekan satu sama lain di depan dirinya seakan akan dia tameng keduanya.

"Dad pergi!" ucap pria itu sambil berlalu menuju pintu.

"Paling mabuk mabukan di klub lagi" ucap dalam hati.

"Ah ini dia suratnya, ternyata benar benar asrama"

Besok staf kami akan menjemput Anda pukul 7 pagi, siapkan diri anda dan bawa barang barang yang benar benar perlu saja.

"Ah baiklah!" dia langsung keatas dan menyiapkan barang barang yang akan ia bawa ke Hogwarts.

"Apa aku perlu izin? Ah tentu saja tidak, mereka pasti juga tidak peduli bahkan walaupun aku mati sekalipun" ucapnya sambil berpikir, setelah lelah dia pun tertidur.

Hai gaes! Ini story pertama aku! Aku harap kalian suka walaupun ga banya berharap wkwk:') Aku hanya menulis apa yang ada di otak ku, membuat perasaan bahagia tersendiri setelah menulis, ku harap kalian juga bahagia setelah membaca!

Jangan lupa vote+komen tinggal kan aku jejak, agar aku tidak kehilangan arah. Makasih yang udah mau baca, salam hangat dariku:*

My HalfBlood PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang