Kejadian beberapa hari lalu, membuat Raelyn terbangun di sayap rumah sakit paginya. Hagrid lah yang tlah berbaik hati membawanya menuju Hospital Wings. Seingatnya, manusia setengah raksasa itu berkata bahwa ia tertidur di dekat Danau Hitam dalam keadaan yang buruk. Itu benar, Raelyn mengingat bahwa ia menonjok pohon pohon tak bersalah demi melampiaskan emosinya. Beberapa jemari tangannya patah akibat hal itu.
Hari hari berjalan dengan semestinya, Raelyn menjadi pribadi yang tak mengenakan bagi orang terdekatnya. Emosinya suka berubah-ubah, detik pertama ia bisa berteriak marah pada siapapun, dan detik selanjutnya ia akan terisak kencang sekali.
Tak ada yang mau mendekati nya kecuali teman terdekatnya, seperti Fred, George, Jen dan Tom yang masih setia mendampinginya disaat ia rapuh seperti sekarang.
"Raelyn, kau membakar apelmu lagi."
Suara Fred menghentikan lamunannya, ia menatap Apel yang sudah gosong di bagian yang ia genggam. Ini hobi barunya, membuat hangus barang barang yang ia pegang.
Raelyn melempar apelnya ke sembarang tempat, tak peduli benda itu bisa saja mengenai kepala orang lain."Makanlah sarapanmu, kau seperti mayat hidup." ucap Jen sambil membawa piring sarapannya mendekat.
Raelyn tak membantah, ia menyuapkan sendok berisi kentang tumbuk ke dalam mulutnya walaupun tidak berselera sama sekali.
Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru Aula Utama yang ramai, matanya tak sengaja menatap atensi Snape sedang disuapi oleh Isabeth.Cih, pagi yang buruk.
Raelyn menghabiskan sarapannya secepat yang ia bisa, lalu bangkit dari duduknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia butuh udara segar sebelum jam pertama kelas mantra dimulai.
***
Raelyn menduduki dirinya di padang rumput yang langsung berhadapan dengan Danau Hitam, tempat favoritnya.
Raelyn merogoh saku jubahnya, lalu mendapati walkman kesayangan nya, hadiah ulang tahun dari Snape.
Tanpa sadar Raelyn menitihkan air matanya kembali, mengapa pria itu tak bisa keluar dari pikiran nya walaupun sejenak?
Raelyn memainkan walkman digenggamannya, ia mulai melamun. Jika akhirnya seperti ini, mengapa ia harus jatuh cinta pada Snape?
Apa salahnya? Mengapa pria itu tiba tiba meninggalkan nya begitu saja dengan bersama orang lain? Apa memang dia tidak pernah mencintai nya? Apa semua ini hanya ilusi yang tak sengaja Raelyn masuki?
Raelyn menjambak rambutnya kesal, lalu mengumpat dalam hati. Ia tidak bisa menangkis bahwa ia memang benar-benar sudah terlanjur jatuh cinta dengan pria itu. Dan itu adalah hal terbodoh yang telah ia lakukan.
"Raelyn?"
Raelyn menghapus kasar air matanya saat seseorang mulai duduk disampingnya.
Raelyn menolehkan kepalanya ke samping, ternyata Jen sahabatnya.
"Professor Snape-"
Mata Raelyn berkilat tajam hanya dengan mendengar dua kata tersebut.
Jen melanjutkan dengan sedikit takut, kala merasakan atmosfer panas mulai menyerang tubuhnya, "Professor Snape ingin bertemu dengamu di Menara Astronomi nanti malam jam sembilan tepat."Raelyn tak menjawab, ia melemparkan pandangan nya ke hamparan danau luas dihadapannya.
"Aku hanya ingin menyampaikan itu, kau ingin kekelas Mantra bersamaku?" ucap Jen sambil bangkit dari duduknya.
"Bilang pada Profesor Flitwick, aku sedang tidak enak badan." balas Raelyn tanpa mengubah arah pandangan nya.
"Oke, aku pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
Ficción GeneralIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...