Semua karakter murni milik J.K Rowling, tidak ada keinginan meniru atau mendapat untung. Mungkin aku hanya merubah sedikit jalan cerita ges biar sesuai ama jalan cerita aku. Makasih! Jangan lupa vote+komen!
.
.
.
.
.
.
.
.
Raelyn dan Aland sedang berjalan menuju ke aula utama untuk sarapan. Sebelumnya Raelyn menceritakan mengapa ia bisa sampai telentang di lorong sekolah tersebut. Dan Aland hanya terkekeh kecil, tak heran baginya Kepala Asramanya selalu seperti itu pada yang bukan dari Slytherin.Saat mereka berjalan, Aland memperhatikan sekitar. Ia menyadari kini dirinya dan Raelyn tengah menjadi pusat perhatian. Tentu! Bagaimana tidak? Gryffindor dan Slytherin adalah musuh bebuyutan turun temurun. Tapi sepertinya mereka tak memperdulikannya, sampai ketika harus berpisah karena akan duduk di meja asrama masing masing untuk sarapan.
Raelyn duduk di samping Jen, Ia masih kesal dengan si kembar. Awas saja mereka nanti. Ia memakan sarapannya dengan khidmat, sambil sesekali melemparkan tatapan horror pada Fred dan George. Yang di tatap hanya membalas senyum jahil tanpa dosa.
Meja Gryffindor kini sedang ramai oleh anak anak yang berbicara tentang Quidditch yang akan diadakan akhir pekan. Hingga saat seekor burung hantu yang menaruh surat tepat di depan Ron menghentikan mereka. Neville mengatakan itu adalah Howler, mengatakan nya saja sudah membuat Neville merinding. Raelyn tidak tahu apa itu Howler, karena tak pernah ada yang mengirim surat untuknya selama ia bersekolah sampai hari ini.
Namun mungkin lebih baik, karena saat Ron membuka Howler tersebut, suara teriakan dari Mrs. Weasley mampu membuat satu sekolah terdiam.
*****
Raelyn menyelesaikan pelajaran terakhir nya dengan helaan nafas. Rangkaian pelajaran hari pertama sudah terselesaikan tanpa gangguan sedikitpun. Ia kini sedang berjalan ke ruangan Guru Ramuannya itu. Ia ingin pura pura lupa atau bahkan meng-oblivate Master Potions nya itu tetapi tak mungkin, mengingat Snape selalu tahu apa yang ia pikirkan.
Raelyn mengetuk pintu ruangan tersebut perlahan, ia sebisa mungkin mengendalikan dirinya. Hingga terdengar suara dari dalam menyuruhnya masuk. Raelyn membuka pintu itu sangat hati hati, ia bahkan menundukan kepalanya tak berani melihat seseorang yang sedang membaca buku di ujung ruangan.
Mata Snape juga tak lepas dari buku yang ia baca, ia langsung menyuruh Raelyn untuk membersihkan labnya tanpa menyentuh barang barang yang ia larang untuk disentuh. Raelyn mengangguk menurut mulai memasuki sebuah ruangan yang diketahui itu lab pribadi khusus yang berada di ruangan tersebut.
Setelah memastikan lab tersebut benar benar bersih dari noda apapun, ia keluar menemui Professornya.
"Apa ada lagi yang Anda ingin saya kerjakan Professor?" ucap Raelyn masih sambil menunduk. Bagus sekali Raelyn! Nyalimu benar benar sudah hilang. Kau sudah seperti anak Gryffindor lainnya yang ketakutan saat menghadapi Snape. Raelyn hanya meringis memikirkan perbedaan ia detensi tahun lalu dengan sekarang. "Semoga Snape tidak menyadarinya!" gumam Raelyn.
Namun Dewi fortuna memang tak pernah berpihak padanya. Bagaimana tidak? Kini Snape tengah menatapnya penuh selidik memastikan itu gadis emosional yang biasanya selalu keras kepala atau orang lain yang sedang meminum ramuan Polyjuice untuk menyerupai dirinya.
Menyadari tatapan Snape yang mengintimidasi dirinya, Raelyn buka suara "Sungguh saya benar benar Raelyn, Professor! Saya tidak meminum ramuan Polyjuice atau sejenisnya!" ucap Raelyn menggebu gebu sambil mengangkat dua jarinya membentuk *piss*. Sial! Kau sekarang terlihat bodoh didepannya Raelyn!
"Baiklah! Duduk di sana Dixie!" ucap Professor Snape memecah keheningan. Raelyn hanya menurut ia sudah malu sekali di hadapan gurunya itu. Semoga Snape tak berpikir kalau Raelyn bipolar, hihi.
"Bisa kau jelaskan mengapa kau bisa menghentikanku meng-Legilimens mu saat musim panas kemarin?" ucap Snape datar seperti biasanya.
"Eh? Ehm, sebenarnya saya sendiri juga tidak tahu Professor! Saya hanya mencoba mendorong Anda menjauh dari pikiran saya!" ucap Raelyn jujur.
"Apa kau pernah melakukan Occlumency sebelumnya?" ucap Snape datar.
"Hah? Occlumency? Saya bahkan emm tidak tahu itu bisa disebut Occlumency Professor!" ucap Raelyn terkejut, ia memang pernah mendengar kata Occlumency.
Snape berlalu meninggalkan Raelyn begitu saja, saat kembali ia membawa sebuah buku dan meletakan diatas meja pembatas antara mereka berdua.
"Pahami sendiri! Jika kau kesulitan tanyakan saja padaku!" ucap Snape sambil menyodorkan buku agar Raelyn ambil.
Raelyn membaca judul buku tersebut 'Occlumency' bisa dipastikan isinya pasti tentang hal tersebut. Raelyn mengangguk kecil. Tetapi tiba tiba Raelyn mengingat sesuatu. Astaga ia bahkan belum berterimakasih pada Snape tentang makanan musim panas itu! Raelyn mematung ia bingung bagaimana cara mengucapkan nya, ia mengutuk dirinya sendiri karena sok berani ingin mengucapkannya langsung.
Menyadari gadis didepannya memaki maki dirinya sendiri, Snape menggulum senyum tipis sangat tipis bahkan tak ada orang yang bisa meyakinkan diri itu adalah seutas senyuman.
"Kau tahu? Biasanya Occlumency sangat mudah dilakukan untuk anak anak Slytherin saja!" ucap Snape memecahkan keheningan lagi. Snape juga tak mengerti mengapa ia menjadi banyak bicara didepan gadis tersebut.
"Eoh? Sejujurnya saya hampir ditempatkan di Slytherin oleh topi seleksi saat pembagian asrama kemarin Professor!" ucap Raelyn santai.
Snape sedikit terkejut, namun ia selalu bisa mengendalikan emosi apapun dalam topengnya tersebut. Snape hanya mengangguk acuh sebagai balasan.
"Ehm Professor!" ucap Raelyn mendongak menatap mata hitam legam setajam elang. Yang ditatap hanya menaikan alis satunya seolah bertanya 'Ada apa?'
"T-terimakasih u-untuk mak-anan s-saat m-musim pana-as Professor!" ucap Raelyn gagap yang sudah dipastikan seperti Neville.
Snape hanya tersenyum kecil lalu berucap, "Bukan masalah!" ucap Snape datar. Sejujurnya ia juga ingin mengatakan maaf, namun sayang egonya belum bisa ia kalahkan seperti gadis tersebut. Egonya terlalu besar, ego yang membuatnya terlihat nyaman akan kesendirian tapi pada dasarnya tidak sama sekali.
"Ayo kembali ke asramamu! Akan kuantar kau agar tak di tangkap oleh Filch saat berpatroli!" ucap Snape lalu berdiri dari duduknya. Raelyn mengangguk tak membantah ia mengikuti Snape keluar ruangannya. Sekarang sudah hampir tengah malam, Ia tahu jika nanti tak diantar Snape entah berapa potongan poin untuk asramanya. Tetapi ia lebih takut untuk berjalan sendiri di tengah lorong gelap. Memikirkan nya saja sudah membuat Raelyn mengangkat bahunya ngeri sambil merem melek membayangkan hal tersebut.
Snape tahu apa yang dipikirkan gadis di sampingnya, karena ia sedang tidak meng-Occlumency. Snape tersenyum kecil, mungkin sebentar lagi sejarah akan mencatat nya karena hari itu ia banyak tersenyum oleh hal kecil di depan gadis keras kepala tersebut.
Mereka tiba di pintu masuk asrama, "Jangan seperti ini! Aku lebih menyukai saat kau menatapku nyalang dan mulut besarmu yang sering mengumpatkan ku daripada terus diam menunduk ke bawah melihat lantai kotor!" ucap Snape datar sambil berlalu.
Raelyn ternganga dibuatnya, mungkin dipastikan mulutnya itu sebentar lagi mengeluarkan tetesan air liur karena terlalu besar menganga. Raelyn masuk setelah mengucapkan kode kepada lukisan Nyonya Gemuk dan langsung berlari menuju kamarnya. Ia loncat loncatan di kasur, tidak peduli ini sudah tengah malam dan Jen teman sekamarnya bisa bangun. Ia sudah gila, ah tidak tidak ia benar benar gila dibuat Snape. Ngomong ngomong Snape tampan juga ya, ah tidak! Bagaimana mungkin aku menyukai om om seperti diaa! Tapi om omnya tampan, tak apalah! Hihihi.
Baru saja membatin begitu, Raelyn sudah kejeledak jatuh dari kasur karena kakinya nyangkut di selimut.
"ARRGHH!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Makasih teruntuk yang sudah mau baca!Oh ya aku sudah menemukan pembaca setia! Luv kalian semua!! Vote+komen jangan lupa!
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
Ficção GeralIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...