Ch.7 (Detensi)

1.7K 263 13
                                    

Semua karakter murni milik J.K Rowling, tidak ada keinginan meniru atau mendapat untung. Mungkin aku hanya merubah sedikit jalan cerita ges biar sesuai ama jalan cerita aku. Makasih! Jangan lupa vote+komen!
.
.
.
.
.
.
Professor Snape tiba tiba memojokkan Raelyn ke tembok, Ia mendekat ke leher Raelyn. Deru nafasnya bisa Raelyn rasakan. Shit, dasar Professor cabul.

Langsung saja Raelyn mendorong dadanya keras, membuat Snape mundur ke belakang.

"Apa yang Anda lakukan Professor? Saya akan melaporkan Anda ke Kepala Sekolah atas perbuatan anda tadi!" ucap Raelyn mengancam.

"Oh ya?" Snape mengedikkan bahu acuh lalu menambahkan, "Bereskan ruangan saya tanpa sihir apapun! itu detensimu hari ini!" ucap Snape seakan tidak peduli apa yang tadi Raelyn ucapkan.

Raelyn ingin segera pergi dari situ, tanpa membantah ia mulai membersihkan ruangan Snape yang sudah seperti kapal pecah, botol botol kaca berserakkan, buku buku ditaruh sembarangan, juga lantai yang sangat kotor. "Ini orang jorok banget dah." batinnya yang dibalas tatapan tajam oleh Snape. "Sepertinya dia emg bisa baca pikiran!" gumamnya lagi sambil menatap Professornya datar.

Setelah selesai membersihkan ruangannya, Raelyn disuruh duduk di depan Snape. Ia bilang akan mengajari soal yang Raelyn tidak mengerti. Snape memberikan soal ulangan tadi dan kertas kosong serta pena bulunya karena Raelyn tidak membawa apa apa. Takde akhlak emg Raelyn. Lalu dia langsung menatap Snape tanda sudah siap.

"Aish gadis bodoh! Kerjakan dulu sebisamu!" ucap Snape sarkas. Yauda kek gausa pake emosi dasar om om.

"Sopan sedikit Nona Dixie!" ucap Snape lagi. Lalu Raelyn mulai mengerjakan soal sebisanya, dan itu tak luput dari pandangan datar Snape.

"Kau memang tak pernah diajarkan menulis heh?" ucap Snape dan langsung memegang tangan Raelyn.menggerakkan nya seperti seorang bapak yang baru mengajarkan anaknya menulis.

Mata Raelyn langsung melotot, mungkin sebentar lagi bola matanya akan keluar. Saat tangannya bersentuhan dengan Snape, seperti terjadi sengatan listrik mungkin hanya Raelyn yang merasakan, karena Snape santai santai saja. Aku tak bisa berpikir jernih dengan jarak sedekat ini Professor.

Menyadari Raelyn diam membeku sambil menatap wajahnya, Snape langsung menjauhkan diri. "Kurasa kau sudah bisa sendiri Dixie!" ucap Snape datar seolah tal terjadi apa apa.
Raelyn menyelesaikan remedial nya dengan bantuan Snape. Saat hendak berdiri untuk keluar dari ruangan, Snape mengajaknya bicara lagi.

"Apa kau tadi ke danau?" tanya Snape datar. Raelyn terkejut bukan main darimana ia tahu?.

Snape tersenyum miring, "Berikan aku apapun yang ada dikantongmu Nona Dixie!" ucap Snape yang mampu membuat Raelyn gelagapan.

Mata Snape menusuk tajam, ia kembali mendekatkan dirinya ke Raelyn sambil terus mencium cium memastikan indra pernafasannya berfungsi dengan baik. "Untuk saja tadi aku pakai minyak wangi muehehe!" batin Raelyn.

"Jika kau memberikan nya padaku sekarang, tak akan ku adukan kau pada Professor McGonagall dan Dumbledore!" ucap Snape lagi smirk nya membuat Raelyn agak takut.

"Apa yang harus ku berikan Professor? Aku tak punya apa apa!" ucap Raelyn tegas.

"Baiklah Nona Dixie!" ucap Snape lalu menambahkan "Accio! Rokok!" ucap Snape sambil menggoyangkan tongkatnya. Lalu rokok yang ada di kantongnya serasa bergerak akan keluar, dan tiba tiba benda tersebut sudah ada di tangan Snape.

Snape tersenyum senang, sambil memegang benda tersebut. Tamatlah riwayatmu Raelyn!

*****

Esok paginya, Raelyn sebisa mungkin menghindari Snape. Namun, tidak segampang itu mengingat jam pelajaran kedua adalah Kelas Ramuan. Apa aku bolos saja?

Tapi tidak mungkin mengingat Snape bisa Legilimency. Bisa bisa poin asramanya dipotong lagi bukan?

Saat pelajaran Ramuan berlangsung, kelas begitu damai tidak seperti biasanya. Snape pun entah kenapa sedang tidak mencari masalah dengan anak Gryffindor ataupun dirinya.

Sehabis makan malam bersama, Raelyn lupa akan detensinya dengan Professor Snape. Ia begitu senang, sebab hari itu ia tidak mempunyai masalah belum lagi Ia juga baru saja diajak jalan oleh Aland untuk pergi ke Hogsmede akhir pekan.

Saat hendak tidur, Raelyn menatap ke arah luar jendela kamarnya, "Apakah mereka baik baik saja?" gumam Raelyn. Raelyn tidak bisa tidur, sekarang ia bosan, kalau ia keluar dari asramanya pasti akan ditangkap oleh Argus Flich dan poin asramanya akan dipotong mengingat siswa/i Hogwarts tidak boleh berkeliaran saat malam.

Raelyn menjetikan jarinya, munculah api biru membentuk bulan sabit keluar dari tangannya. Indah, batinnya. Dan tanpa ia sadari Professor McGonagall melihatnya dari jauh.

*****

Professor McGonagall membawanya ke ruangan Kepala Sekolah. Tiba di ruangan Professor Dumbledore, Raelyn dikejutkan karena semua Professor Hogwarts sudah berkumpul disana, mereka sedang menatap Raelyn dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Benarkah yang kau bilang Minerva?" ucap Dumbledore memulai percakapan.

"Ya Albus! Aku melihatnya sendiri! Ia mengeluarkan api dari tangannya!" ucap Professor McGonagall tak sabaran.

"Kemarilah anakku!" ucap Dumbledore hangat, seperti magnet Raelyn langsung menurut menghampiri Dumbledore yang sedang duduk dimejanya. Dumbledore memeriksa tangannya, sambil sesekali bergumam mengucapkan mantra.

"Apa saja yang kau bisa lakukan saat menjetikan jarimu Raelyn? Tak apa katakan saja semuanya pada kami!" ucap Dumbledore hangat yang membuat siapa saja yang mendengar perintahnya langsung menjalankannya tanpa protes sedikitpun.

Raelyn menceritakan semuanya pada Dumbledore dan semua Professor yang saat itu berada di ruangan yang sama. Tentu saja ia takan bilang untuk masalah membakar rokok bukan?

"Saat itu aku disuruh ibuku untuk menyalakan lampu, karena malas menuju saklar lampu, aku menjetikkan jariku dan lampu pun menyala dengan sendirinya" ucap Raelyn datar.

Lalu ia menambahkan, "Juga saat aku hendak membakar kayu bakar untuk penghangat ruangan, aku tak punya korek, akupun menjetikkan jariku dan keluarlah api untuk membakar kayu tersebut." ucap Raelyn santai.

Professor Flitwick menambahkan, "Ia juga mengeluarkan sihir untuk memadamkan api di kelas saya Albus!" ucap Professor bertubuh mungil tersebut.

"Ada lagi Raelyn?" ucap Dumbledore masih sambil tersenyum hangat.

"Ada Professor! Saat aku telat untuk pelajaran Ramuan" ucapku sambil menatap Professor Snape, "Aku menjetikkan jariku lagi dan entah bagaimana caranya aku sudah berada di depan kelasnya!" ucapku menambahkan.

Dumbledore tersenyum lagi, "Tenang saja Raelyn, kurasa kau hanya perlu dibimbing untuk melatih sihir ini!" ucap Dumbledore. "Ini bukan sihir hitam, jika kau diajar dengan orang yang tepat!" ucap Dumbledore lagi sambil menatap Professor Snape.

Menyadari apa yang terjadi, Raelyn langsung berucap, "Mengapa tidak Anda saja yang membimbingku Professor Dumbledore?" ucap Raelyn memelas karena dirinya sudah malas berdekatan dengan Professor Snape.

"Tidak Anakku! Kau akan lebih baik jika diajar oleh seseorang yang lebih ahli Dark Arts!" ucap pria yang diketahui umurnya sudah lebih dari 100 tahun tersebut.

Dan semenjak saat itu, hidup Raelyn jauh dari kata tenang.
.
.
.
.
.
.
.
.
Maaf untuk para readers ku jika chapter kali ini sangat flat! Sungguh aku jadi kehabisan ide untuk jalan cerita ini! Tapi tenang saja! chapter yang akan datang, akan penuh kejutan! Nantikan ya! Bantu vote+komen biar author cepet up!

My HalfBlood PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang