Ch.44 (Why?)

1.1K 196 94
                                    

"RAELYN! CEPAT TURUN! LIHAT SIAPA YANG DATANG!"

Teriakan ayahnya dari lantai bawah cukup mengusik aktivitas Raelyn yang sedang merangkum bab empat Transfigurasi nya.

"YEAH! I'LL COME!" balas Raelyn ikut berteriak.

Ia melepas headset walkman dari telinganya, lalu mulai bangkit dari tempat tidurnya.

Crack.

Raelyn menurunkan pandangan nya, menatap kakinya. Ia mendengus ringan saat melihat pena bulunya yang sudah patah menjadi dua bagian.

"Sialan, mana ini yang terakhir!" maki Raelyn pelan, memungut pena bulunya.

"RAELYN!" teriak ayahnya kembali.

"AKU DATANG, DAD!" balas Raelyn cepat, membuang pena bulunya sembarangan.

Raelyn melangkahi buku buku dan beberapa perkamen yang berserakan di kamarnya. Kemudian menuruni tangga dengan tergesa gesa, "Siapa yang datang-"

"Hai?"

Mata Raelyn melotot seketika saat tahu siapa yang sedang berdiri didepan pintu masuk rumahnya, tanpa aba aba ia langsung melompat dari posisinya padahal masih ada empat anak tangga terakhir.

"ALAND!!" teriak Raelyn girang bukan main.

Raelyn berlari kencang, lalu melemparkan dirinya ke tubuh Aland, memeluknya erat. Membuat sang empunya hampir saja jatuh jika tak pandai menjaga keseimbangannya.

"Kenapa tidak bilang kau akan datang!" gerutu Raelyn tidak jelas karena belum melepaskan pelukannya.

"Kalau aku bilang, aku tidak akan mendapatkan pelukan ini." sahut Aland hangat, mencium pucuk kepala Raelyn.

"Ekhem.." dehem seseorang didalam ruangan yang sama.

Sontak saja, Raelyn buru buru melepaskan pelukannya, ia tidak menyadari jika ayahnya sedari tadi berada di dekat mereka.

"Aku ingin mengajakmu ke Diagon Alley, Raelyn." ujar Aland membuka percakapan.

Mata Raelyn membulat, "Benarkah?" sahutnya girang. Hingga ia mengingat satu hal, "Tapi Dad..." lanjut Raelyn, sedikit tidak bersemangat sambil menatap ayahnya.

"Ayahmu sudah mengizinkan nya." sahut Aland sambil melemparkan senyum hangatnya pada ayah Raelyn. Ayahnya pun juga ikut balas tersenyum.

Raelyn tak bisa menyembunyikan rasa senangnya, ia menubruk tubuh ayahnya cepat. "Trims, Dad."

"Apapun untukmu Dear," ucap ayahnya memberi jeda, "Ayah tahu kau muak dengan program sialan itu, apalagi dengan berada dirumah hampir enam bulan lamanya." lanjut Mr. Dixie sambil mengusap surai lembut Raelyn.

Raelyn tak membantah, bahwa program kementerian yang sedang dijalankannya sekarang, sangat memuakkan. Bayangkan saja, ia harus mempelajari semua materi sendiri. Karena para pengampu mata pelajaran Hogwarts hanya memberikannya tugas secara terus menerus tanpa menerangkan materi sama sekali.

Belum lagi, tingkat kekhawatiran ayahnya yang berlebihan setiap ia melangkahkan kakinya keluar, lima langkah dari pintu rumah.

Tidak hanya itu, ayahnya bahkan membatasi dirinya dalam menerima surat. Sejauh ini, hanya ada lima burung hantu yang boleh memasuki area rumahnya. Pertama Errol, burung hantu keluarga Weasley. Kedua Lysa, burung hantu Jen. Ketiga Gof, burung hantu milik Tom. Keempat ada Mars, burung hantu milik Aland. Serta yang terakhir Krav, burung hantu milik Xeno.

Sebenarnya ada satu burung hantu yang sedikit mengganggunya hampir setiap hari, hanya karena ia selalu bertengger manis di pohon besar dekat jalan raya. Dan pohon itu mengahadap langsung ke arah jendela kamarnya.

My HalfBlood PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang