"Tapi sayangnya, aku tidak mau."
Ucap Raelyn kemudian masih mempertahankan senyum sinisnya. Mau bagaimanapun, jiwa nya tetap Gryffindor. Dan anak Gryffindor tidak akan pernah mengorbankan temannya sendiri demi mencapai satu tujuan. Walaupun ia dan Harry tidak begitu dekat, tapi bocah laki laki tersebut tetap teman satu Asramanya. Ia tidak akan membiarkan dirinya menjadi kaki tangan Pelahap Maut dihadapan nya, meskipun tawaran tersebut terlihat sangat menggiurkan dimatanya.
Rahang Moody mengeras, saat ia ingin melambaikan tongkatnya, Raelyn sudah lebih dulu menjentikkan jarinya berapprate dari sana.
***
Seminggu belakangan ini Hogwarts tengah melaksanakan ujian, anak anak sama stress nya dengan Raelyn. Hal ini jugalah yang membuat Raelyn lupa tentang Moody ataupun Snape. Ia belum berniat membuka mulutnya pada siapapun tentang mereka berdua. Entahlah, nilai ujiannya mungkin lebih penting untuk mendapatkan perhatian.
Raelyn membaca buku sejarah sihirnya yang disandarkan di keranjang buah. Teman temannya sedang asyik menikmati sarapan, sedangkan dirinya masih sibuk menghafal tahun tahun penting dari buku tersebut."Raelyn, makanlah sarapanmu dulu."
Raelyn menghembuskan nafasnya kasar, itu adalah yang ketiga kalinya Fred mengingatkan nya untuk makan.
Malas berdebat, Raelyn langsung menyendokkan oatmeal nya ke mulutnya. Matanya masih tak berpaling dari buku."Raelyn, tidak perlu terlalu tegang. Aku tahu kau sudah cukup pintar tanpa membaca ulang lagi." ucap Jen sambil menepuk bahunya ringan.
Raelyn tak berniat menjawab sama sekali, matanya masih tetap berpaku pada buku tebal dihadapannya.
Jen menaik turunkan alisnya pada George yang berada di sampingnya.
Tiba tiba dari arah samping, sebuah tangan mengambil bukunya cepat dan melemparkan benda tersebut ke arah kembarannya.
"GEORGE!"
Yang dipanggil malah tersenyum iseng sambil menepuk pucuk kepalanya pelan, "Istirahatlah sebentar, kepalamu bisa berasap Raelyn."
Raelyn memutar bola matanya kesal, ia malas meladeni mereka. Jadi ia menurut dan memakan outmeal nya kembali.
***
Akhirnya ujian pun berakhir, Raelyn keluar paling terakhir dari ruang kelas sejarah. Ia melampirkan tas gembloknya ke punggungnya.
Tapi saat kakinya keluar dari pintu ruang kelas tersebut, dari arah samping seseorang merangkul bahunya hangat.
"Kau tidak ingin menonton Turnamen lagi? Hari ini tugas terakhir."
Raelyn sudah tahu siapa yang sedang merangkulnya tanpa harus repot repot menolehkan kepalanya.
"Malas."
"Ya sudah, aku-"
Ucapan Jen terpotong ketika Raelyn menghentikan nya, "Tunggu. Aku baru ingat satu hal!"
"Apa?"
"Bawakan tasku ke kamar, aku ada urusan!" ucap Raelyn sambil melemparkan tasnya kepada Jen sembarang. Lalu ia pun berlari dengan tergesa gesa.
"HEY! TUNGGU, KAU MAU KEMANA?"
Raelyn mengabaikan teriakan Jen dari arah belakang, ia hanya ingin cepat cepat keruangan Moody saat ini.
***
Raelyn menatap pintu di depannya, ia harus mendobrak atau mengetuk terlebih dahulu? pikirnya.
Lalu ia memutuskan untuk mengetuk pintu nya dahulu, namun saat tangannya masih mengambang, pintu sudah terbuka lebar untuk nya terlebih dahulu. Raelyn mengerinyit, tapi ia melangkahkan kakinya untuk masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
Tiểu Thuyết ChungIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...