Menyadari ada yang sedang menggenggam tangannya, Raelyn berusaha mengumpulkan nyawanya. Ia melihat ke arah kirinya, seorang pria dewasa sedang menatapnya cemas. Raelyn tersenyum lemah, tubuhnya sangat letih saat itu tetapi ia sangat senang mengetahui ada yang mengkhawatirkan nya.
Snape tahu gadis itu masih sangat lemah, jadi ia tak akan mampu menutup pikirannya. Snape menatap dalam manik mata berwarna coklat terang tersebut. Berusaha membaca apa yang baru saja terjadi, sehingga bisa membuat gadisnya seperti ini.
Setelah selesai dengan Legilimency nya, ia melepaskan genggaman tangannya. Ia sedikit emosi mengetahui gadis tersebut terlalu banyak menggunakan sihirnya, karena berusaha melindungi teman temannya.
"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Snape pura pura tidak tahu.
"Ada Dementor di kereta, dan aku tak bisa mengeluarkan mantra 'Patronus' untuk melawannya. Jadi aku menahan pintu agar mereka tak masuk ke kompartemen kami!" ucap Raelyn menggebu gebu, seperti anak kecil yang sedang mengadu ke orangtuanya.
"Dan kau mengeluarkan sihirmu?" tanya Snape lagi.
"Yaa," ucap Raelyn sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal, lalu menambahkan. "Aku berusaha menormalkan suhu kompartemen ku"
"Dan juga menenangkan teman teman berkepala kosongmu itu?" tebak Snape datar.
Raelyn melotot kesal, "Kalau kau sudah tahu ngapain nanya sih!" ucap Raelyn kesal karena ia bisa menebak bahwa Snape sudah membaca pikirannya lagi.
"Hanya memastikan" sahut Snape sambil mengedikan bahunya acuh.
Keheningan pun melanda mereka, Snape pun beranjak dari duduknya hendak melanjutkan patrolinya, karena sudah tahu apa yang terjadi. Namun tertahan karena sebuah tangan mungil, mencekal jari kelingking nya.
"Jangan" ucap Raelyn pelan. Snape pun mengangkat sebelah alisnya bingung, tetapi dalam hatinya ia sedikit senang karena ditahan pergi oleh gadis tersebut.
"Maksudku, temani aku dulu disini. Ah tidak, ehmm antarkan aku dulu ke asrama" ucap Raelyn tersendat sendat karena ditatap seperti itu oleh Snape.
"Tidak! Kau bermalam disini! Tubuhmu masih lemah!" ucap Snape tegas.
Raelyn membelak kaget, "Apa!? Tidur sendirian disini maksudmu?" tanya Raelyn tidak santai, lalu melihat sekitarnya yang terasa sangat seram dan gelap. Walaupun tahun kedua ia pernah tidur disini, tetapi kan saat itu ada Harry yang menemaninya. Sekarang? Raelyn kan sendirian. Ia sedikit merinding membayangkan nya,
"Gak mau!" ucap Raelyn lalu berusaha turun dari kasurnya berjalan menuju pintu. Namum sekarang, ia yang ditahan oleh Snape.
"Aku temani" ucap Snape ambigu. Raelyn pun terbengong mendengarnya. Menyadari ucapannya bermakna 'ganda', Snape buru buru menjelaskan.
"Maksudku, aku temani kau sampai tertidur" ucap Snape lalu menambahkan, "Sudah jangan banyak tanya, naik ke tempat tidur mu lagi!" tegas Snape galak.
Raelyn sedikit meringis karena ucapan galak pria tersebut. Ia buru buru menidurkan diri kembali di kasurnya. Snape pun kembali duduk di kursi sebelah kiri Raelyn, ia membaca buku yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya. Orang pinter mah beda.
"Professor" ucap Raelyn pelan memecah keheningan. Sedangkan yang ditanya hanya membalas dengan deheman.
"Aku ingin bertanya" ucap Raelyn tidak to the point yang membuat Snape kesal.
"Tanya tinggal tanya!" ucap Snape kesal karena diganggu aktivitas nya."Apa ada guru baru sekarang?" tanya Raelyn.
"Ya" balas Snape seadanya. Lalu keheningan melanda mereka. Raelyn agak ragu untuk bertanya lagi. Tetapi rasa keingin tahuannya tak bisa dibendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My HalfBlood Prince
General FictionIni bukan kisah Harry Potter atau Kau-Tahu-Siapa. Ini hanyalah sepenggal kisah antara karakter favorit saya, Severus Tobias Snape dengan gadis kecil bernama Raelyn Chadd Dixie. Kisah yang saya buat murni hasil imajinasi saya yang sangat mengidolakan...