Chapter 5 : Trauma

4.2K 386 40
                                    

Terima kasih untuk kamu yang masih setia membaca cerita ini

Terima kasih pula untuk yang sudah memberikan vote dan komennya ya

Jangan lupa komen kehaluan kalian. Mari halu bersama Dara >.<

I hope you enjoy this story (•ө•)♡

Happy reading:)

π√π√π√π

Setelah selesai berkeliling rumah. Dara dan Ajil masuk ke rumah. Rasa lapar datang menghampiri mereka. Mereka pun menuju meja makan untuk makan siang. Malam harinya Ajil sudah bersiap untuk pergi. Dara yang saat ini sedang duduk di ruang tamu terlihat bingung.

"Kakak mau kemana?" tanya Dara

"Aduh maaf banget ya, gue harus pergi latihan," ucap Ajil buru-buru

"Latihan? Jam 8 malem?" Dara tak percaya

Ajil berjalan mendekati Dara.

"Kan gue udah bilang, dua minggu lagi tim gue turnamen ke Bandung. Ini tuh buat turnamen final. Jadi kita harus banyak latihan. Gue gak lama kok, jam 10 juga pulang," ucap Ajil lembut

"Berarti aku sendirian dong? Kak, aku takut..." Dara memeluk lengan Ajil erat

Ajil menghela nafas berat. Benar juga, jika ia pergi Dara pasti sendirian.

Kakak-kakak nya yang lain pun belum ada yang pulang padahal sudah pukul 8 malam. Bahkan Andre yang 24 jam selalu dirumah, hari ini sedang pergi ke luar kota.

Tak lama kemudian kedua kakak kembarnya datang.

"Assalamu'alaikum..."ucap Ari dan Tan bersamaan

"Waalaikumsalam..."

"Nah, tuh mereka udah dateng. Gue pergi dulu ya," pamit Ajil

"Mau kemana lu Jil?" tanya Kimtan

"Latihan basket. Udah ya, gue pergi dulu. Udah telat ini. Jagain Dara ya bang."

"Assalamu'alaikum.."

Ajil mengacak rambut Dara dan kemudian pergi.

"Waalaikumsalam..."

Ari dan Tan saling berpandangan. Mereka bingung harus bagaimana.

Jujur, setelah kejadian kesalahpahaman itu mereka belum mengobrol lagi dengan Dara karena sibuk dengan tugas kuliah. Apalagi sudah bertahun-tahun mereka tak bertemu dengan Dara setelah kejadian yang menimpa Dara beberapa tahun yang lalu. Itu membuat mereka merasa sedikit-----canggung.

Dara juga diam saja. Sebenarnya ia sedang meyakinkan hatinya bahwa takkan terjadi apapun padanya. Berusaha meyakinkan bahwa mereka adalah kakak-kakak nya yang sangat ia sayangi selama ini.

"Kakak udah pada makan malem?" tanya Dara akhirnya

Mereka berdua mengangguk singkat.

"Udah kok, tadi dijalan kita makan," jawab Tan

Dara kembali terdiam. Ia paling tidak bisa berbasa-basi, apalagi memulai percakapan.

"Dar, kita ke kamar dulu ya mau ganti baju," ucap Tan

"Kalo ada apa-apa gue sama Tan ada di kamar nya Tan ya," tambah Ari

Dara mengangguk pelan. Mereka berdua pun pergi. Setelah mereka pergi, tiba-tiba Dara merasa kepalanya pusing. Lagi-lagi perasaan trauma itu menghampiri Dara.

A Special GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang