Chapter 31 : Kemarahan Ajil

2.1K 275 117
                                    

I hope you enjoy this story (•ө•)♡

Happy reading:)

π√π√π√π

Suasana menegangkan sedang menyelimuti kediaman para putra Maheva. Semua nya berawal dari Alwi yang tidak sengaja mendengar pembicaraan Mario dan Rafa di ruang musik. Alwi tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua kakaknya yang sedang membicarakan kondisi Dara yang hanya mengalami sedikit perkembangan. Hingga akhirnya semua berujung dengan kemarahan Ajil di ruang diskusi.

Ajil marah dan semua kakaknya hanya bisa diam. Jika sebelumnya tamparan Cakra mampu menyadarkan KimTan, maka itu tidak berlaku pada Ajil yang sudah marah. Semuanya memilih bungkam dan membiarkan Ajil meluapkan semua emosinya.

Memberi pengertian pada Ajil itu tidak semudah memberikan pengertian pada kembar tiga. Jadi, saat Rafa menjelaskan pada kembar tiga tentang Dara yang kambuh dan tidak memberitahu mereka karena khawatir dengan kondisi Ajil, mereka bertiga langsung mengerti. Meskipun mereka sedikit kecewa karena merasa dibohongi juga. Berbeda dengan Ajil yang tidak mau mendengarkan penjelasan apapun dari para kakak nya.

Sudah lebih dari 30 menit Ajil terus berteriak, membentak, dan memaki di depan kakak-kakaknya. Ajil dan Dara itu sama-sama mengerikan saat lepas kendali.

"Gue mau ke Berlin. Gue mau ketemu Dara!" ucap Ajil dingin dan tegas

"Jil, lo itu belum sembuh total. Seenggaknya tunggu sampe hasil tes lo keluar," ucap Ragil

"Gue bilang gue mau ke Berlin bang!" ulang Ajil dengan tegas

"Jil,,,"

"Persetan! Kalau kalian gamau bawa gue ke Berlin, biar gue pergi sendiri!" marah Ajil lalu keluar begitu saja dari ruangan

Semua kakaknya yang ada di ruangan hanya bisa menghela nafas berat. Bahkan Cakra yang tertua disana hanya bisa memijit pelipisnya karena pusing.

Dengan segala emosi yang masih belum mereda, Ajil berjalan ke pintu utama. Saat melewati ruang tamu, ada kembar tiga yang memang tidak ikut masuk ke ruang diskusi.

Mereka tahu akhirnya akan seperti ini, makanya mereka menunggu dibawah agar bisa menahan Ajil untuk tidak pergi.

"Jil, lo mau kemana?" tanya Azmi tiba-tiba bangkit dan mencekal lengan Ajil

"Lepas bang! Gue mau ke Tasikmalaya. Gue mau bilang ke eyang soal Dara. Gue harus ke Berlin bang!" jawab Ajil marah

Ajil berusaha menepis genggaman Azmi namun tetap tak bisa karena kondisi nya yang memang masih belum pulih total. Tenaganya masih belum cukup kuat.

"Jil, gue tau lo kecewa. Disini bukan cuma lo yang merasa di kecewakan tapi kita juga," ucap Alwi lembut

"Tapi coba deh lo buat mengerti posisi mereka. Mereka cuma gamau liat lo makin parah kalo sampe lo tau kondisi Dara," lanjut Lucky

Mungkin jika bukan tentang kedua adiknya, Lucky akan bersikap tak peduli. Namun saat ini, sebagai seorang kakak yang baik ia harus menenangkan emosi adiknya.

"Kalian bertiga ternyata sama aja ya kayak mereka! Kalian itu gatau gimana rasa sakitnya! Rasanya sakit dan gelisah, gue gak pernah bisa tenang. Dan mereka semua nyembunyiin semua itu dari gue. Mereka gak cuma nyiksa Dara, tapi gue juga ikut tersiksa bang!" bentak Ajil

Akhirnya Ajil bisa melepaskan genggaman Azmi dengan hentakan yang cukup keras. Bahkan kini pergelangan tangan nya sedikit memerah.

"Kalian jangan larang gue buat pergi atau gue bisa aja kasar sama kalian!" ucap Ajil dingin

A Special GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang