Chapter 32 : Saling Mengobati

2.1K 260 236
                                    

Jangan lupa vote di SEMUA chapter <3

I hope you enjoy this story (•ө•)♡

Happy reading:)

π√π√π√π

Sejak memasuki ruangan Dara lima menit yang lalu, Ajil masih belum beranjak dari tempatnya berdiri. Ia masih tetap berdiri di ambang pintu sambil menatap Dara sendu. Begitupun dengan Dara yang masih setia memandang jendela sambil memeluk kedua lututnya. Ia masih belum menyadari keberadaan Ajil.

Sungguh Ajil tak sanggup melihat keadaan Dara yang sangat menyedihkan. Wajah murung, pandangan kosong, kedua lengan dan kaki diikat tali. Tanpa sadar Ajil menjatuhkan air matanya. Dadanya terasa sesak melihat sumber kebahagiaan nya terluka. Seseorang yang membuat nya terus merasa gelisah dan tak bisa tidur dengan nyenyak. Seseorang yang sangat ia jaga senyumnya. Seseorang itu... Dara adiknya.

Setelah memantapkan hati, Ajil berjalan perlahan mendekati Dara. Seolah tuli, Dara sama sekali tak mendengar suara langkah Ajil. Semakin dekat, Ajil semakin merasa sesak. Maka saat ia berdiri tepat dibelakang Dara, ia langsung merengkuh tubuh rapuh itu.

Mereka yang berdiri di depan ruangan Dara sudah tak mampu menahan tangis. Lagi-lagi mereka gagal melindungi Dara. Bahkan kembar tiga sudah menangis sejak tadi. Kini mereka mengerti mengapa kakak-kakak nya yang lain tak ada yang mau memberitahu mereka dan memilih merahasiakan hal ini. Karena kondisi Ajil dan Dara tak jauh berbeda. Keduanya sama-sama terluka dan tidak dapat dipertemukan saat itu juga.

"Ra... Abang dateng, maaf udah bikin kamu nunggu lama," bisik Ajil sambil menahan isakan nya

"Bang Ajil?" ucap Dara pelan

"Iya, Ra. Abang disini,"

Dara memutar tubuhnya, menatap Ajil dalam dengan mata yang sudah berkaca-kaca, atau mungkin kini air mata sudah terjun bebas melewati pipi tembam nya.

"Bang Ajil," ucap Dara lagi

Sungguh, Ajil merasa sangat tersiksa saat Dara memanggil namanya dengan suara lirih seperti ini. Ajil kembali membawa Dara ke dalam pelukannya. Mengecupi puncak kepala Dara penuh sayang.

"Bang Ajil..."

Terus seperti itu. Hanya dua kata itu yang diucapkan oleh Dara.

"Maaf... Maaf..."

Ajil tak henti-hentinya menghujani Dara dengan kecupan sambil terus mengucapkan kata maaf. Dara semakin mengeratkan pelukannya dan tangisnya pecah. Akhirnya, orang yang Dara tunggu kedatangan nya kini hadir di hadapannya, Memeluk nya dengan erat.

"Bang Ajil..."

"Iya Ra, abang disini,"

"Abang...kemana? Aku...takut," ucap Dara terisak

"Maaf... Maaf... Abang minta maaf,"

"Orang jahat itu...dateng lagi bang. Dia jahat. Abang kemana? Aku takut," Dara mengadu

"Maaf... Abang janji gak akan ngebiarin orang itu nyentuh kamu lagi. Maaf abang terlambat lagi."

Dara melepaskan pelukannya, tangannya ia ulurkan untuk menghapus air mata Ajil. Dara tak bisa melihat Ajil menangis seperti ini. Di saat seperti ini, hanya Ajil yang ia punya.

"Don't cry. I don't like seeing you cry," ucap Dara sambil menghapus air mata Ajil

"Jangan sakit Ra. Abang gak suka liat kamu sakit. Rasanya sakit Ra liat kamu kayak gini," ucap Ajil masih terisak

A Special GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang