Entah sejak kapan aku suka cumi-cumi. Bukan karena dagingnya yang empuk, gurihnya ketika di goreng pakai sambal pedas manis atau segarnya ketika di sup dengan campuran sayuran segar. Lebih karena tentakelnya yang banyak.
Dalam waktu sama, tentakel itu bisa menggenggam banyak benda yang ingin diraihnya. Rasanya, ingin kesepuluh jari tanganku melakukan itu.
Ibu jari kanan memegang pena, sedang yang kiri memegang buku. Telunjuk kanan memegang sebongkah roti, dan yang kiri segelas susu segar. Ah, betapa amazingnya dapat melakukan sepuluh aktifitas sekaligus dalam satu waktu. Seperti cumi-cumi itu.
Satu kali, pernah seseorang menyampaikan, bahwa menulis itu bagian dari melepaskan rasa penat yang membebani pikiran. Satu kali, teman-teman di komunitas kepenulisan juga menyatakan hal yang hampir senada. Sehingga kurangkum, bahwa sebagian banyak orang menulis untuk meluahkan rasa yang sulit diungkapkan dalam ucapan, dengan tujuan meringankan beban pikirannya.
Aku, si penyuka cumi-cumi punya penafsiran lain.
"Menulis tak hanya tentang meluahkan yang menyesakkan pikiran dan dada. Tapi memungkinkan keinginan berada dalam banyak tempat dalam satu waktu." ( Ana Nasir )
Dan itu cuma bisa dilakukan penulis, bukan cumi-cumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Hari Menuju Ramadhan 1441 H
Ngẫu nhiênIni hanyalah tulisan random di masa penantian 100 hari sebelum masuk Ramadhan 1441 H. Di bagian akhir justru bagian dari ke-gabutan karena mau enggak mau harus #dirumahaja selama masa Pandemi Covid-19 Selamat menyesap kenikmatannya.