H-99 Tentang Asyik Sendiri

10 1 0
                                    

🎼 Sudah terlalu lama sendiri,
Sudah terlalu lama aku asyik sendiri 🎼

Begitulah potongan salah satu lirik lagu yang sempat mewarnai dunia musik di tanah air. Tapi kita enggak akan bahas lagu itu, kok. Heheh

Satu kali, dalam sebuah event, host-nya kasih tebak-tebakan ke partisipan, kami.

Spion apa yang menyedihkan?

Salah salah satu peserta menjawab:

"Ke-SPION-an," katanya, memplesetkan kata 'Kesepian'.

Sendiri dan Sepi, adalah dua kata yang seringkali dikaitkan. Padahal banyak hal yang samasekali tidak menggambarkan bahwa sendiri identik dengan sepi. Setidaknya aku percaya, setiap orang punya waktu khusus yang mengharuskannya sendiri dan dia menikmatinya. Me time, istilahnya.

Entah aku yang terlalu menganggap sepi itu bermakna suram dan menyedihkan? Sebab sepi seringkali justru membahagiakan, atau bahkan dicari-cari untuk lebih menikmati sesuatu yang hilang dalam dirinya.

Duhai, setidaknya kebiasaan untuk sendiri memang harus dilatih. Sebab, kelak kita ditinggalkan sendiri dalam liang lahat selepas orang-orang meletakkan tubuh kita yang kaku berbalut kafan. Dalam ramai, kita sendiri mempertanggungjawabkan amal di yaumil hisab. Dalam teriknya yaumul mashar yang matahari hanya sejengkal di atas ubun-ubun, kita tak lagi punya waktu memikirkan orang lain, tak lagi punya waktu memikirkan malu diri sebab tak sehelai benang pun menutupi tubuh.

Ah, kita hanya perlu membenarkan makna sendiri.

"Sebenarnya kita tak pernah benar-benar sendiri. Jika itu bukan seseorang yang bisa diajak berbagi keramaian, dia adalah Dzat yang Wujud = Ada, berada dimanapun kita berada. Jika dia bukan seseorang yang bisa diajak membuat keramaian, dia adalah amal kebaikan yang senantiasa setia membersamai." (Ana Nasir)

100 Hari Menuju Ramadhan 1441 HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang