H-82: Kolaborasi Rasa

1 0 0
                                    

Untuk kedua kali seumur hidup, semalam aku ngalamin kejadian tiba-tiba mata berkunang-kunang. Gelap. Tapi keramaian masih terdeteksi telinga dan fikiran. Orang menamainya pingsan.

Kali pertama, sekitar 15 tahun silam. Waktu itu aku sangat takut sama guru Olahraga. Dia kasih standar nilai yang pasti aku enggak bisa capai. Aku memang paling payah di pelajaran itu. Kalo ada yang lumayan bisa diandalkan adalah main sepak bola. Eh. Nah, karena itu kupaksakan bisa tuntas di lari menengah 800 m. Berhasil, karena tahu triknya. Tapi selepas pulang sekolah, ruang guru jadi rame, rapat guru mendadak ditunda, karena aku tiba-tiba jatuh di gerbang sekolah.

Kali kedua, enggak ada hubungannya sama olahraga. Walaupun tangga menuju lantai tiga bisa jadi pemicunya.

Ah, harusnya dilupakan. Tapi sampai hari ini aku masih sangat syok. Entah bagaimana bertemu dengan orang yang salah, tiba-tiba terjebak dalam ranjau yang menyangkut hidup dan mati. Menguras energi dan fikiran, sialnya malah tak bernafsu makan.

Sebagai makhluk sosial, aku percaya berkolaborasi adalah cara memenuhinya. Sebisanya mengkolaborasikan rasa.

Rupanya, positive thinking tak selamanya baik. Sebab waspada harus senantiasa membersamai.

Mungkin itulah yang dinamakan, setiap orang punya sisi gelap. Dan profil baiknya tak menutup kemungkinan untuk berlaku jahat.

Ah,
Setidaknya, orang yang asik menurut pendapat umum. Justru membahayakan buat kami perempuan-perempuan yang berjuang dalam ke-singlelillah-an.

100 Hari Menuju Ramadhan 1441 HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang