Kebahagiaan seorang guru, bukanlah pada saat ia ditakuti oleh siswanya. Tapi pada saat disenangi.
Kadang-kadang suka terkejut, kalau siswa tiba-tiba bergelayut manja. Jadi lebih terbuka, bagi mereka yang usianya lebih mementingkan kawan ketimbang nasihat orang yang lebih dewasa darinya. Ah, lebih bahagia lagi saat kita lupa lalu tiba-tiba mereka berkabar:
"Kak, alhamdulillah sekarang aku kuliah di sini. Makasih udah pernah ngajarin aku, ya."
Rabbi, saat itu rasanya mereka bagai penyambung cita-citaku yang tertunda. Dan tertunaikan.
Tapi, sebahagia apapun menjalani hari sejak pagi hingga sore menjelang. Seringkali luka yang tergores menjelang malam mendominasi. Lupa bahwa seharian pernah tertawa, seperti melupakan nikmat Allah seumur hidup saat duka menyapa.
Ingin kukatakan bahwa ini manusiawi sekali. Tapi apakah Allah suka?
Tariklah diri. Jika satu hari kau dilupakan seseorang yang begitu kau cintai, hanya karena satu kesalahan yang kau lakukan dan itu bukan sesuatu yang tak bisa dimaafkan. Jika rasa tak senang membersamaimu, maka begitupun Allah.
Ceritakan bahagiamu saja pada banyak orang, sertakan campur tangan Allah di dalam pencapaiannya. Tapi tak perlu berbagi luka, tak perlu mengingat luka. Biar Allah yang menyembuhkannya, biar Allah yang mengatasinya, dengan cara-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Hari Menuju Ramadhan 1441 H
AcakIni hanyalah tulisan random di masa penantian 100 hari sebelum masuk Ramadhan 1441 H. Di bagian akhir justru bagian dari ke-gabutan karena mau enggak mau harus #dirumahaja selama masa Pandemi Covid-19 Selamat menyesap kenikmatannya.