H-64: Mendidik Laki-laki

1 0 0
                                    

"Kalau kau mendidik laki-laki, berarti mempersiapkan seorang pemimpin. Jika kau mendidik perempuan berarti mempersiapkan peradaban."

Belakangan, ada banyak hal yang membuatku belajar banyak tentang manusia berjenis laki-laki ini. Lalu tulisan ini diinspirasi dari orang tua salah satu adik privat yang diamanahi oleh tiga orang anak laki-laki, cantik sendiri di rumah.

"Dulu kak, orang tu waswas kalau punya anak perempuan. Sekarang ini punya anak laki-laki juga harap-harap cemas," kata si ibu membuka percakapan.

Aku yang sebenarnya mengamini beberapa hal dari pernyataan ini hanya tersenyum.

"Saya pernah punya beberapa karyawan. Mereka itu alumni pesantr*n semua. Astaghfirullah, kalau malam keluyuran entah kemana. Pas saya tanya, dulu katanya mereka di pondok, kalau mau nilai bagus dikerjai dulu sama Usta*z-nya," tambah si ibu yang memang menekuni bisnis kuliner.

Wah, merinding mendengarnya, merinding mengingatnya, merinding pula menuliskannya.

"Kadang-kadang sering pelanggan, 'ibu, ganteng kali anak ibu, buat aku ya satu'. Nauzdubillah," tambahnya lagi semakin ngeri.

Fenomena ini bisa jadi tak dinafikan. Tapi mendidik laki-laki memanglah tentang mempersiapkan pemimpin.

"Sampai kapan kau mau enggak ngerti tentang laki-laki?" Pertanyaan itu seringkali terlontar. Entah dari siapapun.

Menurutku, kenapa harus dimengerti? Bukankah laki-laki makhluk yang paling tidak mau mengerti, jadi tak perlu bersusah-susah untuk mengerti bukan? Setidaknya itu dari sisi kelogisanku sebagai orang yang terdidik ilmiah dan saintis.

Meski seringkali aku memilih berhenti memikirkan tentang mana yang lebih utama, mendidik pemimpin atau mempersiapkan  peradaban.

"Dia tercipta sebagai makhluk yang logis. Tapi kelogisannya akan terkalahkan oleh NAFSUNYA sehingga setan lebih dulu merasukinya lewat jalan ini. Saat setan merasukinya, ia cenderung memilih menjadi budak nafsunya, sampai benar-benar hilang image-nya sebagai makhluk yang logis," jelas laki-laki keduaku.

Sebagai perempuan, kami belajar banyak tentang waspada ketika berhadapan dengan laki-laki. Sangat kontradiksi dengan bagaimana mempersiapkan pemimpin bagi kami makhluk yang mempersiapkan peradaban. Bagaimanapun, laki-laki dan perempuan adalah relasi dalam mengemban amanah manusia sebagai khalifah di muka bumi.

Semoga Allah melindungi kita selalu dalam kebaikan, fitnah akhir zaman dan perbudakan nafsu yang menjerumuskan pada keburukan.

100 Hari Menuju Ramadhan 1441 HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang