TUJUHBELAS

4.2K 342 6
                                    

Butuh beberapa hari bagi Nada untuk menyesuaikan diri dengan situasi di Desa KKN khususnya di poskonya. Tinggal di rumah yang sering disebut posko bagi anak-anak kelompoknya bersama tujuh orang lainnya dan empat diataranya laki-laki membuat Nada sedikit kesusahan. Tidur harus berdempetan dengan teman-temannya, mandi bergantian dan harus cepat, sebelum makan harus memasak terlebih dahulu untuk banyak orang, dan harus bertoleransi dengan anggota-anggota lainnya.

Namun selama kurang lebih seminggu ini, Nada tidak ada masalah dengan itu semua dan teman-teman sekelompoknya kecuali salah satu temannya bernama Bagas. Teman satu kelompok dari jurusan Teknik Industri ini lebih pendiam daripada yang lain. Ada beberapa kemungkinan mengapa Bagas jarang sekali terlihat mengobrol atau hanya duduk bersama yang lainnya.

Kemungkinan yang pertama, karena Bagas sebenarnya adalah mahasiswa satu angkatan diatas Nada dan yang lainnya, jadi Bagas kesulitan untuk berbaur. Kemungkinan kedua, Bagas adalah orang yang introvert, jadi dia sedikit pendiam diantara yang lainnya. Kemungkinan ketiga, karena Bagas tidak suka dengan anggota yang lainnya.

Nada sudah dari pagi tadi mengamati sikap Bagas yang tidak berubah dari hari pertama. Pagi tadi Bagas makan sarapan yang dibuat oleh Nada tanpa suara dan tanpa menyapa Nada yang jelas-jelas ada di dekat penanak nasi. Setelah sarapan, Nada mengamati kalau Bagas sedang sibuk didepan laptopnya, sepertinya sedang mengurusi prokernya yang akan diadakan pekan depan. Sore tadi, Nada melihat Bagas pergi bersama salah satu bapak-bapak dan membantu untuk membersihkan tandon air masjid yang rusak. Dan kini, malam ini Nada melihat Bagas sedang termenung di pintu belakang posko, sedangkan semua anggota kelompok sudah memilih untuk mengistirahatkan badannya karena hari ini mereka sibuk mengerjakan persiapan proker individu.

"Mau kopi?" Tanya Nada. Kebetulan malam ini Nada tidak ingin tidur cepat dan ingin melanjutkan persiapan proker individunya. Dan saat ia hendak membuat kopi, Bagas terlihat sedang menghisap rokoknya dalam-dalam di pintu belakang.

"Kalau nggak keberatan?"

"Pakai gula, nggak?"

Di posko, hanya ada kopi kapal api hitam. Karena belum pernah membuatkan kopi untuk Bagas, Nada tidak tahu bagaimana selera kopi yang Bagas suka.

"Satu sendok aja."

Setelah selesai membuat kopi untuk dirinya dan untuk Bagas, Nada kemudian menyusul Bagas dan duduk disampingnya.

"Kalo lo duduk disitu, asap rokok gue kena di muka lo!" ucap Bagas setelah menyadari kalau asap rokoknya mengenai Nada.

"Gue nggak apa-apa sih kalau kena asap rokok, asal nggak banyak." Jawab Nada jujur. Dari dulu Nada tidak merasa dirinya alergi asap rokok. Namun bukan berarti Nada suka terkena kepulan asap rokok.

Bagas berdecak pelan lalu mematikan rokoknya lalu menyesap kopi buatan Nada.

"Gimana? Sesuai selera?" Tanya Nada penasaran. Sebenarnya Nada bisa membuat kopi, Namun Nada tidak tahu bagaimana membuatkan kopi untuk orang lain. Karena masing-masing orang mempunyai selera masing-masing terhadap kopi.

"Biasa aja. Kayak rasa kopi biasanya." Jawab Bagas datar.

Nada berdecak setelah mendengar jawaban Bagas. "Bilang enak, kek. Udah gue buatin juga."

"Gue nggak minta dibuatin!" Balas Bagas tak mau kalah.

"Ngomong-ngomong, udah selesai persiapan proker lo?" Tanya Nada mengalihkan pembicaraan tentang kopi.

Bagas menggeleng, "Besok mungkin selesai. Cuma kurang cetak label buat kemasan aja." Jawab Bagas.

Nada mengangguk. Beberapa hari setelah mengamati kondisi dan permasalahan di desa ini, para mahasiswa diminta untuk menentukan proker masing-masing. Setelah menentukan proker masing-masing, para mahasiswa akan diminta untuk mempersiapkan kebutuhan proker.

Nada dengan proker Peningkatan Kualitas Pendidikan Di Indonesia Demi Terwujudnya Tujuan SDG's Mengenai Pendidikan Yang Berkualitas. Nada melihat pendidikan di desa itu sedikit kurang berkualitas. Dari faktor bangunan, fasilitas, guru, dan kemampuan murid yang sedikit kurang jika dilihat dari tingkatan kelas. Tentu saja Nada sedikit meminta bantuan Pak Rama mengenai apa yang harus Ia lakukan dengan judul proker tersebut. Alhasil dengan bantuan Pak Rama, Akhirnya Nada membuat suatu forum kecil bersama dengan guru-guru di salah satu sekolah dasar di desa itu dan membahas soal pendidikan yang berkualitas menurut PBB.

Tujuan proker milik Nada ini bukan ingin mengubah kualitas pendidikan di sekolah dasar tersebut menjadi langsung berkualitas. Namun Nada hanya ingin para guru itu bisa lebih mengerti mengenai program PBB yang menginginkan adanya pendidikan yang berkualitas di seluruh dunia. Nada juga menunjukkan metode yang dilakukan oleh sekolah dasar di luar negeri yang bisa dicontoh oleh para guru.

Sedangkan Proker milik Bagas adalah memberdayakan masyarakat melalui usaha pengemasan industri tepung pisang. Yang mana proker tersebut adalah gabungan dengan proker milik Ayu yang notabene adalah mahasiswa ilmu ekonomi dengan prokernya yaitu membuat tepung pisang. Jadi, Bagas perlu untuk mencetak beberapa lembar label kemasan untuk melancarkan prokernya.

"Lo mau cetak label di pinggiran kota?" Tanya Nada antusias.

Bagas hanya menggeleng singkat sebagai jawaban.

"Gue ikut dong! Sekalian besok gue mau ngeprint materi buat guru-guru. Kalau di print di alat print posko bakalan lama terus ngabisin tinta. Gue mau cari tempat fotokopian di pinggiran kota. Besok gue ikut ya!" Pinta Nada lalu menyeruput kopinya.

"Kan lo bisa pergi bareng Fikri?" timpal Bagas.

"Kan ada elo yang sekalian mau kesana. Ngapain harus mita tolong FIkri, sih?"

"Ya kan biasanya lo sama dia kemana-mana."

"Yaudah berarti besok bukan seperti biasanya. Beres? Besok gue bareng sama lo ya perginya?"

"Serah lo deh!" Balas Bagas akhirnya.

Nada tersenyum menang.

"Ngomong-ngomong, sejak hari pertama, gue perhatiin lo jarang ngobrol sama yang lain termasuk gue. Kenapa? Lo nggak nyaman ya sama kami?" Tanya Nada to the point.

"Nggak."

"Terus?"

"Kepo banget sih lo!"

"Yaudah sih kalau nggak mau jawab nggak usah sew-" Belum sempat Nada menyelesaikan kalimatnya, Ponsel yang diletakkan di hadapannya itu menyala dan menampilkan nama Dhana sedang memanggil.

Dengan cepat Nada mengangkatnya.

"Halo? Kenapa?" Sapa Nada.

"......"

"Belum, ini mau nyelesaiin persiapan materi proker. Bapak sendiri kenapa belum tidur?"

".......'

"Ooh. Iya ini bentar lagi mau dikerjain, sekarang masih minum kopi sama temen."

"......."

"Iya. Aman kok tenang aja, Pak."

"...."

"Iya, yaudah saya tutup ya teleponnya. Bapak jangan tidur malam-malam!"

Dengan itu, Nada memutus sambungan telepon dan kembali menyesap kopinya. Nada berniat mengambil laptopnya dan mengerjakan prokernya di pintu belakang sambil menemani Bagas yang sedang merenungi hal yang entah apa. Baru saat Nada hendak beranjak dari duduknya dan mengambil laptop. Suara Bagas menghentikannya,

"Bapak lo?"

"Emmm, bukan. Ada kenalan gue." Jawab Nada bingung harus menjawab apa. Tidak mungkin kalau Nada menjawab yang baru saja menghubunginya adalah dosennya. Apa yang bakalan dipikirkan oleh Bagas saat mengetahui salah satu dosen di kampusnya menelepon mahasiswanya malam-malam dan menanyakan sesuatu yang bukan mengenai perkuliahan maupun soal KKN.

"Oh, sugardaddy lo?"

"Mulut Lo!"

***

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang