EMPATPULUHSEMBILAN

5.9K 260 6
                                    

15+

"Nanti selesai kelas jam berapa, Pak?" Tanya Nada saat Pak Rama sedang memasukkan beberapa berkas kedalam tas nya.

"Belum tahu, soalnya masih belum jelas berapa kelas yang bisa aku observ nanti." Jawab Pak Rama.

Karena saat ini menjabat menjadi dosen baru di salah satu universitas swasta di Jogja, Pak Rama masih perlu mengikuti beberapa kali observasi kelas. Walaupun sudah menjadi dosen beberapa tahun belakangan ini do Bogor, namun di kampus barunya, dosen baru memang selalu diwajibkan untuk memasuki beberapa kelas sebelum benar-benar mengampu sebuah mata kuliah. Semua bertujuan agar Pak Rama juga bisa menyesuaikan diri bagaimana kebiasaan dan karakteristik tiap kelas di kampus baru nya ini.

"Yaudah nanti bapak kabarin saya aja ya kalau udah pulang. Hari ini mau ketemu Aci di Mojok soalnya." Ucap Nada seraya memberikan botol minum berwarna hitam berisi infused water lemon. "Sekalian mau ambil barang-barang yang masih ada di kontrakan." Lanjutnya.

Nada dan Pak Rama kini sudah memiliki rumah sendiri di Jogja, tepatnya di Jl. Kaliurang. Merak memilih lokasi ini karena berada di tengah-tengah antara kampus Pak Rama dan Mojok Café yang ada di daerah Demangan. Sementara kontrakan Nada dan Yudit dulu, kini hanya ditinggal Yudit. Rencananya sih Bagas akan menyusul ke Jogja karena dia ternyata dipindahtugaskan di Jogja oleh perusahaan dimana Ia bekerja. Jadi sebelum Bagas datang, Nada harus segera membersihkan bekas kamarnya itu.

Sedangkan Rumah Pak Rama yang ada di Bogor kini sedang dikontrakkan daripada tidak dihuni. Karena Tita yang memang disuruh oleh Pak Rama nuntuk menempati rumah itu malah menolak mentah-mentah dengan alasan tidak mau tidur sendirian.

"Iya jangan capek-capek aja pokoknya. Jangan terlalu di forsir tenaga kamu. Kamu juga udah ngurusin Mojok, ditambah ngurusin butik yang mau buka, belom lagi ngurusin rumah. Kalau capek, nanti aku dapet mijitinnya doang." Keluh Pak Rama yang langsung mendapat tabokan di lengannya.

"Jadi nggak ikhlas nih pijitin saya?" Cibir Nada.

"Ya ikhlas sih ikhlas. Tapi ya kan aku maunya mesra mesra an gitu, peluk-peluk an, cium cium an atau apaaaaa gitu yang lebih asyik." Ucap Pak Rama sembari mencolek dagu Nada mencoba untuk menggodanya.

"Yang lebih asyik itu apa?"

"Itu..."

"Apasih Pak? itu tuh apa?"

"Alah kamu itu sok-sok an ngga ngerti padahal kalau udah dimulai ya maunya nggak mau berhenti."

"Eh mulutnya!" Pekik Nada sembari mencoba membekap bibir Pak Rama dengan kedua tangannya. "Bapak ih, malu!" Pekiknya lagi dengan wajah yang sudah super-duper memerah.

"Yaudah yaudah, aku berangkat ya. Nanti kabarin. Bye istriku sayang!" Pamit Pak Rama.

"Hati-hati, Pak!"

***

Akhir-akhir ini Nada disibukkan dengan persiapan launching brandnya bersama dengan Aci. Semua dikerjakan berdua tanpa dibantu oleh orang lain karena memang Nada dan Aci belum memutuskan untuk meng-hire karyawan khusus untuk butik mereka. Jadilah mereka berdua kalang kabut mengurusi segala persiapan pembukaan toko baru mereka yang letaknya juga tak jauh dari Mojok Café di Demangan.

Memang di daerah ini sangat terkenal dengan banyaknya toko pakaian dan café. Sengaja Nada memang memilih tempat di Demangan karena selain dekat dengan Mojok agar lebih mudah memanage keduanya, juga karena Nada juga ingin bersaing secara sehat dengan brand brang lainnya.

H-seminggu ini, Nada dan Aci seperti makhluk yang tak pernah tidur. Selalu bekerja siang malam untuk mempersiapkan segalanya. Sampai pernah suatu waktu Nada ditegur oleh Pak Rama karena selalu bekerja walaupun sudah dirumah. Ya walaupun Nada tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri, akan tetapi Pak Rama juga tidak mau kalau istrinya terlalu lelah bekerja.

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang