DUAPULUHSEMBILAN

3.8K 293 4
                                    


"Lo baikan sama Pak Rama?" Suara Rena membuat Nada mengalihkan pandangan dari layar laptopnya kearah Rena yang ada disamping kirinya. Dilihatnya Rena yang kini sedang menatap layar ponsel Nada yang berkedip dan menampilkan nama Dhana sedang memanggil.

"Nanti gue ceritain." Ucap Nada lalu buru-buru mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Tadi pagi saya lihat kamu jalan ke perpus sama teman-teman kamu. Masih disana?" Tanya Pak Rama dari ujung telepon to the point tanpa menyapa terlebih dahulu.

"Iya masih. Kenapa Pak?" Tanya Nada.

"Selesai jam berapa?"

"Ini udah selesai, soalnya saya udah cuma bikin kasaran Bab empat, nunggu Bab tiga di ACC juga. Kenapa Pak?"

"Tadi kamu naik apa ke kampus?"

"Naik motor sama Rena. Kenapa Pak?"

Rena memang mengendarai motornya sendiri karena Petra hari ini sedang ada kerjaan yang tidak bisa ditinggal. Jadilah Rena menjemput Nada dan pergi ke perpustakaan bersama.

"Nanti jam empat saya jemput di depan perpustakaan, temani saya ambil mobil!" Ucap Pak Rama.

"Loh kenapa harus ditemenin sama saya, Pak?"

"Kata kamu kemarin mau jadi pacar saya, gimana sih?"

Hati Nada mencelos mendengar pertanyaan Pak Rama yang seolah olah membuat Nada terlihat seperti satu-satunya orang yang memohon kepada Pak Rama untuk menjadikan dirinya seorang pacar. Padahal kan Nada hanya berniat membantu Pak Rama agar terlepas dari perjodohannya dengan Jani.

"Yaudah nanti kabari saja kalau sudah didepan perpus. Nanti saya keluar."

Tanpa menunggu Pak Rama menimpali, Nada memutuskan sambungannya sepihak lalu meletakkan ponselnya dan kembali menatap layar laptopnya. Namun belum sampai satu menit, Nada langsung menghembuskan nafasnya jengah karena Rena kini sedang menatapnya seolah meminta penjelasan kepada dirinya mengenai hubungannya dengan Pak Rama. Mau tidak mau, Nada menceritakan semuanya kepada Rena.

***

Nada turun dari motor Pak Rama dengan perasaan kalut. Pasalnya, Pak Rama menghentikan motornya tepat di rumah milik orangtuanya. Tadi, saat perjalanan dari perpustakaan, Pak Rama mengatakan kalau mereka akan meletakkan motor di rumah orang tuanya sebelum nantinya mereka akan berjalan kaki menuju bengkel karena jaraknya cukup dekat. Nada sebenarnya ingin protes karena saat ini Nada benar-benar belum siap kalau bertemu dengan Ibu Pak Rama. Namun Pak Rama dengan sangat lembut meyakinkan Nada kalau semuanya akan baik-baik saja. Toh juga dalam waktu dekat ini mereka mau tidak mau juga akan bertemu.

"Saya ikut masuk?" Tanya Nada saat Pak Rama selesai membuka gerbang untuk memasukkan motornya ke dalam.

"Masuk aja, ngapain sendirian berdiri disini? Saya sekalian mau ambil tas saya." Jawab Pak Rama sembari mendorong motornya memasuki garasi.

Nada mengikuti langkah Pak Rama saat memasuki halaman rumah milik orangtua Pak Rama. Jika dilihat lihat, rumah ini terdapat banyak sekali tanaman hias yang terlihat sangat terawatt. Pasti ibunya Pak Rama sangat suka sekali memelihara tanaman. Di ujung halaman depan juga terdapat sebuah kandang burung yang lumayan besar dan terdapat dua burung hantu yang sedang memejamkan matanya.

"Ayo masuk!" Suara Pak Rama menyadarkan Nada dan membuat Nada kembali mengikuti langkah Pak Rama saat memasuki teras rumahnya lalu membuka pintu utama. Saat pintu terbuka, aroma kayu tercium oleh Nada. aroma yang sangat menenangkan. Kalau Nada jadi Pak Rama, pasti bakalan betah tinggal disini, karena suasananya adem, mirip sekali dengan suasana kebanyakan vila di Puncak.

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang