Tadi, pagi-pagi sekali, Nada terbangun karena suara panggilan dari nomor tidak dikenal. Dengan suara parau khas orang bangun tidur dan setengah sadar, Nada menjawab panggilan telepon itu dengan malas. Lagi pula, siapa yang berani menghubunginya pagi buta, bahkan jam belum menunjukkan pukul enam pagi. Namun, setelah mendengar suara dari ujung telepon, Nada langsung benar-benar sadar dan mendudukkan tubuhnya. Gerakan yang tiba-tiba itu sedikit membuat Nada pusing namun tak berlangsung lama. Yang membuat Nada lebih pusing adalah, setelah tahu bahwa yang meneleponnya pagi-pagi buta adalah Ibu dari Pak Rama yang menyuruhnya untuk mengantarkan control ke rumah sakit.
Setelah panggilan itu, Nada tidak bisa lagi untuk memejamkan matanya. Jangankan memejamkan matanya, mengontrol detak jantungnya pun sangat sulit dilakukan. Jadilah sejak tadi pagi, Nada sibuk untuk memilih baju apa yang harus ia gunakan saat mengantarkan Ibu ke Rumah Sakit. Setelah mengubek-ubek lemari pakaiannya yang tidak memiliki banyak baju yang bagus kecuali baju kuliahnya yang rata-rata adalah kemeja longgar yang tidak enak dipandang. Namun pilihan Nada jatuh kepada celana kulot tujuh per delapan berwarna pink yang dipadukan dengan blouse putih yang sudah lama tidak dipakainya karena salah satu kancingnya ada yang terlepas namun tidak terlalu kelihatan jika tidak diperhatikan dengan baik.
Kini Nada sudah berada di depan rumah milik orangtua Pak Rama yang pernah Ia datangi sekali bersama Pak Rama beberapa hari lalu. Setelah mematikan mesin mobilnya, Nada melirik jam di pergelangan tangannya masih menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menit. Namun Nada memutuskan untuk masuk, karena Ibu mengatakan bahwa Nada harus berada di rumah mereka pukul sembilan. Kalau kepagian, nggak ada salahnya bukan? Batin Nada sebelum benar-benar menekan bel yang ada di pagar rumah besar itu.
Tidak ada satu menit Nada menunggu, Pagar sudah dibuka oleh Tita yang sudah rapi dengan kemeja dan rok jeansnya.
"Nad, minta tolong ya? Aku ada kelas sekarang, Mas Dhana juga ada kelas, Mbak Jani lagi diluar kota." Ucap Tita sembari menepuk pundak Nada lalu melenggang pergi melewati tubuh Nada sebelum Nada benar-benar menjawab ucapan Tita. Saat Nada menolehkan tubuhnya, ia melihat sudah ada ojek yang menunggu Tita di ujung jalan. Melihat Tita melambaikan tangan kepadanya sebelum menaiki motor, membuat Nada hanya bisa menghela nafas lalu memilih untuk menghadapi apa yang ada didepan wajahnya saat itu juga.
Suasana rumah terlihat sepi. Hanya terdengar suara air mancur yang ada di halaman depan rumah itu. Saat Nada mengetuk pintu, tak lama kemudian, sosok wanita yang sebenarnya ingin sekali dihindari oleh Nada namun tidak bisa, sudah muncul dari balik pintu.
"Masuk!" Ucap Ibu yang terdengar tidak ramah membuat Nada sedikit ketar ketir. Ingin sekali Nada memberitahukan situasinya kepada Pak Rama, namun Nada takut kalau Pak Rama khawatir dan meninggalkan kelas hanya untuk menolong dirinya.
Setelah masuk, Nada disuruh untuk duduk di ruang tamu, sedangkan Ibu melenggang masuk ke dalam rumah untuk mengambil tas nya yang masih ada di dalam kamar. Nada tidak menunggu lama, sekitar dua menit, Ibu sudah turun dan mengatakan kepada Nada untuk berangkat karena janji temu dengan dokter tepat pukul setengah sepuluh pagi.
"Kamu bisa nyetir?" Tanya Ibu setelah Nada menghidupkan mesin mobil.
"Bisa Bu, Nada udah bisa nyetir sejak SMA." Jawab Nada lalu memakai sabuk pengaman, setelah itu, Nada lalu memakaikan sabuk pengaman di tubuh Ibu. Setelah itu, Nada lalu melajukan mobilnya tanpa mengucapkan apa-apa. Jujur saja, Nada masih bingung mau membicarakan soal apa karena sebenarnya hal ini terlalu mendadak bagi Nada.
"Kamu nyetir diajarin siapa?" Tanya Ibu saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di persimpangan jalan.
"Nada nyetir diajarin sama sepupunya Nada. Dia duluan bisa belajar mobil, terus ajarin Nada mobil." Jelas Nada.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)
RomansADA BEBERAPA PART YANG DIHAPUS. PART YANG SUDAH DIHAPUS DI WATTPAD, BISA DIBACA DI INSTAGRAM @iwritesomewords. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA! Sungguh pekerjaan yang paling mulia adalah pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah sekaligus pekerjaan...