DELAPANBELAS

4K 342 6
                                    

Nada tak pernah suka ketika dibangunkan lebih pagi dari alarmnya. Seperti beberapa saat lalu, saat Bagas tiba-tiba membangunkannya dengan cara menggelitik telapak kakinya yang kebetulan keluar dari dalam selimut. Karena dibangunkan sebelum jam bangunnya, Nada jadi uring-uringan selama melipat selimut, membereskan bantal hingga saat ia berjalan ke kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi, dan beriringan dengan Bagas yang sedang mengisap rokoknya di pintu belakang, Nada berdecih.

"Ngapain sih bangunin orang pagi-pagi? Masih jam tujuh juga!" Protes Nada sembari menjemur handuk basahnya di jemuran yang terletak di belakang posko.

"Jadi mau ikut gue apa nggak?" Tanya Bagas menghiraukan protes dari Nada.

"Ya jadi, dong!"

"Yaudah nggak usah protes kalau gue bangunin!"

"Nggak jam segini juga!"

"Kalau kita berangkat nyesuaiin alarm lo yang bunyi tiap jam sebelas siang, kita bakal antri panjang! Lagian perjalanan dari sini ke sana juga satu jam." Ucap Bagas lalu menghembuskan asap rokok keatas.

"Yaudah cepetan mandi, jangan ngerokok disini asep rokok lo kena handuk gue!"

Dengan itu, Bagas mematikan rokoknya dengan cara mencecakkannya ke tanah dan langsung bergegas masuk kedalam kamar mandi.

Nada berulang kali membenarkan kaca helm yang dipakainya karena sejak tadi kaca helmnya selalu turun saat motor yang ditumpanginya dan Bagas melewati jalanan yang berlubang. Dan berulang kali juga Nada protes sembari menepuk punggung Bagas menyuruhnya untuk membawa motor dengan benar.

"Ini udah bener gue bawa motornya! Lo bisa lihat nggak jalananya semua rusak! Kalau nggak mau ya udah sono lo terbang!" Ucap Bagas yang di balas cubitan di pinggang laki-laki itu oleh Nada.

Setelah lama terdiam, Nada kemudian merentangkan kedua tangannya kesamping dan merasakan angin yang berhembus. "Lo emang pendiem gini, Gas?" Tanya Nada tiba-tiba.

"Enggak." Jawab Bagas singkat.

"Terus, kenapa lo jarang ngobrol sama anak-anak yang lainnya?" Tanya Nada lagi.

"Kenapa sih pertanyaan lo itu-itu aja dari kemaren? Nggak kreatif banget sih lo!" Balas Bagas.

"Ya masa iya tiba-tiba gue nanya lo punya pacar apa enggak! Kan aneh!" Cicit Nada sembari kembali menepuk punggung Bagas dengan kasar.

"Sorry, Walaupun gue jomblo, tapi gue nggak tertarik sama lo! Jadi lo nggak usah berharap sama gue! Gue paling anti sama cinta lokasi kayak gini!"

"Eh jangan ngarang lo! Gue juga nggak suka sama lo!"

"Iya lah lo sukanya sama bapak-bapak!"

"Mulut lo emang perlu disekolahin sih, Gas!"

"Gue ngomong fakta sih! Mana ada bapak-bapak yang bukan bapak lo telepon malam-malam?"

Nada memutar otaknya mencari jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Bagas terkait Pak Rama yang kemarin malam sempat menghubunginya saat ada Bagas di sampingnya.

"Dia itu client gue!" Jawab Nada akhirnya setelah menyerah karena tidak bisa beralasan. Dan mana mungkin Nada mengatakan kalau yang meneleponnya adalah dosen nya.

"Lo jual badan?"

"Monyet lo emang, Gas!"

"Beneran jual badan, Lo?" Tanya Bagas dengan nada tidak percaya. Bahkan Bagas sedikit memelankan laju motor yang ditumpanginya agar bagas tidak kehilangan keseimbangan saat tiba-tiba Bagas menoleh kebelakang menatap Nada tidak percaya.

Dengan sedikit mengerahkan kekuatannya, Nada menoyor helm Bagas hingga laki-laki didepannya itu sedikit terhuyung kedepan.

"Gue sama temen-temen gue itu buka jasa pendamping gitu! Dia itu salah satu client gue, dan umurnya nggak tua-tua banget." Jawab Nada menjelaskan.

"Jasa Pendamping?" Tanya Bagas sedikit bingung.

"Kalo lo misal mau pergi ke acara dan pengen ada yang nemenin, tapi pas lo gaada temen atau pacar buat diajak pergi, lo bisa telepon gue. Tapi ada tarifnya, nggak gratis." Jawab Nada menjelaskan.

"Oh jadi kalau gue lagi bosen, pengen ada yang nemenin gitu, gue bisa pake lo gitu?"

"Iya, tapi definisi nemenin, bukan yang sekarang ada di otak lo! Nemenin misalnya pergi ke acara kondangan, ulang tahun, pura-pura jadi pacar, pura-pura jadi temen. Gitu-gitu lah pokoknya." Lagi lagi Nada menjelaskan dengan raut wajah sedikit jengkel karena Nada yakin Bagas kini sedang mengira dirinya menjual badannya.

"Jadi semalem lo lagi di suruh nemenin sama client lo?" Tanya Bagas, yang saat ini sudah kembali menyetir motor dengan kecepatan normal.

"Enggak."

"Terus dia kenapa telepon?"

Nada mendadak terdiam saat Bagas selesai megucapkan pertanyaannya. Nada berpikir, mengenai pertanyaan yang barusaja Bagas tanyakan. Kenapa Pak Rama menghubunginya semalam? Lalu pertanyaan pertanyaan lainnya mulai muncul di kepala Nada. Kenapa Pak Rama menyuruhnya selalu menjawab pesan dan mengangkat telepon darinya? Kenapa Pak Rama repot-repot mau mengantarnya ke desa KKN yang jaraknya sangat jauh? Kenapa Pak Rama selalu menghubunginya pada saat mereka tidak sedang dalam masa sewa jasa pendamping? Dan kenapa Nada selalu mengiyakan apa yang dikatakan Pak Rama?

***





Bagas, apa kabar? Kangen banget!


DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang