TIGAPULUHSATU

3.7K 289 0
                                    


Sudah lima lagu dibawakan oleh Nada malam ini. Tadinya Nada enggan untuk bernyanyi di Kedai Pojok. Namun Tante Lusi dengan gigihnya meminta Nada untuk tampil setidaknya membawakan lima lagu dengan cara mengiming-imingi Nada dengan memberi bayaran dua kali lipat daripada biasanya. Ya kalau ada uang, apasih yang tidak bisa Nada lakukan?

"Udah lima lagu, ya Tan?" Ucap Nada setelah turun dari panggung kepada Tante Lusi yang kebetulan baru saja datang dari mengecek kamar mandi belakang yang katanya sedang rusak.

"Iya-iya, bayarannya udah tante transfer ke rekening kamu. Kalau Band nya nggak tiba-tiba batalin penampilan mereka, nggak bakal Tante kehilangan duit dua kali lipat gini!" Tukas Tante Lusi sembari menyentuh keningnya berpura-pura merasa pusing dikepalanya yang membuat Nada tertawa geli melihatnya.

"Bunda mana, Tan?" Tanya Nada. Tadi saat Nada sampai di Kedai Pojok, sang Bunda ternyata sedang pergi bersama dengan Oom Tito. Kata Tante Lusi, sebelum jam tujuh malam, Bunda Din akan sampai di Kedai Pojok.

"Tuh, sama bokap lu baru aja sampe!" Jawab Tante Lusi yang sedikit membuat Nada kebingungan.

"Kok Bokap-nya Nada sih, Tan? Nikah juga belom." Cicit Nada.

"Eh i-iya ya? Salah salah salah," Ucap Tante Lusi dengan cepat dengan raut muka yang sangat aneh meurut Nada. "Maksud Tante bukan Bokap, tapi apa ya? Terserah lah siapa itu kamu anggepnya! Sana sana temuin dulu katanya tadi ada perlu sama Bunda?" Lanjut Tante Lusi mengusir Nada dengan halus.

"Iya-iya Ini Nada kesana. Sekalian Nada pamit deh sama Tante, Nada mau langsung pergi abis ketemu sama Bunda. Nada pergi dulu, Te!" Ucap Nada berpamitan dengan Tante Lusi. Lalu berjalan menuju meja yang sedang diduduki oleh Bunda Din dan pastinya bersama Oom Tito. Kalau dilihat dari jauh, sepertinya mereka berdua sedang membicarakan sesuatu yang serius, bisa dilihat dari Oom Tito yang mengatupkan kedua tangannya didepan wajahnya.

"Bunda!" Sapa Nada membuat sang Bunda yang sedang berbicara terpaksa menghentikannya dan menoleh menghadapp Nada.

"Hai Oom!" Sapa Nada kepada Oom Tito lalu mengajak ber-tos ria.

"Bunda, Nada mau pergi ya, sebentar aja, sampe rumah nanti sebelum jam sepuluh." Ucap Nada.

"Mau kemana?"

"Ada urusan bentar."

Setelah diijinkan untuk pergi, Nada langsung memesan ojek untuk pergi ke alamat rumah milik Pak Rama. Jujur saja, Nada memang tidak mempunyai janji apapun dengan Pak Rama hari ini, karena sejak semalam, saat Nada mendengar Jani menghubungi ponsel milik Pak Rama, perasaan Nada sedikit tidak menentu. Setelah Pak Rama memutuskan panggilan dengan Jani semalam, Nada langsung meminta diantarkan pulang kerumah.

Bahkan Nada tidak banyak berbicara selama perjalanan pulang, walaupun Pak Rama sudah mencoba mengajaknya untuk mengobrol atau sekedar menggoda Nada dengan menggelitik pinggangnya, Namun tetap saja Nada tidak bergeming. Hingga saat ini, Nada memilih untuk mengabaikan panggilan dan pesan singkat yang datang dari nomor Pak Rama.

Entah mengapa Nada tidak menyukai fakta bahwa Pak Rama dan Jani adalah teman baik sejak lama. Hal itu sangat mengganggu bagi Nada. walaupun Nada sempat mendengar bahwa Pak Rama menolak ajakan Jani untuk makan malam karena telah makan malam bersamanya. Namun tetap Saja hal itu membuat Nada tidak senang.

Sejak tadi pagi, Nada terus memikirkan sikapnya semalam yang sangat kekanakan. Bahkan Nada hampir saja lupa akan ucapan Pak Rama yang menyuruhnya untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi agar Pak Rama bisa menciumnya, hanya karena pikirannya terbutakan oleh panggilan telepon dari Jani ke ponsel Pak Rama. Memikirkannya saja membuat Nada malu sendiri. Bagaimana tidak, hanya karena Jani menghubungi Pak Rama membuatnya mogok bicara dan menyuruh Pak Rama mengantarnya pulang saat itu juga bahkan sampai menghiruakan panggilan dan pesan dari Pak Rama hingga detik ini.

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang