EMPAT

5.5K 412 5
                                    

Tidak lama setelah Nada berpindah tempat duduk ke barisan depan, Rena kini kembali terdiam sembari melihat pak Rama yang sedang menjelaskan didepan ruang kelas. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu jatuh di pangkuannya. Rena melirik sebuah remasan kertas yang jatuh ke pangkuannya. Perlahan Rena membuka kertas itu dan melihat tulisan yang saudah Ia hafal diluar kepala.

Pulang kelas, makan ayam geprek, yuk!

Ingin sekali Rena menyunggingkan senyum dan langsung mengiyakan ajakan itu. Namun gengsinya mengatakan kalau ia tidak seharusnya langsung mengiyakan ajakan itu.

Semalam, Rena berusaha menghubungi Petra. Namun tidak seperti biasanya. Petra sama sekali tidak mengangkat panggilan darinya padahal Rena hanya ingin menanyakan mengenai tambahan bahan untuk membuat paper tugas pak Rama. Kalau dihitung, bisa lebih dari dua puluh kali Rena menghubungi Petra namun tidak diangkatnya.

Lalu Rena kembali meremas kertas itu dan memasukkannya kedalam tas ransel warna putihnya dan berniat untuk membuangnya nanti selepas keluar dari kelas pak Rama. Tidak lama kemudian, Punggung Rena terasa ditusuk dengan menggunakan ujung pulpen. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Petra.

"Ren!" Panggil Petra lirih tepat di belakang kepala Rena.

Rena memilih untuk diam dan tidak menggubris panggilan dari Petra. Namun, Petra tidak berhenti sampai disituKini laki-laki yang sudah memajukan kursinya sedikit kedepan sehingga semakin dekat dengan Rena mulai mencubit pinggang Rena dan membuat Rena kaget sehingga menimbulkan suara berisik.

"Kamu mau bantu saya jelasin materi didepan?" Suara pak Rama terdengar biasa saja, namun entah mengapa ketika Rena mendengarnya seperti suara tentara yang sedang membentak pasukannya.

"Ma-maf pak." Cicit Rena sembari menundukkan kepalanya dalam dalam. Di hatinya kini Ia menyumpahi Petra karena telah membuatnya jadi korban pak Rama.

"Mau nggak?" Rena menghela nafasnya lagi ketika ia mendengar suara Petra yang masih berusaha mengajaknya.

"Ren! Jawab dong! Aku cubit lagi lho!" ancam Petra membuat tubuh Rena dengan cepat menegang. Karena tidak mau menimbulkan keributan lagi, Rena akhirnya mengambil kembali remasan kertas dari dalam tasnya lalu menuliskan sebuah kalimat balasan untuk Petra.

G

Tidak lama kemudian, Rena kembali menerima remasan kertas itu dari belakang. Dengan tulisan yang semakin berantakan, Petra menggamar sebuah ice cream cone lalu dibawahnya bertuliskan,

Ice Cream?

Membaca tulisan itu membuat Rena kembali semnagat karena memang dirinya sangat menyukai ice cream, dan juga selain itu Rena berpikir, kalau nanti Ia bisa meminta penjelasan dari Petra kenapa semalam tidak mengangkat panggilannya. Lagi pula selama ini kalau Petra tidak mengangkat panggilan ataupun tidak membalas pesan singkatnya, alasan yang diberikan Petra cukup jelas dan semua alasan itu tidak jauh-jauh dari sedang mencari berita atau sedang berada di kantor Humas untuk berdiskusi dengan seniornya. Kalau Petra sedang mendampingi klien, pun lebih dulu Petra membicarakannya dengan Rena. Memikirkan hal itu membuat Rena luluh dan tidak jadi marah, Lalu Rena menaruh tangan kanannya dibelakang punggung sembari mengangkat ibu jarinya. Sip!

***

Nada meletakkan tangannya kembali diatas pangkuan setelah melambaikan tangan pada Rena dan Petra yang pamit mau pergi berdua. Kalau hari ini dirinya tidak ada kuliah lagi, pasti Nada sudah memesan ojek online atau menghubungi Yudit untuk mengantarkannya ke Kedai Pojok untuk sekedar membantu Bunda Din melayani pengunjung.

Namun sayangnya, satu mata kuliah masih harus di datanginya kalau ia tidak mau absennya jebol karena sudah tiga kali Nada tidak menghadiri mata kuliah ini. Selain karena malas, Nada sebenarnya sangat tidak menyukai mata kuliah Ilmu Ekonomi ini karena Nada benar-benar tidak menyukai semua hal yang berbau Ekonomi. Tapi berhubung hanya mata kuliah ini yang tersedia untuk menutup kekurangan di semester enam ini, mau tidak mau Nada harus mengambilnya.

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang