"Kamu punya kunci rumah ini?" Tanya Ibu kaget saat Nada mengeluarkan kunci untuk membuka gerbang rumah Pak Rama.
"Iya bu, Pak Rama yang ngasih. Kalau ibu keberatan Nada punya kuncinya, nanti Nada kembalikan." Jawab Nada dengan sedikit takut. Ia takut kalau ibu berpikir macam-macam tentang dirinya yang punya kunci rumah Pak Rama.
"Kamu sering kesini?" Tanya Ibu setelah Nada sukses membuka dan menutup kembali gerbang rumah.
"Iya kadang-kadang." Jawab Nada jujur. "Tapi tenang aja bu, kita nggak ngapa-ngapain. Kita beresin rumah sambil sesekali masak dan makan. Terus udah itu aja." Tambah Nada cepat-cepat sebelum Ibu memikirkan hal yang tidak-tidak.
Hari ini Nada tidak memberitahu Pak Rama tentang kedatangannya kerumah Ibu dan kedatangannya ke rumah milik Pak Rama. Hal ini dikarena memang Nada tidak membawa ponselnya yang sudah kehabisan daya sejak tadi malam dan lupa tidak mengisinya tadi pagi. Jadilah Nada meninggalkan ponsel dikamarnya.
Setelah berhasil masuk ke dalam rumah, Nada mempersilakan Ibu untuk duduk lalu membuatkan ibu segelas teh hangat. Teh hangat yang tadi dibuat saat dirumah ibu belum sempat diminum dan mereka sudah duluan pergi ke rumah ini.
"Bu, ini diminum dulu. Tadi di rumah, ibu belum sempat minum teh nya." Ucap Nada sembari menyajikan teh dihadapan Ibu yang kini sedang duduk di kursi ruang tengah. "Ini rotinya Nada taruh di piring dulu ya bu? Nanti biar langsung bisa dimakan bareng-bareng." Usul Nada yang langsung disetujui oleh ibu.
Saat Nada sedang mengatur letak roti diatas piring, Nada melihat Ibu sedang mengelus bantal dan selimut yang diletakkan diatas sofa. Seakan Ia sedang mengelus kepala anak-anaknya. Melihat itu membuat hati Nada berdesir. Nada yakin sekali tujuan ibu melakukan semua ini adalah karena rasa sayangnya kepada anak-anaknya sangat besar. Ia ingin anak-anaknya menjadi orang sukses. Hanya saja cara yang ibu pilih kurang tepat.
"Dhana sama Tita pulang jam berapa?" Tanya Ibu saat Nada muncul di ruang tengah dengan membawa satu gelas teh.
"Nada juga nggak tahu bu, Nada nggak bawa handphone." Jawab Nada. "Biasanya Pak Rama udah nggak ada kelas kalau udah jam segini." Lanjut Nada sembari melirik jam di pergelangan tangan kanannya.
Ibu mengangguk-angguk sebagai jawaban.
Benar perkiraan Nada, tidak lama kemudian, Nada mendengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah. Nada sangat yakin itu mobil milik Pak Rama karena di perumahan ini belum banyak penghuninya.
"Itu kayaknya Pak Rama. Nada jemput dulu didepan, bu." Tanpa menuggu jawaban dari ibu, Nada langsung berlari kecil menuju halaman depan. Bertepatan dengan Pak Rama yang kini sedang menutup kembali gerbang depan.
"Kok nggak kasih kabar?" Tanya Pak Rama sesaat setelah menatap Nada.
"Saya tinggal dirumah handphonenya." Jawab Nada. "Pak, anu." Nada bingung mau mengatakan kalau ada Ibu disini.
"Kenapa sih?" Tanya Pak Rama sembari mengangkat wajah Nada yang sedari tadi ditundukkan.
"Ada ibu." Jawab Nada akhirnya sembari menatap kedua mata Pak Rama takut-takut.
"Ngapain? Ibu maksa suruh anterin kesini?"
Dengan cepat Nada menggeleng. "Bukan-bukan! Saya yang ajak ibu kesini. Ada yang mau ibu omongin." Tukas Nada.
Pak Rama langsung mengangguk dan mulai melangkahkan kaki kedalam rumah. "Pak! jangan bentak-bentak Ibu, ya?"
"Iya."
Setelah menjawab Nada, Pak Rama melanjutkan langkahnya kedalam rumah. Sedangkan Nada memilih untuk mengekori Pak Rama dibelakangnya.
"Ibu." Panggil Pak Rama membuat Ibu bangkit dari duduknya dan menatap Pak Rama dengan tatapan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)
Любовные романыADA BEBERAPA PART YANG DIHAPUS. PART YANG SUDAH DIHAPUS DI WATTPAD, BISA DIBACA DI INSTAGRAM @iwritesomewords. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA! Sungguh pekerjaan yang paling mulia adalah pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah sekaligus pekerjaan...