Pagi-pagi sekali, Nada terbangun karena di kaki kanannya tepatnya di paha kanannya terasa digigit oleh sesuatu. Rasanya sakit sekali hingga Nada langsung terbangun, matanya langsung terbelalak dan mulutnya langsung berteriak mengaduh. Sembari mengumpulkan nyawa, Ia mengusap-usap paha kanannya seraya pandangannya mengitari sekeliling. Tak jauh dari tempatnya duduk saat ini terlihat Bunda Din sedang mencubit lengan Yudit lalu beralih mencubit lengan Bagas.
Tak sampai situ, Nada melihat ke arah kiri dimana ada Rena yang kini sedang mengusap-usap pantatnya sembari mengaduh. "Tante sakit banget!" Keluh Rena tak henti-hentinya mengusap pantatnya.
"Bangun! Ayo bangun! Kalau nggak bangun Bunda cubit lagi!" Pekik Bunda Din yang kini sedang penepuk lengan Petra setelah berulang kali mencubitnya namun tetap tidak bangun.
"Bunda kenapasih!" Tanya Nada heran. Bekas cubitan sang Bunda yang belum hilang rasa sakitnya kini sudah ditambah lagi dengan Rena yang tiba-tiba menendang pantat Nada entah karena alasan apa.
Saat Nada membalikkan badannya dan menatap Rena sembari memicingkan matanya, Nada langsung diberi kode oleh Rena untuk segera pergi dari sini agar tidak kena marah Bunda Din. Dengan sekali anggukan, Nada dan Rena kini sudah ngacir menuju kamar Nada dan langsung membersihkan diri di kamar mandi kamar Nada.
"Gila! Sakit banget cubitan Tante Din!" Keluh Rena sembari mengecek bekas cubitan di pantatnya yang masih terlihat memerah.
"Jam berapa sih ini?" Tanya Nada sembari mengambil sikat giginya.
"Gatau gue nggak liat jam pas tadi lari kesini." Jawab Rena. "Sebenernya gue nanti sore ada nemenin orang nih. Tapi nggak tau juga orangnya belum ngabarin lagi jemput dimana." Lanjut Rena yang kini mulai melepaskan karet kunciran dari rambutnya.
"Siapa?"
"Ada anak sastra yang ajakin ke acara reunian."
Nada hanya mengangguk menanggapi ucapan Rena lalu kembali melanjutkan menyikat gigi dan membersihkan wajahnya. Setelah itu mereka berdua langsung kembali kebawah, tepatnya di dapur dimana Yudit, Bagas dan Petra kini sedang menikmati makanan mereka dengan kepala tertunduk dan sedang dimarahi oleh Bunda Din. Nada dan Rena mau tak mau juga harus ikut turun dan ikut dimarahi oleh Bunda Din.
"Siapa suruh minum sampai mabuk? Yudit! Kan Tante udah bilang jangan sampai mabuk. Minum boleh tapi jangan tiga botol juga dong Dit! Lihat itu bekas-bekas makanan kalian yang berserakan di teras depan! Bunda nggak mau tau ya, setelah makan, kalian berlima harus bersihin teras. Di pel sekalian!" Ucap Bunda Din tegas.
"Nada! kamu juga udah di wanti-wanti kalau nggak boleh sampai mabuk tapi malah minum sampai mabuk. Minum berapa banyak kamu semalam?"
Tubuh Nada menegang mendengar namanya disebut. "Tiga gelas, Bunda." Aku Nada jujur.
Padahal semalam Nada tidak merasa mabuk sedikitpun. Hanya sedikit pusing tapi masih ingat semuanya. Termasuk saat menjamu Pak Rama dengan makanan dan minuman lalu mengantar Pak Rama sampai gerbang rumahnya sebelum Nada bergabung lagi dengan teman-temannya untuk kembali menikmati daging panggang yang dipanggang oleh Bagas.
"Siapa yang suruh minum banyak-banyak?" Tanya Bunda Din.
"Nada sendiri Bunda yang mau minum." Tukas Nada tanpa berani menatap sang Bunda yang rupanya sedang benar-benar marah. "Maaf Bunda, nggak bakal Nada ulangi.".
Kalau ingat, tambahnya dalam hati.
***
Siang ini, Nada langsung bergegas pergi ke rumah Ibu setelah membersihkan kekacauan yang semalam ia dan teman-temannya buat. Tidak membutuhkan waktu lama hingga Nada kini sudah sampai di depan pagar rumah Ibu. Setelah menekan bel, tidak lama kemudian, muncullah Ibu dengan memakai daster batik berwarna pink dan membuat Ibu terlihat lebih muda daripada usianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)
Roman d'amourADA BEBERAPA PART YANG DIHAPUS. PART YANG SUDAH DIHAPUS DI WATTPAD, BISA DIBACA DI INSTAGRAM @iwritesomewords. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA! Sungguh pekerjaan yang paling mulia adalah pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah sekaligus pekerjaan...