Entah apa alasan sang dosen pembimbing skripsi pagi tadi menghubunginya lewat panggilan telepon lalu memberitahu Nada kalau Skrisi Bab tiga miliknya sudah di ACC dan Nada disuruh untuk membuat Bab empat dan harus selesai hari ini juga.
"Bab satu penelitianmu kan menunjukkan kerumitan masalah pengungsi yang ada di Australia dan Indonesia, Bab dua kapasitas penyelesaian masalah yang dilakukan rezim Bali Process, bab tiga kolaborasi dari kapasitas penyelesaian masalah itu menyelesaiakan masalah pengungsi di Australia dan Indonesia, gimana cara penyelesaian masalah dan semuanya udah bagus. Tinggal bikin Bab empat yang isinya kesimpulan penelitian kamu. Saya tunggu sebelum jam empat sore!"
Begitulah kira-kira yang diucapkan dosen pembimbingnya yang membuat kepala Nada serasa mau pecah. Bagaimana tidak, tadi saat sang dosen menghubunginya, dia masih tidur dan belum sepenuhnya sadar. Kini Nada harus memaksa otaknya untuk bekerja lebih keras agar bisa menyelesaikan bab empat sebelum jam empat sore.
Sudah sejak pagi tanpa mandi dan mengisi perutnya, Nada berkutat dengan laptop dihadapannya. Disampingnya hanya ada segelas kopi yang sudah beberapa kali di isi ulang untuk mencegah Nada mengantuk saat menyelesaikan skripsi bab terakhirnya itu.
Hingga akhirnya Nada menghubungi Pak Rama sembari menangis saat ia berhasil menyelesaikan bab empat penelitiannya tanpa ada kata revisi dari sang dosen pembimbing tepat tiga jam sebelum jam empat sore.
"Pak?" Panggil Nada masih dalam tangisnya saat ia mendengar Pak Rama telah mengangkat panggilannya.
"Eh ada apa kok nangis?" Suara Pak Rama terdengar khawatir.
"Saya udah selesaiin bab empat tanpa revisi." Tukas Nada sesenggukan.
"Bagus dong! Terus kenapa nangis?"
"Saya capek banget, kepala saya rasanya mau pecah. Saya belum makan dari pagi dan sekarang saya harus ke kampus untuk minta tanda tangan."
"Nggak usah buru-buru! Makan dulu, baru print penelitiannya, baru ke kampus. Mau dijemput aja? Tapi saya ada kelas setelah ini. Naik ojek aja? Atau suruh antar si Yudit itu!"
"Kalau ada kelas ngapain nawarin mau jemput? Saya nanti nebeng temen saya aja. Saya telepon Cuma mau ngabarin kalau saya udah selesai bab empat, bukan minta dijemput!"
"Yasudah kalau gitu. Nanti kabarin saya, ya pulangnya bareng aja."
Tanpa menjawab, Nada lalu memutuskan sambungan telepon dan merebahkan tubuhnya diatas karpet ruang tengah.
Akhirnya, selesai juga. Tinggal sidang skripsi dan..... Lulus! Pekik Nada dalam hati.
***
Nada masih melihat Bagas duduk sembari memainkan ponselnya didepan ruangan dosen. Padahal tadi Nada sudah mengatakan pada Bagas untuk tidak menunggunya. Namun Bagas memilih untuk menunggu hingga Nada selesai meminta tanda tangan dari Dosen pembimbingnya.
Tadinya Nadahendak meminta Yudit, Rena bahkan Petra untuk menjemputnya ke kampus. Atau Nada bisa juga naik mobilnya. Tapi berhubung Nada malas untuk mengeluarkan mobilnya hanya untuk pergi kekampus yang letaknya tak terlalu jauh dari rumahnya, membuat Nada akhirnya menelepon Bagas dan memintanya untuk menjemputnya kekampus. Untung saja Bagas yang sedang tidak melakukan apapun dirumah mau mengantarnya ke kampus bahkan mau juga mengantarnya pulang kerumah lagi.
"Udah dapet?" Tanya Bagas saat Nada menghampirinya.
Nada mengangguk sebagai jawaban. "Makan dulu yuk? Gue pusing nih gara-gara belum makan." Ajak Nada yang langsung diiyakan oleh Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)
RomanceADA BEBERAPA PART YANG DIHAPUS. PART YANG SUDAH DIHAPUS DI WATTPAD, BISA DIBACA DI INSTAGRAM @iwritesomewords. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA! Sungguh pekerjaan yang paling mulia adalah pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah sekaligus pekerjaan...