TIGAPULUHLIMA

3.8K 275 4
                                    


"Masih disana?" Suara Pak Rama menyapa telinga Nada setelah seharian penuh Ia hanya mendengarkan dirinya sendiri bermonolog.

"Masih." Jawab Nada sembari mematikan lampu kamar mandi.

"Udah makan malam?"

"Udah." Ucap Nada sembari mencari keberadaan Ibu yang ternyata masih berada di ruang tengah sedang menonton tayangan di televisi.

"Saya jemput kesana, ya?" Tawar Pak Rama, namun langsung ditolak oleh Nada.

"Nggak usah, Ini saya juga udah mau pulang. Mau mampir ke Kedai dulu." Jawab Nada. Lalu setelah diiyakan oleh Pak Rama, Nada langsung menutup sambungan dan mulai mengambil tas dan menguncir rambutnya.

"Bu?" Panggil Nada.

Seperti yang terjadi seharian penuh ini, Ibu tidak menjawab panggilannya, namun Nada tetap melanjutkan kalimatnya. "Nada pamit, Bu. Makasih udah nemenin Nada seharian. Kalau Nada dirumah terus, Nada bingung mau ngapain." Dengan itu, Nada langsung melenggang pergi meninggalkan Ibu yang sama sekali tidak bergeming.

Perjalanan menuju Kedai Pojok diiringi suara merdu dari Brockhampton yang berjudul Sugar. Suasana jalanan malam ini tidak begitu ramai, karena memang bukan malam weekend. Membuat perjalanan dari rumah Ibu menuju Kedai hanya ditempuh selama dua puluh menit.

Sesampainya disana, setelah mengobrol sebentar dengan Bunda Din dan Tante Lusi, Nada melihat Bagas yang sedang duduk berhadapan dengan Yudit dengan masing masing sedang menggenggam ponsel dengan cara dimiringkan. Nada bahkan tidak mengetahui mereka berdua sedang ada di Kedai Pojok, jangankan mengetahui keberadaan mereka, mengetahui kalau mereka berdua akrab saja tidak.

"Lo ngapain berduaan?" Sapa Nada sembari mendudukkan pantatnya di kursi disamping Yudit.

"Main game." Jawab Yudit singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Ngapain lo kesini?" Kini giliran Bagas yang bertanya.

"Nggak papa, capek gue, pengen ngobrol sama orang juga. Dari tadi gue ngomong sendiri mulu. Capek juga." Aku Nada lalu mengeluarkan ponsel miliknya dan melihat sebuah pesan singkat dari Pak Rama terpampang di layar ponselnya.

Sudah sampai?

Udah

Oke. Perlu saya kesana?

Enggak usah. Saya mau review penelitian.

Kapan sidang?

Lusa

Kamu marah sama saya?

Setelah membaca balasan dari Pak Rama, Nada hanya berdecak. Ia tidak habis pikir kenapa Pak Rama mengira dirinya marah kepadanya. Nada lalu menyimpan ponselnya tanpa membalas pesan dari Pak Rama karena menurutnya ucapan Pak Rama tidak masuk akal. Lagipula untuk apa Nada marah kepada Pak Rama. Kalau memang benar Nada marah kepadanya, sudah sejak tadi Nada tidak mengangkat teleponnya dan juga tidak membalas pesannya.

"Ajak gue ngobrol dong!" Pinta Nada kepada Yudit dan Bagas yang hanya ditanggapi dengan kata Iya dan Kenapa.

"Seharian gue ngomong sendiri. Gila ini rekor buat gue ngomong sama orang tapi nggak ditanggepin sama sekali. Lo pada harus tau itu."

"Kenapa bisa gitu?" Kini Bagas membuka suara namun tanpa menatap Nada.

Ya setidaknya mereka berdua masih mau menimpalinya, batin Nada.

"Gue ada masalah sama Ibu nya Pak Rama. Ya gue harus tanggung jawab, soalnya gue bikin anaknya juga marah sama ibu nya. Gila nggak gue? Udah kaya ngancurin rumah tangga orang aja." Cerita Nada sembari meletakkan kepalanya di pundak Yudit mencoba mencari sebuah kenyamanan sekaligus kekuatan.

DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang