Setelah kepergian Pak Rama beberapa saat lalu, Nada masih tak beranjak dari duduknya. Tangannya juga masih terasa hangat dan berkeringat karena genggaman tangan Pak Rama. Mungkin rasa hangat itu akan selamanya ada disana, dan juga dihatinya.
Nada merutuki dirinya saat berpikir begitu, bagaimana mungkin Ia berpikir rasa hangat genggaman tangan Pak Rama akan selalu terasa dihatinya. Padahal baru beberapa saat lalu Nada dengan jelas menolak perasaan Pak Rama.
Nada juga masih ingat punggung Pak Rama yang menatapnya saat Pak Rama memilih untuk pergi dari rumahnya setelah penolakan dari Nada. Pundak yang tak tegap seperti biasa, tangan yang terjuntai dan bergerak mengikuti gerakan kakinya yang berjalan dengan gontai. Nada tak bisa melihat mimik wajah Pak Rama, karena Pak Rama langsung menundukkan wajahnya bersamaan dengan saat melepaskan genggaman dari tangan Nada. Tapi Nada bisa membayangkan bagaimana raut wajah Pak Rama saat itu.
Saat melihat Pak Rama menundukkan wajahnya, Nada tak bisa berkata-kata. Nada tahu bagaimana kalimat yang diucapkannya begitu menyakitkan bagi Pak Rama. Tapi Nada bisa apa. Nada mau tak mau mengatakan yang sejujurnya kalau saat ini dirinya tidak mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang Pak Rama rasakan terhadap dirinya.
"Sudah dibicarakan?" suara Bunda Din membuat Nada tersadar dari lamunannya.
Nada mengangguk singkat sebagai jawaban.
"Mau cerita sama Bunda?" Tanya Bunda Din lagi yang kini sudah memposisikan dirinya duduk di kursi dimana Pak Rama duduk tadi.
Nada meilirik Bunda Din yang kini memakai baju tebal dan kaos kaki. Biasanya Bunda Din tidak pernah memakai baju tebal untuk tidur bahkan sampai memakai kaos kaki. Mentok-mentok paling juga celana panjang dan baju lengan panjang. Nada ingin sekali bercerita tentang semuanya, tapi melihat kondisi Bunda Din yang terlihat sangat tidak sehat, membuat Nada mengurungkan niatnya.
Nada menggeleng, "Enggak Bunda. Nada belum siap cerita semuanya ke Bunda. Mungkin besok Nada bakalan cerita semuanya, tapi nggak sekarang. Sekarang Bunda istirahat aja. Mau Nada buatkan makan malam apa? Bunda pasti belum makan malam." Ucap Nada.
"Yaudah, besok kalau udah mau cerita ke Bunda, langsung cerita aja. Bunda punya dua puluh lima jam buat Nada." Ujar Bunda Din sembari merengkuh Nada ke dalam pelukannya.
Perlahan, dalam pelukan Bunda Din, Nada meletakkan telinganya tepat di dada sang Bunda. Sembari memeluk dengan erat, Nada juga mendengarkan detak jantung Bunda Din yang terdengar sangat kencang saat berada di posisi ini.
Satu hal yang Nada paling syukuri di dunia ini, yaitu mempunyai Bunda Din dalam hidupnya. Bunda Din memang segalanya bagi Nada. Bunda Din adalah dunianya. Nada tak pernah bisa membayangkan kalau suatu saat ia tak bisa lagi mendengarkan suara detak jantung Bunda Din seperti ini lagi.
"Bunda mau dimasakin sop sosis, dong." Ucap Bunda disela pelukannya.
"Go-food aja ya Bunda?" Tawar Nada.
"Enak aja, tadi bilangnya mau masakin Bunda makan malam? Mau ganti anak aja deh, Yudit mau nggak ya jadi anak Bunda?" Bunda berpura-pura merajuk dan melepaskan pelukannya dari tubuh Nada.
"Jangan Yudit, dia jelek. Mending Nada aja selamanya jadi anak Bunda. Oiya Bunda, Gimana sama Oom Tito? Mau gini-gini aja atau mau lanjut gas pol?" Tanya Nada sembari tertawa seolah perasaan sedihnya hilang sepenuhnya dari dalam diri Nada. Dan untuk sesaat tidak ada lagi masalah yang sejak tadi memenuhi kepala Nada.
"Kamu nih yaaaa! Gas pol emangnya mobil! Sana masakin Bunda sop sosis dulu, nanti baru Bunda ceritain semuanya deh."
***
Sudah sejak setengah jam yang lalu, Nada menunggu Rena dan Petra di salah satu meja di dalam perpustakaan. Pagi tadi, Rena menghubunginya kalau proposal penelitian miliknya sudah disetujui oleh para dosen dan pengumumannya sudah dipajang di papan pengumuman fakultasnya. Begitu juga dengan Rena dan Petra juga mendapatkan kabar bahagia yang sama. Jadilah saat ini mereka bertiga memilih untuk mengerjakan kelanjutan penelitiannya di perpustakaan kampus mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAFT 2 -Jasa Pendamping ( ✔)
Любовные романыADA BEBERAPA PART YANG DIHAPUS. PART YANG SUDAH DIHAPUS DI WATTPAD, BISA DIBACA DI INSTAGRAM @iwritesomewords. TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA! Sungguh pekerjaan yang paling mulia adalah pekerjaan yang menghasilkan pundi-pundi rupiah sekaligus pekerjaan...