DUA PULUH

17 4 4
                                        

"Jenna, sini sayang."

Panggil Antonio yang tengah duduk di ruang tamu bersama Angeline.
Jenna yang hendak berjalan menaiki tanggapun terhenti karena mendengar namanya dipanggil.

"Eh iya dad."

Jennapun berjalan dan duduk disalah satu sofa yang berhadapan dengan Antonio dan Angeline duduk. Tak lama, Luke menyusul dan duduk disebelah Jenna.

"Ekhemm... Jadi begini, bukan hanya lelaki disebelahmu saja yang bisa memberikan hadiah. Dad dan mom juga ingin memberimu hadiah." Ucap Antonio yang lagi-lagi dibumbui ledekan untuk Luke.

Luke hanya bisa menampakan cengirannya.

"Dad, bisakah daddy sebentar saja tidak meledek Luke?." sergah Jenna yang tak suka Luke diledek terus.

"Eh? Apakah putri daddy sedang membela kekasihnya yang katanya tampan?."

"Dadddd, ayolaahhh bicara yang benar. Daddy selalu saja menggangguku."

"Apa benar kau mengaku aku tampan pada om Antonio?." Tanya Luke pada Jenna karena pertanyaan Antonio tadi.

"Ck! Ya memang kamu tampan kan? Puas?."

Luke manggut-manggut sambil tersenyum lebar.

"Ah sudahlah, kalian ini mendiskusikan hal yang tidak penting saja." Angeline melerai.

"Baiklah, kita mulai." sergah Antonio lalu memanggil Letto dan Lettopun datang membawa map yang Jenna yakin itu berisikan berkas, sepertinya berkas penting.

Letto memberika map itu pada Antonio.

"Jadi Jenna. Ini adalah surat rumah untukmu." Ucap Antonio sambil berdiri menghampiri Jenna dan memberikan map yang berisikan surat rumah.

"Untuk apa?." Tanya Jenna bingung.

"Ya untukmu lah, itu hadiah dari dad dan mom untukmu."

Antonio kembali duduk ke posisi sebelumnya. Jenna masih mengotak atik surat tersebut. Memang benar disana tertera rumah itu atas namanya.

"Daddd... Momm.. Sudah kubilang bukan? Ini semua terlalu berlebihan. Apa kalian berniat mengusirku dari rumah ini?."

Angeline terkekeh mendengar ucapan anak perempuannya itu. Angeline menghampiri Jenna dan menyuruh Luke untuk pindah dari sebelah Jenna. Lukepun mengangguk lalu berpindah kesebalah Antonio dan mendapatkan tatapan tajam dari Antonio. Luke hanya bergidik ngeri melihat tatapan itu. Lalu memfokuskan pandangannya ke Jenna lagi.

"Sayang, dengar. Dad dan Mom merasa bahwa kamu sudah besar. Dan bisa menentukan pilihan sendiri." Ucap Angeline dengan tenang dan memancarkan sosok keibuan yang selalu dikagumi oleh setiap orang yang melihatnya. Dibalik sifat pemborosannya, Angeline menyimpan seribu mantra ajaib untuk keluarganya.

"Kami membelikan ini bukan bermaksud apa-apa. Jenna anak Mom dan Dad, sudah pasti Mom dan Dad akan memberikan apapun untuk anak bukan? Cio juga nanti akan merasakannya, selagi mom dan dad bisa kenapa tidak?."

Jenna mengagguk tanda mengerti. Memang Jenna dari kecil sangat tidak mau dimanjakan dengan harta yang dad dan momnya miliki. Baginya, bisa bersekolah dan makan yang layak itu sudah cukup.

"Tolong di terima ya, kau tau daddymu tidak menerima penolakan bukan?." ucap Angeline sambil melirik suaminya.

"Iya mom, terima kasih banyak. Dan, daddy terima kasih juga ya. Jenna terima hadiah istimewa ini. Semoga Tuhan selalu memberikan Mom dan Dad kesehatan dan umur panjang, agar kalian bisa menikmati hasil jerih payahku kelak." Jenna menitihkan air matanya lagi.

Jenna will you? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang