DUA PULUH SATU

21 5 2
                                        

Jenna mengantarkan Luke kedepan rumahnya karena Luke akan pulang kerumah. Setelah drama tukar kadonya itu, Jenna dan Luke sempat makan malam bersama dirumah Jenna. Karena waktu yang sudah malam, Luke memutuskan untuk pulang kerumah.

"Kamu gak capek bawa mobil?." Tanya Jenna pada Luke sambil berjalan kedepan rumah.

"Engga kok, udah biasa kali, aku kan pembalap." Jawab Luke sombong.

"Aku serius Luke. Gimana kalo kamu di jemput aja sama pak Ben? Nanti biar mobil kamu taruh disini aja. Atau nanti aku suruh orang Daddy buat anterin mobil kamu ke rumah kamu."

"Sayang... Aku gak papa kok, aku gak capek. Kasian Pak Ben udah malam gini."

Jenna hanya bisa menghela napas.

"Besok belajar mobil ya sama aku?, biar kamu udah bisa bawa pas masuk kuliah." Luke menawarkan.

"Hemm oke. Minggu depan pengumuman masuk Univ kan Luke?. Kamu jadi di Univ yang sama kayak aku kan.? Tanya Jenna.

"Iya sayang, aku jadi ambil Manajemen Bisnis di Univ yang sama kayak kamu."

"Asikkkk, kita satu kampus. Tapi kita beda gedung. Hufftt sebelll." Jenna merajuk.

"Daripada aku di luar negeri? Iya kan?."

"Aaaaa iya iya, jangan jauh-jauh dari aku pokoknya yaa. Kamu harus tetep di samping aku. SE.LA.MA.NYA." Jenna menekankan kata Selamanya.

Luke mengacak rambut Jenna lalu mencium keningnya.

"Iyaa SELAMANYA sayang... Nih coba pegang dada aku." Luke mengambil tangan kanan Jenna dan dibawanya ke dada Luke, tepat di jantungnya.

"Kamu bisa ngerasain detaknya?."Tanya Luke dan dijawab anggukan oleh Jenna.

"Setiap detak yang berpacu, itu semua karena kamu." Ucap Luke kembali sambil tersenyum.

Luke mengarahkan tangan Jenna kedepan hidungnya.

"Dan ini, setiap deru nafas yang berhembus, itu karena kamu. Aku hidup buat kamu. Jantung aku berdetak karena kamu, nafas aku berhembus karena kamu. Kamu hidup aku, kalau gak ada kamu mereka bakalan berhenti. Dan aku? Akan mati."

Blussshhhh.

Pipi Jenna memerah, namun Jenna mendapatkan pandangan sedih yang tersirat dimata Luke. Kenapa Luke sedih?. Jenna jadi terpancing untuk sedih.

Jenna menitikan air matanya.

"Hei hei hei, kenapa menangis?." Tanya Luke sambil menghapus air mata yang jatuh di pipi Jenna.

"Kamu lagi gombal tapi kok sedih sih Luke. Aku... Aku takut kamu nanti ninggalin aku."

"Ssttt udah udah.."

Luke menarik Jenna kedalam dekapannya.

"Memangnya aku keliatan sedih?."

Jenna hanya bisa mengangguk didalam pelukan Luke. Luke melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Jenna lagi.

"Yaudah kamu pulang sekarang Luke. Nanti tambah malam aku khawatir." Ucap Jenna, ya walaupun sebenarnya Jenna tak rela jika Luke harus pergi dan berkendara dimalam hari, dengan kondisi yang Jenna yakini memang Luke kelelahan. Tapi mau gimana lagi? Luke memang keras kepala.

"Iyaa sayang. Kamu jangan nangis lagi, masuk gih. Cuci muka, cuci kaki dan tangan, sikat gigi, terus bobo yaa?."

"Enggak, kamu sampai rumah dulu baru aku bisa tidur." Elak Jenna.

"Huhh, iya iyaaa... Sini peluk dulu."

Luke memeluk Jenna lagi, ini lebih erat. Eraattt sekali. Sampai Jenna sulit bernapas.

Jenna will you? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang