Dua bulan sudah Jenna menjadi istri dari seorang Luke Pradipta Darlet. Segala kewajibannya sebagai istri tentu saja tidak Jenna lewatkan. Walaupun dirinya tetap bekerja, Jenna bisa membagi waktunya. Jenna pernah berucap pada Luke. Jika dirinya nanti mengandung, lalu melahirkan. Jenna akan berhenti bekerja, dan akan fokus mengurusi anak juga suaminya.
Tentu saja Luke setuju, walau sedikit berbasa-basi. Mana mungkin Luke menolak mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari istrinya. Seperti saat ini contohnya. Luke menerima segala perlakuan manis dari Jenna.
"Sayang, bajunya udah aku siapin di atas kasur ya!." Ucap Jenna dari luar kamar mandi.
Luke tengah mandi pagi, karena hari ini dia harus ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
"Iyaa yang!."
Jenna keluar dari kamar, lalu menuju dapur. Tadi Jenna memasak capcay juga gurame asam manis untuk Luke. Sekarang, Jenna sedang menyusun hasil masakannya di meja makan. Jenna masih belum mempekerjakan pelayan. Semenjak menikah, Jenna tinggal di rumah yang Luke beli. Rumah yang dulu Jenna tempati dikosongkan.
Para pelayan dipulangkan ke rumah Antonio. Jadi, segala pekerjaan rumah tangga Jenna urus sendiri.
"Pagi sayang."
Cup
"Hemmm pagi. Ayo sarapan dulu."
"Masak apa?."
"Capcay sama gurame asam manis."
Luke duduk ditempatnya, Jenna menyendoki nasi juga lauk pauk untuk suami tercintanya.
"Banyakin guramenya ya yang.."
"Selamat makan suami." Ucap Jenna sambil menyerahkan sepiring nasi dan lauk untuk Luke.
"Selamat makan juga istri."
Jenna dan Luke menikmati sarapannya. Setelah menikah, Jenna lebih pandai lagi dalam urusan memasak. Apalagi urusan ranjang. Eh? Maaf.
"Hari ini libur kan kamu?." Luke membuka percakapan.
"Iya, hari ini aku mau ke rumah Mom ya. Cio katanya demam."
"Bareng aku aja berangkatnya, kamu jangan nyetir sendiri."
"Ih repot tau, gak searah juga sama kantor kamu." Ucap Jenna sambil minum air jeruk hangat.
Luke menyelesaikan kunyahannya.
"Jangan bantah suami."
"Iya i- huekk... Huekk." Jenna memuntahkan cairan bening bercampur dengan makanan yang baru dia makan.
"Eh yang.. Kenapa?." Luke mendekat lalu menggiring Jenna ke wastafel. Jenna memuntahkan kembali cairan itu. Luke memijat tengkuk Jenna, lalu memberikan tissue untuk mengelap mulut Jenna.
Setelah itu, Luke menggiring Jenna untuk duduk di sofa ruang keluarga.
"Aku ambilin minyak angin dulu. Kamu rebahan aja dulu."
Luke tiba dengan sebotol minyak angin ditangannya. Lalu mengoleskan pada perut Jenna dan juga punggungnya.
"Ih Luke.. Bau minyak anginnya kok gak enak?."
"Ini yang biasa kamu pake loh. Kamu masuk angin ya? Jangan capek-capek yang. Pasti gara-gara ngurusin rumah." Ucap Luke khawatir.
"Enggak Luke. Memang akhir-akhir ini aku mudah capek."
"Ke dokter aja yuk. Aku gak masuk kerja aja hari ini."
"Jangan, katanya banyak kerjaan."
"Engga apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenna will you?
Romance(End✔️) Tuhan telah merencanakan ini semua. Aku percaya semua tentang kita adalah takdir. Namun ketika takdir tak berjalan sesuai dengan apa yang kita mau, akankah kita bisa merubahnya?. Entahlah, hanya Tuhan, Jenna, dan Luke yang tahu. "Tunggu aku...