DUA PULUH TUJUH

14 2 0
                                    

Jenna baru selesai merapihkan rumahnya. Barang-barang dirumah barunya itu memang sudah lama dia tata. Jadi sewaktu dia akan menempatinya, Jenna tak perlu lagi repot-repot mengurusi barang-barang. Tinggal dibersihkan, dan ditempati. Beberapa pelayan dari rumahnya dulu juga ikut tinggal bersama dengan Jenna, atas titah dari Antonio dan Angeline.

Karena tidak mungkin jika Jenna harus tinggal dirumah sendirian, dengan rumah yang besar ini.

"Non.. Makan siang dulu Non." Ucap seorang pelayan seraya mengetuk pintu kamar Jenna.

"Iyaa bi.. Nanti Jenna turun, mau bersih-bersih dulu. Bau keringet soalnya."

"Iya Non, bibi tunggu dibawah."

Jenna juga ikut berperan dalam membersihkan rumahnya. Jadi tak usah diragukan lagi mengapa Jenna begitu berkeringat. Jenna membasuh mukanya dan mencuci mukanya dengan sabun khusus wajah yang dia miliki. Anti jerawat, anti komedo, anti flek hitam. Mahal dong tentunya, horkaayyy...

Setelah bersih-bersih dan mengganti bajunya, Jenna bergegas turun kebawah untuk makan siang.

"Wahhh Soto betawiiii.."

Ucap Jenna saat memasuki ruang makan dan segera duduk.

"Bi ayo kita makan sama-sama aja. Panggil semuanya kemeja makan ya bi. Jangan makan di belakang. Makan aja sama Jenna."

"Ah jangan Non, biar kita di ruang makan belakang aja." Tolak kepala pelayan, Bi Tuti.

"Bi Tuti.. Masa kalian tega liat Jenna makan sendirian, ayo dongg temenin yaa. Panggil semuanya makan disini bareng Jenna."

"Baik Non, bibi panggilkan. Non makan duluan aja, itu sudah bibi siapkan."

"Enggak ah, tunggu kumpul semua aja."

Bi Tutipun memanggil seluruh pekerja yang ada dirumah Jenna. Mulai dari keamanan, pelayan, sampai tukang kebun ikut duduk makan bersama dengan Jenna diruang makan yang seharusnya diperuntukan hanya untuk Tuan rumah maupun tamu undangan.

"Naah kalau beginikan Jenna jadi tambah semangat makan. Ayok semuanya dimakan, selamat makan.."

Jenna menyantap makanan kesukaannya itu dengan perasaan bahagia. Melihat para pekerja dirumahnya yang begitu setia menemani keluarganya dari dulu, Jenna tak akan menganggap hanya sebatas pekerja. Namun keluarga yang juga harus dihormati. Apalagi sebagian pekerja dirumahnya jauh lebih tua darinya, bahkan sangat-sangat jauh umurnya.

Setelah selesai makan, Jenna memutuskan untuk beristirahat sejenak karena sore harinya Jenna akan pergi ke pusat perbelanjaan yang tidak jauh dari rumahnya, untuk membeli beberapa pakaian formal sebagai pelengkap sneliinya.

Ps: Snelii adalah Jas dokter yang berwarna putih.

Jenna memasuki toko-toko baju bermerk terkenal. Ditangannya sudah ada dua paper bag berisikan blouse, kemeja, dan beberapa celana kerja. Jenna melihat-lihat lagi koleksi baju-baju yang berada didalam toko tersebut. Pandangannya tertuju pada satu orang yang tengah berdiri dari luar toko, sialnya lagi orang itu sedang menatap Jenna.

Jenna menatap balik orang tersebut, dan menerka-nerka siapa orang itu. Jenna tak dapat mengenalinya karena orang tersebut memakai masker dan topi. Akhirnya Jenna mengabaikan dan keluar dari toko tersebut. Jenna masih mengitari pusat perbelanjaan. Namun perasaannya jadi tak karuan. Jenna merasa sedang di untit.

Jenna menoleh kebelakang, dan benar saja. Orang yang tadi memerhatikannya sedang mengkikutinya dari belakang. Jenna mempercepat langkahnya untuk pergi dari sini. Tapi tunggu, jika dia pergi dari sini. Berarti dia harus mengambil mobilnya terlebih dahulu di basement. Dan basement pasti sepi, tidak. Jenna tak boleh gegabah.

Jenna will you? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang