DUA PULUH TIGA

15 4 0
                                    

Empat tahun kemudian

seorang gadis berumur dua puluh dua tahun tengah duduk ditaman kampusnya. Gadis itu sedang membolak balikan buku yang entah keberapa kalinya dia lakukan.

"Demi Tuhan! Aku butuh referensi dari mana lagi?... Baru juga bab pertama udah di coret-coret aja."

Tiba-tiba datanglah teman perempuannya, dan menghampirinya dari belakang, membuat gadis itu terkejut.

"Woiii!!." Temannya menepuk kedua pundak gadis itu dari belakang.

"Astagaaa! Apa-apaan sih stell."
Umpat gadis itu kepada temannya yang bernama Stella.

"Bingung banget sih neng Jenna yang manis ini." Ledek Stella sambil mencuil hidung Jenna lalu ikut duduk disampingnya.

Iya, gadis itu adalah Jenna. Sekarang Jenna sudah tumbuh menjadi gadis yang bertambah cantik juga pintar. Namun satu yang menutupi kesempurnaannya itu, Jenna menjadi gadis yang dingin. Kutub utarapun kalah jika disandingkan dengannya.

"Gimana gak bingung, tuh dosen sialan banget tau gak sih.. Skripsi aku di coret-coret teruss.." umpat Jenna kepada Stella akibat skripsinya yang lagi-lagi dilukis manja oleh dosen pembimbingnya.

"Gilaa sih, cewek sepintar kamu aja masih di coret sana sini. Apalagi aku yaa?." Jawab Stella yang pikirannya melayang kepada skripsi yang belum dia serahkan sama sekali kepada Dosen pembimbingnya.

Stella Yuanita adalah teman baik Jenna dari awal masa kuliahnya. Setelah kejadian empat tahun silam, tentang kepergian Luke. Jenna menutup dirinya rapat-rapat. Jenna enggan berteman dengan banyak orang. Apalagi Jenna harus berjauhan dengan Jonathan dan Christy, Jonathan memilih meninggalkan Indonesia dan ikut orang tuanya ke Canada dan melanjutkan kuliah disana. Sedangkan Christy juga menjadi bucin dan mengikuti jejak Jonathan kemanapun Jonathan pergi, dan disitulah Christy berada.

Sampai detik ini, Luke belum juga ditemukan. Dan sampai detik ini juga, Jenna tak akan merubah posisi Luke yang berada di hatinya. Maka dari itu, Jenna menjadi gadis yang tertutup dan akan menjauh jika kaum adam mencoba mendekat dan menunjukan ketertarikannya pada Jenna.

"Terus gimana kelanjutan skripsi kamu stell? Udah ketemu dospem?."

"Harusnya hari ini, tapi aku males. Besok-besok aja lah."

Jenna hanya bisa geleng-geleng kepala. Memang temannya satu ini lain dari yang lain. Unik dari segala yang unik.

"Gimana mau sidang kalo kamu males begini?."

Stella hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

"Eh Jenn, kamu gak curiga sama Pak Bams?." Tanya Stella bak detektif upin-ipin.

"Pak Bams? Pak Bams siapa?."

"Astagaa pinter-pinter tapi bodoh. Itu dospem kamu Jennn!."

Jenna tertawa.

"Bambang stell namanya, bukan Bams."

"Yaelah, biar kerenan dikit."

"Curiga gimana maksud kamu?."

"Yaa masa nih ya, perempuan sepintar kamu skripsinya di coret-coret. Dia kan masih muda tuh yaa, pasti dia modus sama kamu biar bisa lama-lama sama kamu."

"Stellaa.. Stella.. Ya gak mungkin lahh, kamu kayaknya emang tepat deh masuk kedokteran. Bedah gih sana otak kamu, betulin syarafnya."

Stella memegangi kepalanya dengan kedua tangannya dan meraba-rabanya.

"Udah ah, aku mau pulang duluan ya Stell. Sana kamu ke dospem kamu, aku mau liat coretannya besok hahahaa."

Ucap Jenna sambil merapihkan buku-bukunya dan dimasukan kedalam tas.

Jenna will you? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang