DUA PULUH EMPAT

17 4 0
                                    

Braakkkkk

"Lepaskan anak saya dari tangan kotormu!."

Antonio masuk dengan mendobrak paksa pintu ruangan Pak Bams. Pak Bams yang sedang memegangi kedua tangan Jennapun melepaskannya.

"Daddd." Jenna menghampiri Antonio dan memeluknya erat dari samping.

"Apa yang anda lakukan terhadap putri saya hah?." Tanya Antonio dengan air wajah yang benar-benar merah karena emosi.

Pak Bams terlihat panik dan gelagapan.

"Jawab saya! Apa anda tuli!?."

"Sa-saya tidak melakukan apapun terhadap putri anda, dia yang menggoda saya!." Elak Pak Bams.

Sialan! Dosen sialan!

Antonio maju dan mencengkram erat kerah kemeja Pak Bams.

"Ohh begitu ya? Anak saya menggoda anda? Saat ini juga, saya pastikan anda dan keluarga anda, juga keturunan anda nanti akan menderita!."

Bhug

Bhug

Antonio melayangkan tinjuannya pada kedua pipi Pak Bams. Pak Bams terkulai di lantai ruangannya, dan tersenyum licik kepada Jenna. Antonio segera merangkul Jenna yang terlihat gemetar dan membawanya keluar dari ruangan terkutuk itu.

"Urus dia! Pastikan dia menderita."
Ucap Antonio pada anak buahnya.

Diluar ruangan telah banyak orang yang menonton aksi heroik dari Antonio. Antonio membawa Jenna kedalam mobilnya dan melaju untuk pulang kerumah. Didalam mobil Jenna terus menangis dan badannya gemetar hebat.

"Sayang, ssstt sudah.. Daddy disini, inilah kenapa daddy tidak mau kamu menyembunyikan status sebagai anak dari Antonio Vonsi, mereka dengan mudah merendahkanmu sayang. Beruntung tadi Stella melapor pada dad karena kamu tak kunjung keluar dari ruangan dosen sialan itu."

"Maaf dad, hiks.. Hikss.. Ke-kenapa Stella bisa tau dad?."

Flashback on

Jenna memasuki ruangan Pak Bams dengan ragu-ragu. Setelah mengetuk pintu, Jenna masuk ke ruangan Pak Bams. Tanpa Jenna sadari Stella sudah membuntuti Jenna dari awal Jenna turun dari mobil, beruntungnya hari ini Jenna memilih untuk ikut dengan mobil daddynya yang dikendarai oleh supir. Stella menunggu Jenna tak jauh dari ruangannya Pak Bams, namun kekhawatiran Stella memuncak.

Alhasil Stella mencoba menghubungi Antonio yang masih dalam perjalanan ke kantor sehabis mengantar Jenna ke kampus. Antoniopun menyanggupi permintaan Stella untuk datang kembali ke kampus Jenna dan membawa serta beberapa anak buahnya, Antonio juga sebenarnya merasa curiga dengan percakapan semalam di ruang makan karena skripsi Jenna di persulit.

Stella masih setia menunggu Jenna keluar, saat pintu terbuka. Stella melihat Jenna menghentikan langkahnya karena Pak Bams memanggilnya lagi. Stella masih setia mengamati dan melihat Pak Bams mendekati Jenna. Tiba-tiba pintu ditutup oleh pak Bams. Stella panik dan menghampiri ruangan Pak Bams. Stella mencoba menekan tuas pintu namun terkunci, Stella mencoba menempelkan kuping kanannya untuk mendengar percakapan didalam.

Beruntung, tak lama kemudian Antonio datang.

"Stella bagaimana?." Tanya Antonio.

"Jenna didalam paman, tadi aku mendengar percakapan didalam samar-samar. Pak Bams, eh maksud Stella Pak Bambang mengajak Jenna tidur."

"Kurang ajar. Baiklah, mundur! Paman mau dobrak pintunya. Dan kamu Stella, cepat pergi ke rumah Jenna ya. Tunggu kami disana."

Stella bergegas meninggalkan kampus ke rumah Jenna. Antoniopun mendobrak paksa pintu ruangan dosen sialan itu.

Jenna will you? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang