Part 20

164 12 0
                                    

POV Risky
*2 bulan sebelum mengenal Khanza

Malam ini, aku harus begadang semalaman. Karena hari ini adalah hari jumat, aku harus melakukan piket jaga malam asrama putri. Untung saja aku tak sendirian, selama berjaga biasanya ada 2-3 orang dalam satu tempat.

Pesantrenku memiliki banyak santri, karena itulah pasti memiliki banyak asrama. Hari ini aku bertempat di asrama putri yang masih baru itu. Letaknya ada di sebelah ndalem, dekat asrama putra. Begitu jam menunjukkan pukul 10 malam, aku bersiap berangkat.

"Ky, kamu bawa apa aja?" tanya Rosi padaku sebelum kami berangkat

"Bawa apa?"

"Kamu mau, kita semalaman jaga sambil gigit jari? ya, bawa makanan, lah!" Rosi berkata sambil mengambil uang dari dompetnya

"Oh, kukira bawa apa. Iya, kita beli makanan dulu ntar," jawabku

Tiba-tiba, muncul sebuah ide

"Kita bawa bantal lagi, yuk" usulku sambil berbisik pada Rosi

Rosi terkejut dan memukul lenganku

"Kau ini! kau mau kita di hukum?"

Aku terkekeh, "Hahaha, gitu langsung nyolot"

"Kau masih ingat, kan, kejadian minggu lalu? waktu kita jaga asrama putri disana? gara-gara kita bawa bantal, kita ketiduran. Akhirnya paginya kena ta'zir,"

Aku tertawa mengingat kejadian itu. Aku di ta'zir bukannya susah malah senang.

"Yaudah, yuk, berangkat" kataku sambil keluar dari kamar.

Kami berjalan beriringan menuju kantin, untung saja kantin untuk santri putra buka 24 jam. Karena memang dikhususkan bagi santri yang kedapatan jaga malam. Setelah membeli beberapa gorengan dan segelas kopi, kami segera menuju lokasi. Karena jika kita terlambat sedikit aja, ta'zir siap menanti kita.

Sesampainya di lokasi, kami segera mencari tempat untuk duduk dan meletakkan makanan. Di depan asrama, ada sebuah gazebo yang mungkin biasanya di gunakan santri putri untung duduk bersantai. Kami meletakkan makanan disana, dan duduk santai.

"Jam segini udah sepi banget, ya" kataku sambil terus menatap asrama putri itu. Berharap ada salah satu penghuninya, yang melihat pesonaku.

"Dari luar emang keliatan sepi, coba masuk ke dalam, beh!" ucap Rosi sambil memejamkan mata dan alis yang bertaut

"Kenapa?" tanyaku menahan tawa

"Kau akan mati berdiri, hahaha. Bayangkan di kelilingi cewek seasrama, dan kau hanya sendirian. Kalau aku mungkin udah pingsan," katanya kemudian disusul tawa yang menggelitik

"Lebay, kau. Kalau aku, mah, nggak mungkin. Yang ada mereka akan bertekuk lutut padaku," kataku penuh percaya diri

"Dasar playboy, lu!" Rosi memukul lenganku lagi. Kemudian kami terus bercanda.

Tak terasa sudah hampir dua jam kita berjaga, makanan sudah habis, kopi tinggal sesruput. Mata kami sudah mulai terasa panas minta dilelapkan. Tapi kami harus benar-benar menahannya. Jangan sampai, tepat jam 12 malam nanti, saat koordinator keamanan mengontrol tugas, mendapati kami sedang tertidur.

Kini, jam menunjukkan pukul 12 tepat. Suasana malam ini kian terasa sunyi, kalau tak ada rembulan, pasti suasana makin mencekam. Aku dan Rosi memilih diam dengan pikiran kami, duduk bersandar pada tiang gazebo dan melipat tangan di dada.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki, aku yang pertama kali mendengar, tiba-tiba terkejut. Segera ku menoleh ke sumber suara, memastikan siapa yang datang

Jodohku Playboy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang